P R O L O G U E

289 55 135
                                    

Sore ini langit tampak terlihat cerah. Dihiasi lembayung senja berwarna jingga yang mampu memanjakan mata. Burung-burung pun masih ingin mengepakkan sayapnya. Padahal, sebentar lagi sang surya akan kembali ke tempat persembunyian dan tugasnya akan segera tergantikan oleh sang rembulan. Keindahan karya Tuhan itu pun sedang disaksikan oleh seorang anak laki-laki yang tengah duduk di bangku taman seraya menunggu kehadiran sahabatnya.

"Raga!" Teriak seorang gadis kecil seraya berlari dengan membawa beberapa tangkai bunga yang ia petik sendiri.

Anak lelaki itupun menoleh untuk melihat siapa yang memanggil namanya. Senyum indah pun kemudian tertaut di wajahnya.

"Raga bikinin gelang buat Alena ya? Nih Alena udah bawa banyak bunga." Gadis kecil itu menyodorkan bunga tersebut kepada Raga.

"Lena mau Raga buatin gelang dari bunga?" Gadis itu mengangguk penuh semangat dengan senyum indah di wajahnya.

"Tapi Alena janji ga akan nangis kalo Raga tiba-tiba pergi ya?" sambung anak lelaki itu. Gadis itupun seketika diam. Senyumnya pudar dan ia berubah menjadi murung sekarang. Anak lelaki itu merasa bersalah karena telah mengatakan hal tersebut dan membuat gadis itu sedih.

"Raga mau pergi? Raga mau ninggalin Alena di sini?" tanya gadis itu seraya menahan tangisnya. Anak lelaki itupun tersenyum lalu menarik lengan gadis itu untuk mengajaknya duduk. Ia mulai merangkai bunga-bunga itu untuk menjadikannya sebuah gelang yang cantik.

"Nih gelangnya udah jadi," seru anak lelaki itu seraya memasangkan gelang tersebut pada lengan sahabatnya. Gadis itu masih dengan wajah murungnya. Ia menatap gelang tersebut lalu menangis.

"Hikss.. A-Alena gak mau pake gelangnya! Kalo Alena pake nanti Raga pergi ninggalin Lena sendiri."

"Lena jangan nangis Raga gak akan pergi lama-lama kok. Nanti Raga bakal balik lagi kesini buat main sama Alena. Kita beli es krim banyak nanti, tapi Lena janji dulu sama Raga gak boleh sedih ya?" Gadis itu pun mengangguk polos lalu menyeka air mata yang ada di pipinya.

"Nah gitu dong, Lena juga harus janji kalo Lena bakal inget terus sama Raga. Janji?" seru anak lelaki itu seraya mengacungkan jari kelingkingnya sebagai simbol untuk membuat perjanjian. Gadis itupun menuruti keinginan sahabatnya. Mereka berdua saling menautkan jari seraya mengucap janji lalu tersenyum bersama.

"Oh iya, mamah kasih ini buat Alena katanya kenang-kenangan biar Lena inget terus sama Raga," seru anak lelaki itu seraya menyodorkan sebuah kalung berliontin gembok. Gadis kecil itupun tersenyum senang karena mendapat hadiah dari sahabatnya. Tanpa pernah tahu makna apa yang tersirat di dalamnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang