13

14 9 0
                                    

𝖑𝖔𝖔𝖐 𝖋𝖔𝖗 𝖒𝖔𝖗𝖊 𝖊𝖝𝖕𝖊𝖗𝖎𝖒𝖊𝖓𝖙
|| ժօղե ղօե ҍҽ ƒօօӏҽժ ||


Angin malam bertambah dingin, ditambah kabut yang seolah-olah mengelilingi mereka. Tidak lama gerimis turun, setelah lampu mobil mereka berkedip-kedip lemah.

Deast baru sadar, kalau bensin mobil mereka sekarat. Berdiam diri disini bukan lah ide yang bagus. Bensin mereka akan berkurang sia-sia.

Selama lampu mobilnya menyalah, itu membuat bensinnya terkuras tiap tetesnya. Yang lainnya, saling bertatapan dengan cemas. Bagaimana sekarang? Waktu mereka tidak banyak.

Yang lainnya, menunggu Deast. Ia dari tadi mengerutkan dahinya, sambil mengigit kuku jempolnya. Mereka semua bingung, tadi katanya punya ide. Tapi, sekarang malah bengong sih? Pikir mereka.

Sherly mencubit tangan Deast. Kelakuannya membuat Deast sadar dari lamunannya, sambil meringis kesakitan. "Aduh! Napa ko cubit aku?!"

"Jadi kek mana? Ko bengong terus dari tadi," tanya Sherly. Yang lain, juga mengangguk setuju.

"Yah, tadi ko bilang ada ide. Tapi kok malah bengong," Ucap Teis.

"Aku dapat satu. Tapi, aku gak tau kalian akan suka..," kata Deast yang melirik kebelakang mobilnya.

"Memang apa rencananya?" Tanya Dayen. Ia masih parno dengan jendela mobil yang ada disebelahnya. Ia selalu memalingkan wajahnya ke arah jendela itu, berjaga-jaga bila ada sesuatu yang menariknya lagi.

Deast berdehem dan berkata. "Okeh. Ini ide aku, kalau kalian setuju kita akan pake rencana ini..," Ia mematikan mobilnya. Dan semua menjadi gelap.

Yang lain, panik dan mulai meraba sekitar. Deast berbicara untuk tetap tenang. Tapi, tetap saja mereka tidak mendengarkannya. Deast yang pasrah langsung menghidupkan kembali mobilnya. Menyalakan lampunya dan menatap ke mereka semua dengan kesel.

"Diam dulu! Kita harus hemat bensin. Jadi, untuk sementara kita duduk bergelapan dulu."

"KENAPA TIDAK BILANG DARI TADI?!" Ucap mereka seretak.

Deast balas dengan senyuman dan berkata. "Langsung ke rencana awal." Setelah mendengar itu mereka semua menjadi lebih serius. Semuanya diam saat Deast berbicara..

"Teis dan Sherly. Kalian yang urus bukunya. Perkiraan aku sekitar 5-6 meter jarak buku itu dari sini. Bagi posisi kalian. Teis, ko berjalan menghadap kedepan. Sedangkan Sherly, sebaliknya."

"Kenapa aku harus hadap belakang? Jadi, aku jalan mundur dong?" Tanya Sherly.

"Yah, untuk berjaga-jaga yang ada dibelakang. Sedangkan Teis, ia menjaga keamanan yang ada didepannya."

"Oh yah. Jangan lupa untuk waspada. Dan Jangan fokus di satu titik aja," tambahnya.

"Maksudnya, fokus ke satu titik apa?" Tanya Teis.

Deast menjawabnya. "Hmm, mata kau jangan fokus ke buku itu aja. Apa lagi ko didepan, lihat kanan-kiri juga lah."

Mereka berdua mengangguk mengerti. Yang lainnya, mendengarkan pembicaraan mereka sampai Deast berkata...

"Nah, untuk yang lain. Gita, ko dan aku akan membereskan mesin mobil ini."

Perkataan Deast membuat Gita terkejut. "Tapi, aku tak bisa benerin mobil," ucapnya.

Deast menggelengkan kepalanya. "Kalau gitu, mulai dari sekarang belajar," Gita hanya terdiam setelah Deast berkata gitu.

"Sedangkan, Sindy dan Dayen. Kalian yang bertugas mengawasi itu," tunjuknya ke gadis berkulit pucat yang masih setia berdiri ditempatnya.

 𝑨 𝒒𝒖𝒊𝒆𝒕 𝒃𝒓𝒆𝒂𝒌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang