"Raga, kakak mohon untuk kamu selalu ingat ini ya. Segala sesuatu yang pergi itu akan kembali pada tempat mereka berasal. Kamu tau? Manusia pun Tuhan biarkan pergi — turun ke bumi. Berkelana untuk menemukan apa yang mereka cari dan belajar bersyukur atas segala yang telah Tuhan ciptakan untuknya selama ia hidup di bumi. Hingga suatu saat, Tuhan menghendaki ia untuk kembali. Kembali ke tempat dimana mereka akan tinggal secara abadi. Tanpa pernah memiliki kesempatan kedua untuk merasakan kembali kenikmatan duniawi," seru seseorang seraya menepuk pelan pundak Raga.
"Maksud kakak?"
"Pergi Ga. Belum saatnya kamu ada di sini."
"Tapi Raga mau ikut kakak."
"Tunggu sampai waktu itu tiba, kakak bakal jemput kamu lagi di sini ya," ucapnya tersenyum seraya pergi meninggalkan Raga seorang diri.
.
.
Perlahan Raga mulai membuka matanya. Pandangannya menyapu ke seluruh ruangan yang sedang ditempati nya saat ini. Bau rumah sakit yang khas masuk melalui indera penciumannya. Raga mencoba bangkit dari posisi tidurnya karena ia merasa sedikit tidak nyaman."Akhh-" Raga mengerang kesakitan karena sekujur tubuhnya terasa jauh lebih sakit ketika ia gerakan sekarang.
"Gak usah banyak gerak curut!" Seru Dika yang menyadari Raga sudah siuman.
"Pegel kalo tiduran terus nying!"
"Tahan dong! Itung-itung simulasi jadi mayat kan?" celetuk Bagas polos. Dika dan Arya sekarang sedang menahan tawa karena kepolosan Bagas yang keterlaluan.
"Temen macam apa yang nyumpahin temennya mati?" seru Raga kesal.
"Abis lo juga jadi orang so jagoan sih! Main asal gubrak aja ke jalan. Berasa punya nyawa unlimited lo?" tanya Arya dengan nada yang sedikit naik.
"Kalo gak gitu mana sempet keburu ditabrak beneran ntar." Jawaban yang dilontarkan oleh Raga membuat teman-temannya tertawa.
"Gue bakal nyari tau siapa orang yang udah buat lo kayak gini," seru Dika dengan raut wajah yang serius.
"Ck, banci kayak gitu slepet dikit juga kabur!" Seru Arya yang tersulut emosi.
"Gue rasa dia bukan lawan yang gampang buat kita kalahin."
"Lo takut Ga?"
"Lo ngeremehin kita?"
"Bukan gitu," ujar Raga memperjelas ucapannya. "Gue pengen kalian lebih hati-hati. Gue gak mau ada korban lagi setelah kejadian ini karena otak dia itu cerdik sekaligus licik," sambung Raga.
"Ya iyalah! Lo aja yang kayak gini, gue mah ogah! Amit-amit ya Allah.. Bagas kan anak baik semoga Bagas sehat selalu, tapi kalo Raga mau diambil sekarang juga gapapa kok, Bagas ikhlas."
PLAKK!
"LO NGOMONG NAPA ASAL BENER SAT?!" Tanya Raga murka.
"Dikaaa! Aa Raga nya galak. Bagas gak suka!" Adu Bagas seraya mengelus kepalanya yang sakit akibat jitakan manja dari Raga.
"Lo juga sih nyari gara-gara mulu!" Seru Arya membela Raga.
"Tolong panggil suster! Gue bisa-bisa ikutan sakit juga liat tingkah kalian yang bobrok semua!" Arya dibuat tertawa oleh perkataan Dika, sementara Bagas dan Raga masih sama-sama memasang wajah kesal.
"Eh iya, siapa yang bawa gue kesini?" tanya Raga yang heran melihat dirinya sudah berada di rumah sakit dengan alat infus yang terpasang di tangannya.
"Orang yang lewat terus gak sengaja liat lo," seru Arya seraya duduk di tepi ranjang Raga.
"Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Teen Fiction"Sejauh apa pun kamu berlayar. Bahkan jika itu bersama seorang pelaut hebat sekalipun. Aku akan selalu menjadi tempatmu untuk berlabuh." Raga Gabriel Wiguna, seseorang yang percaya akan kekuatan cinta pertama. Kekuatan itu mampu membuat orang yang p...