○○○
Kinara melangkahkan kakinya cepat. Sebuah mobil telah menunggu gadis itu di depan gerbang rumah miliknya.
"Pagi!" sapa Kinara ceria.
"Pagi juga," balas seseorang yang telah menunggu gadis itu. Orang itu lantas mengusap lembut kepala Kinara.
Terhitung sudah tiga tahun lebih orang itu menemani Kinara. Siapa lagi kalau bukan Fahri Adiansyah.
"Pintu rumah udah kamu kunci?" tanya Fahri.
"Udah."
"Bagus, deh. Kasian ya kamu, semaleman di rumah sendirian," ucap Fahri seraya mengusap kembali kepala Kinara.
"Iya, ih," ucap Kinara seraya mengerucutkan bibirnya. Orang tua Kinara pergi ke luar kota kemarin membuat ia harus sendirian di rumah.
"Tapi untungnya, kamu mau nemenin aku teleponan sampai aku ketiduran. Makasih, ya."
"Kamu udah jadi tanggungjawab aku," ucap Fahri seraya mengusap pipi Kinara.
"Belum."
"Oh iya, belum. Tunggu sebentar lagi, ya. Biar kamu sepenuhnya jadi tanggungjawab aku."
"Ih, apaan sih? Masih pagi juga." Kinara memukul bahu Fahri pelan seraya tertawa.
"Loh? Cincin kamu ke mana?" tanya Fahri.
"Ini," tunjuk Kinara pada kalungnya. Cincin yang seharusnya dipakai di jari manis justru ia jadikan sebagai bandul bagi kalungnya.
"Aku gantung di kalung aja, ya? Soalnya takut hilang," lanjut Kinara.
"Cincinnya kegedean?" tanya Fahri. Kinara mengangguk mengiyakan.
"Padahal kemarin pas pas aja tuh di jari. Kamu sekarang jarang makan, jadi bukan cincinnya yang kegedean, tapi kamunya yang kekecilan."
"Iya kah?" tanya Kinara. Fahri mengangguk.
"Kamu jangan terlalu pikirin tugas-tugas kuliah sama skripsi kamu yang belum beres. Kalau udah waktunya makan, makan! Kalau tugas kamu terlalu numpuk, aku bakal selalu bantu kamu, kok. Tenang aja, ya."
"Padahal program studi kita beda, tapi kamu mau terus-terusan bantuin aku. Makasih lagi, ya," ucap Kinara lirih.
"Iya. Gapapa, kok."
"Btw, kamu udah sarapan?" tanya Fahri saat mobil yang mereka tumpangi mulai melaju.
"Udah dong. Hari ini kan dosen killer aku ngajar, jadi aku harus bangun pagi deh. Kamu pasti belum sarapan kan?"
"Iya nih belum. Aku lupa kalau sekarang kelasnya dosen killer kamu. Tadinya, aku mau ngajak kamu sarapan bareng."
"Yaudah, aku temenin kamu sarapan dulu."
"Gak usah. Aku sarapan di kantin kampus aja. Kalau sekarang kamu nemenin aku sarapan, nanti kamu malah kesiangan."
"Oke, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Barbar VS Ketua OSIS [✓]
Novela JuvenilLengkap📌 Hanya cerita klasik, benci jadi cinta. Kata orang, "Jangan terlalu benci, nanti malah cinta." Kinara percaya? Yang pasti tidak. Tapi karena ia terus-menerus berurusan dengan Fahri si ketua OSIS, rasa benci Kinara berangsur-angsur memudar...