“Alenaaaa!” Teriak Aziel yang memasuki kamar adiknya tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Pasalnya, gadis itu belum juga bangun padahal sudah waktunya untuk ia pergi ke sekolah.
Alena menggeliat lalu membuka matanya perlahan. Ia melihat sang kakak tengah berdiri di samping ranjangnya dengan dandanan yang rapi.
“Kenapa sih bang teriak-teriak? Simulasi jadi tarzan lo?” seru Alena seraya kembali memeluk guling kesayangan miliknya itu.
“Tarzan pala lo! Udah liat sekarang jam berapa Alena Adiguna Hartawan?!”
Alena melihat jam yang ada pada dinding kamarnya. Jarum pendek jam itu berhenti pada angka tujuh dan sebentar lagi bel masuk sekolah berbunyi. Alena terperanjat bangun dari kasurnya. Ia bergegas mengambil handuk dan seragamnya lalu pergi ke toilet.
“Lo sih bang kagak bangunin gue!” Teriak Alena dari dalam toilet.
“Heh Samsul! Ngomong sekali lagi gue kawinin lo sama kambingnya Bu Denok ye! Udah dari tadi gue bangunin tapi lo nya aja yang molor kek kebo gitu. Gue tunggu di bawah gak pake lama!” Seru Aziel seraya pergi keluar dari kamar adiknya itu.
Alena memasukan buku-buku pelajarannya ke dalam tas. Ia mengikat rambutnya asal agar terlihat sedikit rapi. Ia mengambil hoodie yang tergantung di belakang pintu kamar lalu bergegas menyusul abangnya yang sudah menunggu dia di depan gerbang rumah.
“Bun Alena sama abang pergi dulu yaaa!” Teriak Alena kepada bundanya yang sedang ada di kamar.
“Alena sarapan dulu!” Aghni keluar dari kamar dan melihat Alena yang sedang terburu-buru menalikan sepatunya sekarang.
“Gak sempet Bun nanti Alena sarapan di kantin deh.” Alena menghampiri bundanya untuk berpamitan.
“Awas jangan sampe lupa!” Seru Aghni memperingati anak gadisnya itu. Alena mengecup punggung tangan bundanya lalu pergi ke gerbang untuk menghampiri Aziel.
Alena masuk ke dalam mobil. Ia mendapati Aziel yang tengah sibuk memainkan ponselnya.
“Abang buruan ihh! Alena bentar lagi masuk nih!” seru Alena seraya memasang sabuk pengaman pada tubuhnya.
“Dia yang lama, dia juga yang ngomel. Dasar cewe!” Gerutu Aziel. Ia pun melajukan mobilnya dengan kecepetan sedang. Untungnya, hari ini jalanan cukup lengang. Hal itu membuat Alena tiba di sekolah tepat waktu sebelum gerbang ditutup.
Alena berlari menuju ruang kelasnya. Gadis itu takut jika gurunya tiba lebih awal daripada dia. Tidak biasanya ia datang ke sekolah terlambat seperti ini. Sesampainya dia di kelas, semua orang sedang ribut membahas satu berita yang sedang hangat. Alena duduk di bangkunya. Ia lebih dulu mengatur napasnya yang terengah-engah. Kemudian, ia menyimpan hoodie dan tasnya di samping meja.
“Len lo udah tau ada murid baru hari ini?” tanya Nesya, teman sebangku Alena.
“Emang iya? Pantesan masih pagi udah pada ribut,” seru Alena seraya mengeluarkan buku pelajarannya.
“Iya anjir! Katanya ganteng terus dia pindahan dari Inggris. Aduh! Gue lupa lagi namanya,” seru Manda penuh antusias.
“Ck, Heboh bener lo kek baru nemu cowok cakep aja!" Ujar Nesya seraya memutar kedua bola matanya.
“Dih sewot amat lo! Gue yang heboh malah lo yang nyap-nyap,” cibir Manda.
“Anjing sama kucing ribut mulu kagak pernah akur pusing gue dengernya! Bentar lagi bel masuk, udah yaa jangan pada ribut wahai sahabat-sahabatku yang budiman,” seru Alena melerai perdebatan diantara kedua sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Teen Fiction"Sejauh apa pun kamu berlayar. Bahkan jika itu bersama seorang pelaut hebat sekalipun. Aku akan selalu menjadi tempatmu untuk berlabuh." Raga Gabriel Wiguna, seseorang yang percaya akan kekuatan cinta pertama. Kekuatan itu mampu membuat orang yang p...