4 | Who Are You?

106 37 157
                                    

Tau kan gimana caranya menghargai karya seseorang? Gak susah kok buat ngelakuinnya dan gratis juga!
Jadi jangan lupa, oke?

buat kalian yang udah setia nunggu dan baca cerita ini, thanks yaa!! Aku sayang kalian banyak-banyak❤
.
.
Happy reading!!❤

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa berbondong-bondong untuk pergi meninggalkan kelas. Kesan pertama yang Raga rasakan selama berada di sekolah barunya itu terbilang biasa saja, bahkan terasa membosankan.

Mungkin karena ia tidak sekelas dengan teman-temannya atau karena Alena yang terpaksa pulang di tengah jam pelajaran. Sehingga membuat dirinya tidak bisa lebih lama bertemu dengan gadis itu.

Raga memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Kemudian menempatkan satu tali tasnya pada bahu sebelah kanan. Terlihat dengan jelas kesan cool yang terpancar dari dalam dirinya. Menambah nilai ketampanan dari sosok lelaki itu.

Di depan pintu sudah terlihat tiga orang lelaki yang sedang menunggu dirinya.

“Langsung balik?” tanya Bagas.

“Ngopi sans dulu gimana?” ajak Dika yang dibalas anggukan dari ketiga temannya.

Mereka pun pergi menyusuri lorong sekolah untuk berjalan menuju parkiran. Mereka datang ke sekolah dengan mengendarai motor pribadi mereka masing-masing.

Setelah sampai di parkiran, Raga segera mengenakan helm fullface dan juga jaket denim miliknya. Ia pun naik ke atas motor sport berwarna hitam yang terparkir di sana. Kemudian ia mulai memanaskan mesinnya.

Ketiga temannya pun sudah siap dengan kendaraan mereka masing-masing.
Raga mulai menancapkan gasnya. Motor itu melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Menyusuri jalanan Kota Jakarta bersama dengan kemacetan di dalamnya. Sesekali mereka memilih jalan dengan rute tercepat untuk menghemat waktu.

Ketika mereka sedang melalui jalanan yang cukup sepi, Raga memiliki firasat yang buruk. Benar saja, sebuah mobil berwarna merah mengikutinya sejak ia keluar dari gerbang sekolah tadi.

Dika menyamakan posisinya dengan motor yang dikendarai oleh Raga. Lalu membuka kaca helmnya seraya memberi kode kepada Raga dengan lirikan mata yang mengisyaratkan bahwa ia juga tahu keberadaan mobil tersebut. Raga pun mengangguk, ia mengerti dengan apa yang dimaksud oleh temannya itu.

Dika menutup kembali kaca helm miliknya dan mulai menancapkan gas untuk mendahului Raga, disusul oleh Arya dan Bagas di belakangnya. Mereka memilih jalan yang berbeda dengan Raga.

Let me show you how this game works, gumam Raga dalam hati.

Sekarang Raga mulai melajukan motornya dengan kecepatan maksimal. Mengendarai motornya dengan lihai membuat ia berhasil melewati kendaraan-kendaraan yang berada di depannya. Raga masuk ke dalam gang-gang kecil untuk mengelabui pengendara mobil itu. Dalam pikirannya, jika ia masuk ke sana mobil itu tidak bisa mengikutinya lagi.

Namun ternyata salah, mobil itu mengetahui arah kemana Raga akan muncul di jalanan besar. Motornya seperti telah dipasangi sebuah chip yang dapat mendeteksi keberadaannya. Membuat mobil itu akan terus mengejar Raga kemanapun ia pergi.  

Ck, sialan! Mau lo apa bangsat?!

Raga mulai memikirkan bagaimana caranya menghentikan mobil tersebut. Satu-satunya yang terlintas di dalam benak Raga adalah menjatuhkan diri.

Ya, dia harus menjatuhkan dirinya ke jalan agar mobil itu berhenti. Jika ia hanya turun dan memarkirkan motornya di tepi jalan, pengemudi itu tetap saja akan membuatnya celaka.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang