1. Kesiangan

211K 13.3K 1.7K
                                    

Seorang gadis tengah merajut mimpi indah di balik selimut tebal miliknya. Dia adalah Kinara Apriliana Purnama, atau biasa dipanggil Ara. Jam dinding telah menunjukan pukul 06.30 WIB. Namun, ia masih nyaman terlelap dalam tidurnya.

"YA ALLAH ... PUNYA ANAK GADIS JAM SEGINI BELOM BANGUN."
"HEH KINARA, BANGUN!" Nia menarik selimut Kinara yang menutupi seluruh tubuh putrinya itu.

"Nghh ... apaan sih, Mih?" tanya Kinara dengan suara seraknya.

"Apaan-apaan, Bangun! Ini udah jam setengah tujuh."

"Ya, terus?"

"Ya, sekolahlah, Maemunah."

"HAH?!" Mata Kinara seketika terbelalak.

"Hah hoh hah hoh, cepetan siap-siap! Mamih tunggu loh di bawah. Awas kalo sampai telat, Mamih potong uang jajan kamu."

Dengan secepatnya, Kinara berlari menuju kamar mandi. Cuci muka dan menggosok gigi sudah cukup baginya untuk hari ini.

Selesai mengenakan seragam dan merias wajah, Kinara berlari menuruni tangga menuju meja makan karena seluruh keluarganya telah berkumpul di sana.

"MORNING, EPRIBADEH!" teriak Kinara.

"Kamu itu anak gadis, gak baik teriak-teriak kayak gitu," ucap Septian.

"Hehe, maaf, Pih," ucap Kinara sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Tapi ada baiknya loh Pih teriak. Kalau ada orang yang jahatin aku, aku bisa teriak sekenceng-kencengnya biar semua warga bumi denger dan nolongin aku," jelas Kinara.

"Ck-ck, ada-ada aja kamu ini." Septian berdecak seraya mengambil cangkir yang berisi kopi dan menyesapnya.

"Gak bakalan ada yang jahatin lo," ucap Satria.

"Lah kenapa?" tanya Kinara.

"Oh ... karena ada Abang ya, yang bakal selalu jagain Eneng?" Kinara mengedip-ngedipkan matanya.

"Idih, ke-pd an banget sih lo. Penampilan lo aja kayak tante girang, gimana ada yang bakal jahatin lo? Yang ada mereka pada takut sama lo."

"Bangsat," gumam Kinara

"Heh, bahasanya," ucap Septian memperingati anak bungsunya itu.

"Abang yang duluan, Pih."

"Mana ada? Ara duluan."

"Abang lah."

"Ara."

"Abang!"

"Ara!"

"Ab—"

"STOP! Ngomong sekali lagi, Mamih potong uang jajan kalian berdua."

"Apaan sih, Mih? kok ancamannya dari tadi potong uang jajan mulu," ucap Kinara.

"Terserah Mamih lah."

Kinara dan Satria mengerucutkan bibir. Sementara Septian hanya bisa terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan istri beserta kedua anaknya itu.

"Yaudah, Ara berangkat deh." Kinara bangkit lalu menyalami kedua orang tua dan tidak lupa pula Kakaknya.

"Assalamualaikum semuanya. Ara berangkat sekolah dulu ya, bye."

"Waalaikumsalam."

"Hati-hati!"

"Abang kapan berangkat?" tanya Nia.

"Lah? ngusir," ucap Satria. Namun, sedetik kemudian lelaki itu ciut setelah mendapat tatapan dingin dari ibunya.

"Peace, Mih. Iya bentar lagi, hehe."

Cewek Barbar VS Ketua OSIS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang