We see
What
We want.
,ミ●﹏☉ミ
“Terima kasih telah membeli.” Kata seorang kasir saat Birma telah membayar dengan poin.
Betulan bisa dipakai seperti uang.
Dua puluh Lima siswa perkelas dan empat kelas setiap angkatan, berarti total ada tiga ratus siswa. Kalau setiap siswa dapat seribu poin perbulan berarti 360 milyar pertahun. Aneh sekali..Ketidaksengajaan sepertinya terjadi lagi. Cewek berambut panjang plus jutek kebetulan sedang berbelanja juga, dan dilihat oleh Birma.
“Lagi-lagi kebetulan yang tidak menyenangkan bukan?” dasar jutek.
“Tidak usah merengut gitu, Kita Kan duduknya bersebelahan jadi seharusnya terlihat akrab begitu.” Kata Birma kepada cewek yang ia belum mengetahui namanya.
“Siapa namamu?”
Lagi-lagi membisu.
“kau tidak ingin mengatakannya?”
“Memangnya masalah kalau aku tak mau menjawab?”
“Rasanya tak nyaman ketika seseorang yang duduk disebelahku ketika belajar bahkan tak tahu namanya.”Tatapan menusuk langsung diluncurkan kepada Birma.
“Namaku Irene Putri Mangunkusumo.”
“Mangunkusumo? Sama seperti ketua osis ya.”Lagi-lagi menuli sambil mengambil barang dari rak.
“Kau belinya yang murah ya, padahal uang yang diberikan cukup banyak. Belilah ini yang lebih ma..”
“Aku tak butuh itu.”
“Tapi..
“Kubilang tak butuh, sepertinya kau tidak pandai bergaul ya? Percakapanmu membosankan.”
“Memang Iya tapi sepertinya tidak beda jauh denganmu deh.”
“Memang benar tapi aku merasa tidak perlu bergaul dengan siapapun, eh gratis?” Irene terkejut melihat rak yang penuh barang dengan label GRATIS.“Mungkin untuk membantu seseorang yang kekurangan poinnya?” asumsi Birma.
“Padahal satu Bulan diberi seratus ribu poin, sekolah ini terlalu baik..
“Kau meremehkanku hah!?” Sontak Irene dan Birma melihat ke sumber teriakkan yang rupanya berasal dari siswa satu kelas dengan mereka.
“kau dari kelas 1 D bukan?” ucap 1 dari 3 orang dihadapan siswa berpotongan preman.“memangnya kenapa hah?”
“Hei.. bukan begitu Cara berbicara dengan senior yang benar.” Jawab senior yang paling tinggi.“Diam!”
Eh, bukannya dia satu kelas denganku? Apa aku harus..“Integritas ku akan jatuh jika menghampiri mereka.” Seolah ada tali penyambung antar otak Birma dengan Irene.
“hari ini kau kulepaskan, kalian itu sudah jadi pecundang, jadi jangan sampai melebihi pecundang lagi.”
“Kau mau lari ya!”
“teriak saja sesukamu, kalian Kan belum merasakan neraka yang sebenarnya.” Tepat dengan keluarnya Birma dari perbelanjaan.
Neraka?“Sial.. brak..” siswa 1 D tadi menendang tong sampah dan berlalu.
Huh, tong sampah yang tertendang tadi langsung diletakkan sempurna seperti sebelumnya oleh Birmantara.**
Tak butuh waktu lama, kelompok-kelompok dalam kelas pun mulai terbentuk.
“ini hanya 45 ribu poin lo.” Kekaguman seorang siswa sambil menunjukkan pad nya.
“aku membeli banyak game portabel lo..” sambung siswa yang memegang video game.Sementara siswi lain, “aku kemarin melihat aksesoris bagus lo, ayo nanti mampir.”
“wah.. betul juga aq juga mau Cari baju.”Aku sudah gagal mencari teman.
“Menyedihkan.” Fix Irene punya telepathy.
“Bukankah kau juga sama?
“itu karena aku memang suka sendirian.” Alibi nya sambil mengunyah makan siangnya.Si Birma meninggalkan kursinya. Kekantin saja ah.
Baru saja menginjakkan kaki dari kelas, muncullah seseorang yang tidak terlalu asing sedang menatapnya. “Birmantara?”
“eh, mm Mentari?”
“Syukurlah, ternyata kamu mengingat namaku.”
“ya, begitulah.”
“Eh, bisa bicara sebentar?” ajaknya dan mereka pun langsung menuju tempat untuk berbicara.***
“Birmantara, sepertinya kau dekat dengan Irene ya?”
“Ah, tidak juga.”
“Tapi dianya hanya pernah berbicara dengan mu lo.” Sepertinya Mentari menginginkan sesuatu.
“Aku sangat ingin berteman dengan semua murid disekolah, tadinya aku mau minta kontaknya mentari, tapi dia tidak mau memberikannya. Katanya dia tidak ingin berteman dengan siapapun.”“Memang orangnya seperti itu..
“Tapi, aku ingin berteman dengan Irene! Bisakah kau membantuku?” Mentari langsung menyambar kedua tangan Birmantara dan memegangnya dengan erat tepat didepan dadanya. “Meski kau meminta bantuanku pun..“Tak bisa ya..?” potongnya cepat.
***
“Sistem dalam negara Kita saat ini ialah Demokrasi, pemimpin dipilih oleh rakyat dengan cara yang telah ditetapkan. Sementara di berbagai negara terdapat sistem yang bermacam-macam, salahsatunya yaitu kerajaan, yang menjadi raja-raja penerus ialah keturunannya sendiri..”
Di saat ma'am Risa menjelaskan pembelajaran Hari ini, tidak sedikit murid yang berpura-pura mendengarkan padahal sedang asik dengan dunia nya masing-masing. Ada yang membaca komik diletakkan diloker meja, ponsel, bahkan ada pula yang menganggap penjelasan ma'am Risa ialah sebuah lagu tidur, sangat memalukan untuk akademi elit seperti ini bukan?
“Pelajaran Hari ini telah selesai, materinya tolong dipelajari kembali.” Pesan Ma’am Risa sebelum menutup pintu kelas.
Semuanya telah membereskan barang-barang yang akan dibawa kembali ke Asrama.
“Sekolah ini terlalu baik bukan? Padahal banyak siswa yang tidak memperhatikan saat pelajaran tadi, tapi gurunya sama sekali tidak menegur, apa ini benar-benar sekolah yang didirikan oleh pemerintah? ujar Irene (yang sepertinya ditunjukkan ke Birma) selagi memasukan alat tulisnya ke tas sekolah.
“Mungkin mereka ingin agar siswanya lebih mandiri.” Jawab Birma.
“Mungkin saja.”
“eh, sambil pulang nanti, bisa temani aku sebentar?” ajak Birma pada Irene.
“Apa tujuanmu?” idih.. mirip Agen intelijen bukan?.
“Apa ajakanku terdengar mencurigakan?” dan dibalas oleh Irene “ Kalau kamu mengatakan alasanmu, setidaknya akan kudengarkan.”“Kau tau kafe yang ada di mall itukan?, Disana terdapat banyak gadis. Apa kau bisa menemaniku kesana?”
“Kenapa harus aku?” intimidasinya lagi.
“Aku tidak berani kesana sendirian, rasanya cowok tidak diperbolehkan masuk kesana.”
“Kenapa tidak mengajak orang lain saja?, Oh, tidak ada ya.” Sadar diri akhirnya.
“menyedihkan memang, tapi bagaimana lagi.”Tbc~
ʕ ꈍᴥꈍʔ
IG: sarifia9
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake and Delete. (On Hold)
ChickLitsekolah yg menilai siswanya berdasarkan kepantasan.