Kinara mengerjapkan matanya. Silau karena lampu yang menerangi ruangan membuat Kinara memejamkan matanya kembali dan membukanya secara perlahan.
Hal yang pertama kali ia lihat adalah ruangan yang di dominasi oleh warna putih dan juga bau obat yang menyerbak.
Kinara menoleh ke arah kanan setelah melihat seseorang yang tengah tertidur di sana. Ia, Fahri. Lelaki itu tidur dengan tangan kanannya sebagai bantal dan tangan kirinya memegangi tangan Kinara.
Kinara menggerakkan tangan kanannya pelan membuat Fahri terbangun.
"Lo udah sadar, Ra? Apa ada yang sakit?"
"Gue kok bisa ada di sini?" Bukannya menjawab, Kinara justru bertanya dengan suaranya yang parau.
"Lo kemarin ngilang gitu aja dan ditemuin dengan keadaan lo yang basah kuyup, muka pucat dan pingsan," ucap Fahri. Kinara seketika mengingat kejadian yang menimpanya kemarin.
"Gue panggilin dokter dulu," ucap Fahri seraya meninggalkan Kinara. Kinara melirik sekitar. Ia sedang berada di rumah sakit dengan infus yang menempel di tangannya. Beberapa saat kemudian dokter pun datang untuk memeriksa keadaan Kinara.
"Lo mending istirahat lagi," ucap Fahri setelah dokter keluar dari sana.
"Kaki gue gak kenapa-napa, kan?" tanya Kinara.
"Jelas-jelas kaki lo luka, gimana sih."
"Maksud gue, gak terlalu parah gitu?"
"Parah sih menurut gue. Luka lo kan sampe harus dapet lima jahitan," ucap Fahri. Kinara menghela nafas pelan.
"Apa yang sebenarnya udah terjadi sama lo kemarin?" tanya Fahri.
"Gue ... Gue kemarin cuma gak bisa tidur aja. Gue bosen, terus gue mutusin buat ke danau liat matahari terbit."
"Terus?"
"Terus saat gue di pinggir danau tiba-tiba aja ada yang dorong gue."
"Lo yakin ada yang ngedorong lo?"
"Gue yakin banget, Ri. Gue ngerasa banget kalau punggung gue didorong gitu sampe gue kecebur. Gue juga liat seseorang yang pake hoodie yang kayaknya warna hitam."
"Warna hitam?" tanya Fahri.
"Iya kayaknya. Soalnya gue gak bisa bedain warna karena keadaan di sana masih gelap."
"Lain kali lo jangan nekat pergi sendiri," ucap Fahri.
"Iya-iya, gak bakal lagi."
"Kalau udah kayak gini siapa yang nyesel?" tanya Fahri.
"Gue."
"Sama, gue juga."
"Maksud lo?"
"Gue belum bisa jaga lo, Ra."
***
Hari ini kondisi Kinara sudah mulai membaik. Dan besok ia juga sudah diperbolehkan untuk pulang. Sebenarnya Kinara ingin pulang secepatnya, namun karena ketentuan rumah sakit seperti itu maka Kinara mau tak mau harus menerimanya.
"Makanan rumah sakit gak enak. Ewh," ucap Kinara sembari mengaduk-aduk makannya.
"Makan aja. Lo gak makan nanti malah nambah penyakit," ucap Fahri. Lelaki itu datang menjenguk Kinara sepagi mungkin.
"Gue maunya bakso," ucap Kinara.
"Masih pagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/209383689-288-k578293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Barbar VS Ketua OSIS [✓]
Teen FictionLengkap📌 Hanya cerita klasik, benci jadi cinta. Kata orang, "Jangan terlalu benci, nanti malah cinta." Kinara percaya? Yang pasti tidak. Tapi karena ia terus-menerus berurusan dengan Fahri si ketua OSIS, rasa benci Kinara berangsur-angsur memudar...