08

29 14 19
                                    

𝖑𝖔𝖔𝖐 𝖋𝖔𝖗 𝖒𝖔𝖗𝖊 𝖊𝖝𝖕𝖊𝖗𝖎𝖒𝖊𝖓𝖙
|| ժօղե ղօե ҍҽ ƒօօӏҽժ ||


Suara gesekkan daun kering terdengar jelas ditelinga mereka. Saat mereka menoleh ke sumber suara mereka melihat...

Nothing. Tidak ada apa - apa! Tapi, suara itu masih terdengar.

Mereka mengambil posisi waspada. Sherly mengambil batu didekatnya. Dayen dan Gita berpegangan tangan. Deast mulai mengumpat. Sindy melirik sekelilingnya. Dan Teis hanya diam tidak berkutik.

Suara kerincing terdengar saat setelah angin berlalu. Suasananya menjadi lebih tegang. Mereka semua masih diam diposisinya saat ini.

Kresek!! Kresek!!

Suara itu terdengar lagi. Deast yang sudah tidak tahan berbicara "Wee.. aku rasa asal suaranya dari sana.,," tunjuknya ke arah semak-semak didepan nya.

Mereka langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Deast. Dan benar saja, perdu itu masih bergerak.

Sherly yang penasaran mencoba mendekati suara itu. "Jangan. Mungkin ada hewan buas disini," cegah Dayen.

Belum sempat Sherly membalasnya sesuatu keluar dari semak itu. Mereka yang kaget berteriak keras satu sama lain.

"AAKHH!! SETAN!!" teriak Teis. Sambil menarik bajunya Sindy.

"NGUCAP ASTAGA!!" Teriak Sindy saat terjatuh bersamaan dengan Teis.

"ANJIR!!" Teriak Deast sambil menutup matanya.

"AAKHH!! MARKUS" teriak Dayen keceplosan. Sambil memeluk Deast erat.

Gita niatnya mau lari, tapi malah tersenggol Deast dan mereka berdua akhirnya terjatuh ke tanah.

Sherly memperlihatkan wajahnya yang menyebalkan dan berkata.
"Guys. Kelinci loh," nadanya datar menunjuk ke kelinci hutan itu yang masih kaget.

"A-aduh.. sakit pantat aku," ngeluh Gita.

"Ukh.. salah sapa coba?!!" Jawab Deast.

"Gak baik untuk jantung!!" Kata Dayen dengan sabar. Menatap sinis ke kelinci hutan itu.

"S-sakit. Awas kau!!" Ucap Sindy yang tertimpah Teis.

"Hehehe. Maafkan..," ucap Teis sambil berusaha untuk berdiri.

Mereka semua merapikan diri, kecuali Sherly. Setelah itu Deast ngegas ke kelinci hutan yang masih duduk melihat mereka.

"Kelinci kok kek anjing," ngegasnya.

Dayen dan Sindy menyenggol bahunya secara bersamaan. "Ssst!! mulutmu," tegur Sindy.
"Iya kita sekarang lagi dihutan, jadi jaga ucapan mu," Dayen menambahkan.

Deast hanya berdehem aja. Kelinci hutan itu pergi saat setelah suara kerincing berbunyi keras.

KRING!! KRING!! KRING!!

Semua pohon bergoyang kuat, seperti ada yang menggerakkannya. Angin? Tidak mungkin, memang ada angin, tapi tidak sekencang itu.

Deg! Deg! Deg!

Detak jantung mereka mulai tidak seimbang. Keringat sudah membasahi baju mereka. Dan mata mereka melihat ke segala arah dengan panik.

 𝑨 𝒒𝒖𝒊𝒆𝒕 𝒃𝒓𝒆𝒂𝒌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang