5.Tiba-tiba

45 6 0
                                    

"Pada akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai untuk sesuatu yang dimulai."

*****

Bulan sekarang sudah siap dengan seragam putih abu nya. Rambut sepinggangnya ia biarkan tergerai indah, wajah putihnya yang hanya dilapisi skincare seperti biasa dan bibir merah mudanya yang hanya diberi lipbalm. Memang terlihat sederhana, namun mampu membuat kaum Adam bertekuk lutut karena kecantikan alaminya.

Bulan menuruni tangga dengan wajah cemberut, berjalan dengan melipat tangannya di depan dada. Dia mendudukkan bokongnya di meja makan bersebelahan dengan mama nya, Diana.

"Kenapa sih kok cemberut gitu?" Tanya Samudra papanya Bulan.

Bulan menatap garang pada Langit yang sedang memakan sarapannya dengan tenang.

"Langit ngajak War terus sama aku pa." Adu Bulan menoleh pada Sam dengan nada merajuk.

Pagi tadi Bulan sangat dibuat kesal oleh Langit. Cowok satu itu tiba-tiba datang menggedor-gedor kamarnya membuat tidur Bulan terganggu. Dan yang membuat Bulan lebih kesal lagi, langit dengan seenak jidatnya membawa ayam jago milik tetangga sebelah masuk ke kamar Bulan dan berkokok di depan wajahnya. Sungguh menyebalkan sekali. Ingin rasanya Bulan menonjok wajah adiknya sampai penyok. Ingatkan Bulan untuk melakukan itu nanti jika sudah pulang sekolah!!

Sam menatap Langit dengan menghela nafas pelan,"Langit, minta maaf sama kakak kamu sekarang." Perintahnya tegas.

Bulan menjulurkan lidahnya saat Sam berpihak padanya.

Langit menoleh sekilas pada Bulan"Lebaran masih lama pa." Ujar Langit kembali melanjutkan sarapannya.

Bulan semakin memberengus kesal,"Tuhkan pa, Langit emang kayanya punya dendam tersumbat deh sama aku. Potong aja tuh uang sakunya!!."

Langit tidak menanggapi ancaman Bulan sama sekali. Wajahnya masih terlihat santai. Memotong uang saku bukan? Tenang saja, uang di bawah kasurnya masih banyak. Hasil tabungan dari usaha penjualan permen karetnya di sekolah sungguh membuahkan hasil yang memuaskan. Boleh sombong tidak?.

Diana yang sejak tadi hanya diam kini mulai mengangkat suara,"Kak kamu kan sekarang upacara, udah siang loh ini."

Bulan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 06:20, sontak saja matanya membulat sempurna. Astaga, sekarang hari Senin dan dirinya harus mempersiapkan upacara penaikan bendera. Sial, Ini semua gara-gara  Langit!!!! Salahkan Langit!!

Dengan terburu-buru Bulan meminum susu coklatnya dan beranjak dari duduknya, melupakan Langit yang kini sudah memasang wajah Meledek. Mampuzzz.....

"Kak!!" Ucap Diana sedikit keras saat Bulan pergi begitu saja tanpa mencium tangannya.

Bulan membalikkan badannya dan kembali ke meja makan,"Hehe maaf Bulan lupa," cengirnya membuat Diana dan Sam menggeleng heran. Kok bisa ya anak gadisnya ini menjabat sebagai ketua OSIS jika dengan waktu saja sudah tidak konsisten.

Setelah mencium kedua tangan mama dan papanya, dengan terbirit-birit Bulan berjalan menuju halaman rumah. Mang Jaka, supirnya sedang duduk bersantai di teras dengan secangkir kopi.

"Mang cepetan Bulan telat!!!" Teriak Bulan dan segera masuk ke dalam mobil.

Mang Jaka yang sedang menyesap kopi hitam nya langsung tersedak saat mendengar teriakkan nyonya mudanya. Pria paruh baya dengan perut buncit itu berlari dan segera masuk ke dalam mobil.

BILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang