7. Pertemuan sengit.

45 4 0
                                    

"Ada kala dimana kehilangan lebih baik daripada mempertahankan tapi menciptakan luka."

*****


Bulan saat ini sedang berada di halaman belakang sekolah, gadis itu duduk di sebuah kursi yang menghadap pada kolam ikan. Angin sejuk menerpa wajah cantiknya, rambut yang ia gerai pun berterbangan membuat dirinya terlihat manis.

Bulan menarik nafas dan menghembuskan nya pelan berulang kali. Ia berniat untuk memberikan jawaban pada Rey, laki-laki yang 4 hari lalu telah menyatakan perasaan pada dirinya. Dengan gugup ia menunggu kedatangan laki-laki itu, tangannya sudah berkeringat. Semoga saja ini memang keputusan yang benar.

Tak lama, orang yang ditunggu pun datang.

"Maaf nunggu lama." Ucap seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Rey.

Bulan menatap laki-laki berbadan jangkung yang berdiri di hadapannya.

"Hmm duduk."

Rey pun mengangguk dan mendudukkan bokongnya di sebelah Bulan.

"Ada apa Lan?" Tanya Rey menaikkan kedua alisnya.

Sebenarnya Rey tau jika Bulan akan memberikan jawabannya sekarang, namun hatinya belum siap jika harus mendengar penolakan dari bibir gadis itu.

Bulan menghela nafasnya lagi, ia memberanikan diri menatap mata Rey.

"Gue mau kasih jawaban buat pernyataan Lo 4 hari lalu." Balas Bulan, ia meremas-remas jarinya karena gugup.

Semoga saja Rey tidak akan menghindarinya setelah mendengar jawaban ini.

Bulan menunduk,"Maaf gue gak bisa nerima perasaan Lo." Lanjut Bulan.

Rey diam. Jujur saja, hatinya sangat sakit seperti ada beribu-ribu jarum yang menusuknya, mendengar jawaban yang sudah ia duga dari Bulan membuat ia hanya bisa tersenyum kecut.

Bulan menunduk, Rey menggenggam kedua tangan gadis itu membuat Bulan mengadah dan menatap nya sendu.

Rey mengelus kedua tangan Bulan yang ia genggam dengan ibu jarinya.

Ia tersenyum kecil,"Iya gapapa Lan." Ucap Rey tulus.

Bulan pun menyunggingkan senyumnya,"Kita masih bisa temenan kok."

Rey tersenyum, ia melepaskan genggamannya dan mengelus puncak kepala Bulan lembut.

"Iya."

Bulan bernafas lega, Rey memang laki-laki yang baik.

"Makasih Rey." Rey hanya mengangguk dan berdiri membuat Bulan juga ikut beranjak.

"Yuk pulang."

Bulan mengangguk semangat, tanpa sadar ia menarik lengan Rey dan menggandengnya.

Mereka pun berjalan menyusuri lorong dengan Bulan yang terus berceloteh tanpa henti dan Rey yang masih merasakan sesak di dadanya, sungguh ia harus belajar untuk menghilangkan perasaan suka nya untuk Bulan yang hanya menganggapnya sebagai teman. Malang sekali nasibmu Rey....

Saat melewati lapangan bola, Bu Tia selaku guru BK di SMA GALAKSI sedang berdiri tegak di seberang lapangan.

"Bulan!" Seru Bu Tia dengan tangan yang ia angkat tinggi-tinggi mengkode Bulan untuk menghampirinya.

"Iya Bu!!" Balas Bulan.

Kemudian ia menatap Rey,"Lo duluan aja Rey."

"Iya, gue duluan ya." Pamit Rey, sebelum ia melenggang pergi dari hadapan Bulan. Tangan laki-laki itu terulur mengacak pelan rambut Bulan dengan tersenyum lembut.

Setelah Rey pergi, Bulan berbalik dan melangkahkan kakinya menghampiri Bu Tia.

"Iya ada apa Bu?" Tanya Bulan sopan saat sudah berada di hadapan Bu Tia.

"Tolong ambilkan botol minum ibu di kelas XII Bahasa 1." Suruh Bu Tia.

Bulan mematung, XII Bahasa 1 kan kelasnya si batu bata. Duhh semoga aja cowok itu udah pulang.

"Lan." Panggil Bu Tia saat melihat Bulan malah bengong.

"Eh iya Bu." Bulan mengangguk dan tanpa banyak bicara ia berjalan menju lantai 2 tempat kelas XII Bahasa.

Saat sudah berada di depan kelas XII Bahasa 1, tanpa ragu Bulan masuk dan betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang cowok yang sedang merebahkan dirinya di sebuah meja yang berada tepat di sebelah pintu masuk, tas hitam yang dijadikan bantal dan wajah yang ditutupi lengan. Sepertinya cowok itu sedang tertidur.

Tanpa berniat untuk menganggu, Bulan segera berjalan menuju meja guru dan mengambil sebuah botol minum berwarna kuning.

Ia pun kembali melangkahkan kakinya keluar kelas, namun langkahnya terhenti saat mendengar seseorang mengeluarkan suaranya dan ia mengenali suara itu.

"Hmm." Cowok itu beranjak dari tidurnya dan duduk di meja.

Bulan menoleh dan menatap cowok itu. Ternyata cowok yang sejak tadi ia kira sedang tertidur adalah cowok yang akhir-akhir ini sangat menggangu hidupnya. Dia Bintang.

Dengan berani Bulan menatap garang dan melipat tangannya di depan dada.

"Ngapain Lo masih disini?"

"Lo sendiri ngapain ada di kelas gue?" Lihatlah sungguh menyebalkan sekali cowok ini, bukannya menjawab pertanyaan Bulan, kini ia malah berbalik bertanya.

"Serah gue!" Balas Bulan dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Jangan bilang kalo Lo cariin gue?" Tanya Bintang menaikkan sebelah alisnya.

Bulan melotot. Heyyy demi ubur-ubur nya Patrick, ingin sekali Bulan menjambak rambut Bintang dan mencakar wajahnya yang sok kegantengan itu. Lagian untuk apa pula ia mencari manusia tidak ada manfaatnya seperti Bintang.

Bulan menghela nafas sabar, berusaha untuk tidak meladeni Bintang. Bulan berjalan mendekat pada Bintang kemudian setelah ia berada tepat di depan cowok itu dengan sengaja ia menginjak sebelah kaki Bintang keras membuat sang empu meringis kesakitan.

"Gila Lo!" Setelah mengatakan itu, dengan santainya Bulan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Bintang yang sudah menahan amarahnya.

Bintang berdecak,"Sialan, awas aja lo" Gumamnya diakhiri smirk khas dirinya.

****
Haiii.....

Jangan lupa voment ya!!!

Di part ini mungkin agak gak jelas gitu, maklumlah soalnya idenya lagi mentok bgt😁

Papayyyy<3

BILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang