Kinara berlari menulusuri koridor sekolah yang telah sepi dengan cepat. Hampir saja ia kembali terlambat.
Dari jauh, Kinara bisa melihat murid-murid yang telah berkumpul di lapangan. Mereka masih merapihkan barisannya membuat Kinara sedikit bernafas lega. Ternyata upacara belum dimulai.
Saat akan berbelok, hampir saja Kinara menabrak seseorang.
"Astaghfirullah," ucap Kinara kaget.
Fahri, lelaki yang menggunakan jas almamater itu juga sama terkejutnya.
"Kesiangan lagi?" tanya Fahri.
"Engga, gue kepagian," ketus Kinara.
"Atribut lo mana?" tanya Fahri.
"Ada kok. Ini ..." Seketika Kinara terbelalak ketika ia melihat tidak ada dasi yang menggantung di lehernya. Lantas ia segera meraba kepalanya, tidak ada topi di atas sana. Lalu ia menyentuh pinggang, juga ia tidak memakai ikat pinggangnya.
"Yaampun, kok bisa sih gue kelupaan." Kinara menepuk dahi sambil menghela nafas kasar.
"Aduh Ri, kepala gue kok pusing sih. Anterin gue ke UKS aja yuk," ucap Kinara sambil memegangi kepalanya yang sama sekali tidak sakit.
"Alesan. Nih pake." Fahri memberikan dasi dan topinya pada Kinara. Kinara mengernyit heran.
"Lah, terus lo gimana?" tanya Kinara seraya mengambil dasi dan topi tersebut.
"Gue gak bakal ikut upacara. Jadwal gue sekarang jaga gerbang."
"Kok gitu? Yaudah, mending lo yang pake ini. Gue yang jaga gerbang," ucap Kinara sambil mengembalikan dasi dan topi pada Fahri. Lelaki itu menatap Kinara datar, membuat gadis itu seketika ciut.
"Iya-iya, gue pake nih." Kinara mengikat dasinya asal. Fahri yang melihat itu pun gemas sendiri, lantas ia menepis pelan tangan Kinara dan mengikat dasi gadis itu dengan rapi. Kinara terdiam. Wajah lelaki itu cukup dekat dengan Kinara membuat ia bisa merasakan hembusan nafas hangat darinya.
"Gini aja gak bisa. Mau gue beliin dasi SD yang ada karetnya?" ucap Fahri. Kinara mengerucutkan bibirnya.
Tak lupa Fahri pun membenarkan posisi topi Kinara. Lelaki itu memasukan helaian rambut Kinara ke dalam topi. Persis seperti orang tua yang sedang merapikan anaknya ketika akan berangkat sekolah.
"Sana baris. Tasnya lo simpan di belakang barisan aja." Kinara mengangguk lantas ia melangkah ke arah timur pada bagian lapang yang tertutupi kanopi. Fahri menarik bahu Kinara. Gadis itu mundur hingga berhadapan dengannya kembali.
"Baris di sana." Fahri menunjuk pada lapang bagian barat yang diperuntukkan bagi murid yang tidak disiplin.
"Panas," rengek Kinara.
"Suruh siapa lupa gak pake atribut?" ucap Fahri.
"Lo jangan tanggung-tanggung dong ngasih pinjem nya, sekalian kek sama ikat pinggang lo," ucap Kinara.
"Gak. Udah sana." Fahri mendorong pelan kepala Kinara membuat gadis itu kesal. Kinara berjalan seraya menghentak-hentakan kakinya meninggalkan Fahri.
Sekitar satu jam lebih Kinara berdiri berhadapan langsung dengan sinar matahari bersama murid-murid lain yang juga tidak disiplin sama sepertinya. Untungnya tadi Fahri meminjamkan Kinara topi, membuat sinar matahari itu tidak langsung menyoroti wajahnya.
Para Murid berbubaran setelah upacara bendera selesai. Beberapa dari mereka ada yang ke kelas, ada yang ke kantin bahkan ada juga yang masih di lapangan seperti Kinara dan teman-temannya. Mereka yang masih di lapang tersebut harus melaksanakan hukuman terlebih dahulu karena ketidakdisiplinannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Barbar VS Ketua OSIS [✓]
Fiksi RemajaLengkap📌 Hanya cerita klasik, benci jadi cinta. Kata orang, "Jangan terlalu benci, nanti malah cinta." Kinara percaya? Yang pasti tidak. Tapi karena ia terus-menerus berurusan dengan Fahri si ketua OSIS, rasa benci Kinara berangsur-angsur memudar...