5. Persiapan

127 30 12
                                    

Siang ini Soya sudah berada di rumahnya
Setelah 3 hari menginap di rumah Rena.
Sebelumnya Soya dan Rena sudah memberitahukan kabar bahagia kepada kedua orangtua Rena. Tapi Soya belum memberitahu keluarganya, alih-alih karena dia ingin memberikan kejutan.

Sejak menginjakkan kaki di rumah, Soya tidak henti-hentinya tersenyum. Aura kebahagiaan sangat nampak di dalam dirinya.

Kedua orangtuanya memandang Soya aneh. Karena setelah memasuki rumah Soya sama sekali tidak menyapa, dan langsung pergi ke kamar dengan wajah berbinar.

Hari ini keluarganya sedang berkumpul. Bukan, ini bukan hari libur. Mungkin Papa sedang malas pergi ke kantor, Kak Rama tidak ada kelas, Adel? tentu saja dia izin ke wali kelasnya karena tidak mungkin juga dia melewatkan moment seperti ini.

Mereka akan menikmati waktu seharian ini dengan menonton, bercanda, dan bercerita bagaimana hari-hari yang sudah terlewati.

'waktu yang tepat,' Pikir Soya.

Soya melihat Mama dan adiknya itu yang sedang membuat kue untuk menemani menonton nanti. Dan Papa? Dia sedang mengobrol santai bersama Kak Rama. Soya lebih memilih ikut menimbrung dengan Papa dan Kak Rama.

"Setelah lulus kuliah nanti, kamu yang akan menggantikan posisi Papa. Tapi sebelum itu, Papa ngga akan ngebiarin kamu berdiri sendiri dulu. Papa bakalan bantu kamu sedikit-sedikit supaya kamu bisa menjadi seperti Papa," Ucap papa sembari memberikan wejangan untuk Putra sulungnya itu.

"Iya Papa, Anak Papa yang paling ganteng ini pasti bisa menjadi seperti Papa nya," Rama menjawab angkuh, dengan tangan yang menepuk-nepuk dadanya bangga.

"Iyalah Kakak yang paling ganteng, orang anaknya cuma Kakak sendiri laki-laki," Begitu tiba Soya langsung menjawab, dan duduk menyelusup di tengah-tengah Papa dan Kakaknya itu.

"Dan pastinya diantara perempuan di rumah ini, cuma Mama yang paling cantik." Ucap mama yang tiba-tiba muncul, dengan membawa sepiring kue di tangannya.

"NO. NO. NO." Soya menggerakkan jari telunjuknya perlahan dengan mengikuti nada bicaranya. "Aku ga setuju sama pendapat Mama, karena yang cantik di rumah ini cuma aku!" Soya menyengir lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Menurut aku yang paling cantik itu Bi Uty." Semua beralih menatap Adel. (Aneh sekali kenapa jadi Bi Uty lah yang paling cantik disini!).

"NGGAK!. Cuma Mama yang paling cantik! Iya kan Pa?" Mama melirik Papa sembari mengedipkan sebelah matanya dan menatap anak-anaknya dengan senyuman kemenangan. Semua melirik Papa. Waah curang sekali Mama ini, jika sudah meminta pembelaan ke Papa pasti semuanya kalah.

"Ekhem," Papa berdeham, berjalan mendekati Mama dan memeluk tubuh Mama dari samping. "Ya iya pasti dong Ma, jangankan di rumah ini. Di seluruh dunia sekalipun cuma Mama yang paling cantik!" Ucapnya sambil menatap istrinya dan beralih menatap anak-anaknya.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

"Bubar-Bubar!" Ucap Rama, Soya, dan Adel serempak.

"Serasa dunia milik berdua, yang lain NGONTRAK!" Ujar Rama sembari mengambil ancang-ancang berlari menuju kamarnya.

Siang sudah berganti malam, nampaknya setelah kejadian siang hari tadi mereka melanjutkan acara berkumpul di malam hari. Dan Soya tidak sempat memberitahu tentang dia yang di terima di sekolah barunya.

"Ma, Pa, tau gak?" Tanya Soya.

"Nggak. Kan belum di kasih tau sama kamu," Jawab Mama jutek. (Wahh sepertinya mood Mama belum kembali setelah kejadian tadi).

Halu (Jangan Dibaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang