Chapter 1

241 40 13
                                    

Sebelum merangkak lebih jauh, aku mau bilang, cerita ini per chapter nya terdiri dari alur maju dan mundur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum merangkak lebih jauh, aku mau bilang, cerita ini per chapter nya terdiri dari alur maju dan mundur. Aku peringati sebelumnya biar ga bingung. Ada banyak narasi yang muter-muter dari waktu saat ini dan waktu sebelumnya. Total wordsnya juga lumayan banyak, dimulai dari 2000 - ±3000 words. Biar kalian ga pusing, bacanya pelan-pelan, ya.

﹏  Enjoy ﹏










SIGARET itu menempel begitu lekat pada ranum merah mudanya. Terselip diantara celah jemarinya yang kini memangku di atas lutut. Bibirnya terbuka mengudarakan asap yang melambung tinggi mengisi penghidu, menutupi pandangan, memblokade pernapasan dan membuatnya memejamkan kedua netra diiringi satu hela napas.

Sudah dua malam ia selalu melakukan hal serupa. Meraih ketenangan dengan menyesap sigaret yang hampir tak pernah disentuhnya. Ia bersih dari hal-hal seperti ini. Namun patah hati jelas mengubah seseorang menjadi orang lain. Perasaan terluka selalu menciptakan karakter baru dalam diri seseorang, mengubahnya menjadi lebih kuat atau menjadi lebih lemah. Berada pada dua opsi bertahan hidup tanpa pernah tahu harus melangkah pada titik yang mana.

Taehyung bukannya sedih seperti ditinggal kekasih. Ia hanya asik mencinta sendirian, tak ada yang tahu. Tapi, setiap perasaan sepihak selalu memunculkan keinginan untuk memiliki sekalipun sang pujaan tak memiliki afeksi serupa. Akhirnya hanya bisa memendam, diam-diam terluka, diam-diam tersakiti, padahal ia sendiri tahu mereka tak memiliki hubungan apapun selain sahabat.

Terlebih Taehyung tak pernah mengutarakan, ia asik bercengkrama di langit-langit doa bersama dengan jutaan harapan yang tersimpan rapi di dalam benak. Tak pernah bisa ia wujudkan sebab itu mustahil.

Taehyung bukannya tak pernah berusaha untuk memperjuangkan, ia hanya terlalu takut untuk ditolak. Pecundang? Iya, katakan saja Taehyung seperti itu. Sebab ia tahu betul bagaimana perasaan sang sahabat, dia tak menyukaiku. Terlukis jelas pada air wajahnya. Taehyung sudah ditolak sebelum memulai.

Kopi hitam yang ia siapkan sebagai teman bersama sigaretnya kini sudah tak mengepulkan uap. Hangatnya sudah tergantikan dengan angin malam yang sukses membuat sekujur tubuh gigil. Malam ini Taehyung hanya menggunakan celana hitam rumahan juga baju santai yang ia gunakan untuk tidur, sebab tak akan ada kegiatan lain yang perlu dilakukan setelah ini.

Taehyung jadi ingin menghilang saja. Sebab beberapa menit setelahnya, dering ponsel terdengar begitu nyaring mengisi sepi. Sukses membuatnya mematikan bara api pada sigaretnya lantas mengambil ponsel yang terletak pada sisi meja.

Netranya membelalak mendapati nama yang tertera. Keira memanggil. Pas sekali waktunya. Taehyung baru saja memikirkan orang itu, kini yang dimaksud justru menghubunginya secara percuma. Tanpa usaha berlebih, ia mengangkat panggilan tersebut. Menempelkannya pada daun telinga dengan tubuh yang kini bersandar pada penyangga.

Suara lembut yang sedikit tergesa-gesa menyambangi rungunya, "Tae, besok tokoku akan kedatangan bunga baru. Aku butuh kurir yang cepat untuk mengirim bunga-bunga itu. Masih banyak yang harus dilakukan setelahnya. Kau sudah menghubungi orang yang bersedia membantu?"

ERASMUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang