9 | Annoying Boy

74 23 184
                                    

Raga dan Alena sampai di kantin yang sekarang masih terlihat sepi karena memang jam istirahat belum dimulai. Dengan genggaman tangan yang belum lepas, Raga terus menuntun gadis itu untuk pergi ke sebuah meja yang ada di sana.

Alena sebenarnya merasa sedikit kesal karena lelaki itu selalu berhasil membuatnya heran dan terkejut. Bagaimana tidak? Raga selalu saja melakukan hal-hal di luar nalar dan dugaannya.

Terkadang ia tiba-tiba mengacak pelan pucuk rambut Alena, menggenggam tangan Alena tanpa persetujuan seperti yang ia lakukan sekarang, atau bahkan melakukan hal-hal yang terbilang aneh untuk ukuran seseorang yang baru saling mengenal. 

Bagaimana bisa ia melakukan hal seperti itu dengan mudah? Sementara ia tahu Alena sudah memiliki seorang kekasih. Mungkin orang yang melihatnya akan berpikiran yang negatif tentang mereka dan itu membuat Alena merasa sedikit risih sekarang.

"Lepasin tangan gue, Ga!" Pinta Alena ketika Raga sedang kebingungan memilih tempat yang nyaman untuk mereka duduki. Raga menoleh ke arah Alena yang selanjutnya melirik pada genggaman tangan mereka.

Lelaki itu hanya mengedikkan bahunya seolah sedang mengatakan kalimat 'tak peduli' dengan wajah yang menyebalkan dan itu membuat Alena ingin meninjunya sekarang juga.

Alena sendiri sebenarnya tak mengerti mengapa ia sulit sekali untuk mengatakan 'tidak' kepada lelaki itu ketika ia sedang melakukan hal-hal tersebut. Itu pun baru kali ini Alena berani angkat bicara. Bukan karena ia membiarkan, hanya saja dalam hatinya ada perasaan aneh dan sulit untuk bisa ia utarakan.

Mereka berdua akhirnya menemukan tempat yang nyaman. Raga melepas genggamannya pada tangan Alena dan menyuruhnya untuk duduk. Alena hanya bisa menuruti keinginan lelaki itu dengan malas.

"Lo bisa gak jangan ngelakuin hal itu lagi?" ucap Alena dengan raut wajah yang serius. Raga mengangkat sebelah alisnya, menandakan ia tak mengerti terhadap apa yang diucapkan oleh Alena. Gadis itu menghela napas panjang sebelum ia mulai melanjutkan penjelasannya.

"Like what you did before! We're just a friend, nothing more! I've only known you a day, but why did you dare to do that? And you know I have a boyfriend, but why are you still acting like that?" ucap Alena dengan nada yang terdengar tegas dan penuh penekanan.

Setiap kata itu juga berhasil membuat Raga terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya Raga memilih untuk menyikapi hal itu dengan tenang melalui sebuah ukiran senyum yang ia berikan.

Yang tentu saja, sudah pasti ia paksakan mengembang.

"Sorry, Len, tanpa sadar gue udah buat lo gak nyaman. Nanti lagi kalo gue mau ajak lo pergi, gue harus ikat tambang di tangan lo dulu biar kita gak usah pegangan. Kalo gue pengen ngacak rambut lo, gue pinjem tangan orang dulu buat ngelakuin itu. If it's like that, it doesn't matter, right?" ucap Raga dengan nada jahil.

"Gue serius, Raga!" Teriak Alena kesal. Percayalah, Alena sedang tidak mood untuk diajak bercanda sekarang. Mendengar teriakan itu membuat Raga menempatkan jari telunjuknya tepat pada bibir Alena untuk membuatnya berhenti bicara.

Benar saja, gadis itu seketika bungkam dengan mata yang membulat sempurna.

"Ssstt! Gue laper nih belum sarapan, nanti lagi marah-marahnya ya? Beres kita makan lo boleh lanjut lagi ngomel sampe puas. Dua jam juga gapapa atau lo mau 24 jam? Tenang, bakal gue jabanin!"

"Siapa juga yang mau nemenin lo makan?" tanya Alena seraya memutar kedua bola matanya malas.

"Terus ngapain lo masih di sini kalo gak mau?"

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang