16

12 7 2
                                    

𝖑𝖔𝖔𝖐 𝖋𝖔𝖗 𝖒𝖔𝖗𝖊 𝖊𝖝𝖕𝖊𝖗𝖎𝖒𝖊𝖓𝖙
|| ժօղե ղօե ҍҽ ƒօօӏҽժ ||


Mereka melangkah mengikuti Mongi dari belakang dan menghindari tatapan penduduk lainnya. Mereka melewati semacam pasar dan terlihat ini cukup normal bagi mereka.

Para pedagang mulai berteriak menawarkan produk yang ia jual dan terlihat juga para pembeli yang sedang menawar turunan harganya. Para anak-anak berlari melewati mereka dengan sambil canda satu sama lain. Mongi melirik kebelakangnya, memastikan yang lain nyaman disini.

"Bagaimana?" Tanya Mongi sambil memamerkan bahu lebarnya.

Mereka semua menatap Mongi dan tidak lama kemudian mereka menangis. Mongi kaget dan langsung ditatap dengan penduduk disekitarnya.

"Kalian kenapa nangis?! Orang-orang pada liatin," bisik Mongi sambil tersenyum kaku melihat ibu-ibu yang sudah berbisik satu sama lain.

Mereka menjadi malu dan meminta Mongi agar cepat antarkan mereka makanan. Sepertinya mereka sudah tidak tahan lagi dan Mongi langsung membawa mereka ke suatu rumah.

Mongi mempersilakan mereka masuk ke rumahnya yang terbuat dari kayu dan terlihat cukup nyaman ditinggal.

Mereka disambut hangat dengan seorang nenek yang ada didalam rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka disambut hangat dengan seorang nenek yang ada didalam rumah itu. Dengan pakaian yang berwarna sama dengan Mongi, nenek itu memberi isyarat untuk duduk dibawah. Karena, diruangan tengah tidak ada apa-apa, kecuali hiasan di dinding.

Mereka duduk terdiam disana selagi Mongi masuk kekamar dan nenek itu pergi entah kemana.

"Kalian mikir ini aneh tidak? Ditengah-tengah semua ini aku jadi teringat pesan yang ada dibuku itu," kata Teis.

"Pesan yang mana?!" Tanya Sindy. Mereka menatap Teis dengan serius.

Teis membuka lagi pesan dikertas-kertas yang diikat dengan buku ini dan membaca lagi isinya.

𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒆𝒍𝒊𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒆 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒌𝒉𝒍𝒖𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒈𝒂 𝒎𝒂𝒄𝒂𝒎 𝒅𝒊𝒔𝒊𝒏𝒊. 𝑫𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒊.

"Jadi, apa orang ini juga datang kesini? Dan orang-orang didesa ini juga—-" perkataan Dayen terpotong.

"Kalian katanya lapar. Ayuk ke dapur nenek aku lagi masak enak hari ini."

"Kalian kalau mau baju ganti tunggu nenek aku nya. Tapi, sekarang kalian ke dapur—," kata Mongi terpotong, karena melihat nenek nya sudah keluar dari dapur dan membawakan nampan berisi nasi dan ikan bakar.

 𝑨 𝒒𝒖𝒊𝒆𝒕 𝒃𝒓𝒆𝒂𝒌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang