6 | One Step Closer

107 29 174
                                    

"Stay di belakang gue!"

Alena pun menuruti perintah yang diberikan oleh lelaki yang ada di hadapannya saat ini.

"Weiss cowoknya dateng nih!" Seru salah seorang dari sekumpulan anak lelaki itu. Bisa dikatakan ia memiliki peran sebagai ketua dalam kelompok tersebut. Raga maju selangkah mendekati mereka dengan tangan kiri yang terus memegangi Alena di belakangnya. Membuat Alena mengikuti kemana pun arah lelaki itu melangkah saat ini. 

"Bang udah lah cewek lo buat kita aja gimana?"

"Hahaha bener tuh! Kita pake cara damai aja gak perlu ribut-ribut."

"Cantik banget soalnya bikin gue klepek-klepek." Alena semakin menguatkan genggamannya pada Raga.

"Gue takut," lirih Alena pelan. Raga menoleh ke arah gadis itu berusaha untuk menenangkannya, "Ada gue lo gak perlu takut."

"Gimana jadinya bang?"

"Lo udah tau kan jawaban gue apaan?" tanya Raga dengan raut wajahnya yang santai.

"Ck! Lo mau tangan kiri lo ikut diperban juga?" tanya seseorang yang dibalas oleh suara tawa teman-temannya. Mereka melihat tangan kanan Raga yang dibalut oleh perban dan menjadikan itu sebagai kelemahan lawannya saat ini.

"Gak usah banyak bacot! Gue laper nih pengen makan. Jadi ribut kagak? Kalo enggak gue pamit ya. Assalamu'alaikum ya ahli kubur!" Seru Raga membuat sekumpulan anak lelaki itu kesal karena merasa diremehkan.

Salah seorang dari anak lelaki itu pun memerintahkan teman-temannya untuk menyerang Raga. Kini Raga berhadapan dengan tiga musuh sekaligus. Raga benar-benar kalah jumlah dengan musuhnya itu. Ditambah ia hanya bisa mengandalkan satu tangan. Bermodal nekat demi menyelamatkan Alena, lelaki itu pun memberanikan diri.

Sebuah tinjuan dilayangkan oleh satu orang laki-laki tepat mengenai wajah Raga. Namun, pukulan itu berhasil ditepisnya. Kini giliran Raga yang memukul wajah lelaki itu dengan tangan kirinya sekuat tenaga hingga membuatnya jatuh tersungkur ke tanah. Hal itu mengundang amarah dari teman-temannya. Sekarang mereka melawan Raga secara bersamaan.

"Akhhh- sialan lo!" Ringis Raga ketika tangan kanannya ditahan oleh seseorang. Melihat Raga yang meringis kesakitan membuat sekumpulan anak lelaki itu tertawa puas.

"Gimana bang? Lo masih mau lawan kita? Hahaha!" Ejek ketua geng tersebut. Raga melirik ke arah Alena yang masih ketakutan. Sedetik kemudian, ia menatap sekumpulan anak laki-laki itu dengan tatapan murkanya.

"EH LIAT NOH DI ATAS! ADA BUWUNG APA TU MAN?!" Tunjuk Raga ke arah langit.

Alih-alih memukul musuhnya dengan sebuah tinjuan ia lebih memilih untuk membodohi mereka terlebih dulu. Hal itu sontak membuat mereka melirik ke arah yang ditunjuk oleh Raga. Disaat mereka semua lengah, Raga pun mulai menjalankan aksinya.

"BUWUNG PUYUH NYING!" Teriak Raga seraya menendang kaki mereka dan juga... masa depannya.

Sekarang lima anak laki-laki itu tertatih berjalan menjauhi Raga. Raga tertawa puas melihat mereka yang tengah meringis kesakitan akibat tendangan yang ia berikan. Tak lupa, Alena yang sedari tadi melihat kejadian tersebut juga ikut tertawa.

"Jurus buwung puyuh Bagas guna juga ternyata," ucap Raga pelan. Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Raga karena Bagas hampir menyebutnya tiga puluh kali dalam sehari.

Raga berjalan mendekati Alena seraya membawa tas belanjaan yang tadi ia simpan begitu saja di jalan. Alena masih belum bisa berhenti tertawa. Menurutnya ini adalah momen paling lucu yang pernah ia lihat. Raga tersenyum melihat tawa Alena yang terukir di wajahnya itu. Satu kata yang mewakili dirinya saat ini, cantik.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang