04

35 15 8
                                    

𝖑𝖔𝖔𝖐 𝖋𝖔𝖗 𝖒𝖔𝖗𝖊 𝖊𝖝𝖕𝖊𝖗𝖎𝖒𝖊𝖓𝖙
|| ժօղե ղօե ҍҽ ƒօօӏҽժ ||


Pada pukul 01:54 dirumah sakit..

Bagaimana cara membawa player 3? Itu yang sedang mereka diskusikan. Dikamar pasien bernama Amadea Fadilah.

Mereka berpikir kalau disana ada orang lain selain dirinya, tapi ternyata tidak. Disini hanya ada ia sendirian.

Teddy mendadak menjadi serius "apa ko bisa menyembuhkannya?" Tanyanya.

Argo yang dari tadi celingak-celinguk, karena ia baru pertama kali ke tempat yang namanya Rumah sakit.

Teddy yang liat sikap Argo menatap jijik ke arahnya "ko nih bodohnya."

Argo yang sadar dirinya dihina langsung natap sinis ke arahnya "memangnya kenapa?! Oh yah, ko tadi bilang apa?"

"Huft.. bisakah ko sembuhkan player 3," katanya sambil memijat hidungnya.

"Hmm.. bisa aja, tapi ada bayarannya. Dia harus merasakan sakit yang melebihi sakitnya yang sekarang untuk tahap penyembuhan."

Teddy memang terlihat seperti bocah, tapi ia berpikiran seperti layaknya orang dewasa.

Banyak yang tidak diketahui tentang dirinya. Dan yang lain hanya memandangnya sebagai bocah kecengesan.

"Lakukan," tegasnya.

"Aku yakin ia akan baik - baik saja," sambungnya.

"Serah ko. Aku sudah peringatin," jawabnya sengak.

Argo berjalan mendekati Deast yang terbaring lemas dengan infusnya. "Oh yah, slendy meminta aku untuk membawa semua player dengan keadaan utuh. Jadi, kalau dia mati ko yang akan tanggung jawab."

Teddy hanya berdehem sambil mengelus buku kesayangannya.

Argo yang sudah didepan Deast langsung menggores tangannya dengan durinya. Darah berwarna hitam kental mulai keluar.

Sedangkan Teddy hanya menguap. Sudah waktunya ia tidur, tapi pekerjaannya belum selesai. Jadi, ia duduk disamping ranjang Deast sambil liat tahap penyembuhan yang akan diberikan Argo.

"Buka kan mulutnya," kata Argo.

"AISSH..," risihnya sambil mengangakan mulut Deast.

Darah tadi dimasukkan ke dalam mulutnya. Tidak banyak. Tidak sedikit juga. Sedang-sedanglah. Biar seimbang katanya.

Tubuh Deast mulai timbul urat. Wajahnya mulai nampak lebam. Napasnya mulai tidak beraturan. Sekali-kali ia meringis kesakitan sambil mencengkram kuat kasurnya.

"Ugh.. hosh.. hosh.. a-akh s-sakit..," lirihnya.

Mereka hanya menyaksikan penderitaan yang dialami Deast. Argo diam ditempatnya. Sedangkan Teddy, ia hanya tersenyum puas sambil elus bukunya.

❃❃❃

10 menit kemudian...
Player 3 mendadak diam setelah tubuhnya terguncang hebat. Sisa busa yang keluar dari mulutnya masih terlihat. Keringatnya sudah membasahi kasur dan selimutnya.

Hening...

Argo yang sudah tau apa yang akan terjadi hanya diam melirik ke Teddy.

"Sudah aku bilang ia tidak akan selamat," ucap Argo sambil menutup lukanya.

Teddy hanya terlihat santai sambil berkata "hihihi... cobalah ko lihat baik-baik. Ooh yah, ko tidak punya matanya," tawanya pelan.

"Hmm.. serah."

 𝑨 𝒒𝒖𝒊𝒆𝒕 𝒃𝒓𝒆𝒂𝒌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang