10.Warkop Teteh Kuning.

51 4 1
                                    

"Jika rasa, yang kamu miliki kini kembali lagi. Apa kamu yakin untuk mengulang nya lagi? Jika saja hatimu terluka lagi, apa siap untuk membuka hati?"

*****

"Lepasin!"

Kedua mahluk yang sama keras kepalanya ini tidak peduli jika mereka sudah menjadi pusat perhatian di parkiran taman. Yang satu menyeret tanpa beban dan yang satu berusaha melawan untuk tidak terseret.

"Lepasin gue!!"

Bulan masih tetap meronta-ronta saat tangannya ditarik paksa oleh makhluk jelmaan setan, tapi sialnya ia mengakui jika mahkluk itu sangat tampan dengan Hoodie hitam yang membalut tubuh tingginya.

Perlu Bulan katakan jika hari ini adalah hari yang sangat sial untuknya. Sial karena harus bertemu dengan Bintang. Ya, Bintang kakak kelas tersombong sepanjang masa. Menurutnya.

Setelah kejadian senggol menyenggol tadi, sekarang Bulan hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Jika tahu siapa orang yang telah ia maki-maki adalah Bintang. Mungkin ia akan dengan senang hati memilih untuk berdamai. Karena nyatanya ia belum siap untuk berhadapan kembali dengan Bintang setelah dengan gamblangnya ia menghina laki-laki itu kemarin. Bulan akui jika ia merasa sedikit bersalah. Hanya sedikit.

"Lo mau bawa gue kemana sih?! Kaki gue sakit!" Seruan yang terdengar seperti rengekan pun tidak Bintang hiraukan. Laki-laki itu masih terus melangkahkan kakinya dengan cepat, memaksa Bulan untuk mempercepat langkah kecilnya.

Bulan menghela nafasnya kasar. Cukup sudah ia pasrah diseret-seret seperti kambing yang menolak untuk dikurbankan. Memalukan.

"KEANU!!"

Berhasil. Bintang berhenti. Bisa Bulan rasakan jika tubuh laki-laki itu menegang.

Namun, sekarang Bulan yang membulatkan matanya saat sadar dengan apa yang telah ia ucapkan. Mulut siapa sih ini?! Bisa-bisanya gue manggil dia gitu...

Bintang membalikkan tubuhnya dan menatap Bulan dengan kedua alis terangkat. Tautan tangan mereka masih menyatu. Bulan hanya bisa berdoa jika Bintang tidak menyadari telapak tangannya yang berkeringat.

Bulan berharap jika sekarang akan ada badai besar yang menghantamnya, atau langit yang rubuh menimpa dirinya. Dan teruntuk siapapun yang bisa menyelamatkannya dari situasi ini, jika orang itu adalah perempuan akan Bulan jadikan sebagai kekasih mang Ubed dan jika orang itu laki-laki akan Bulan jadikan sebagai-

"Apa?"

Bulan kembali pada kesadarannya. Gadis itu membolak-balikkan matanya kesana kemari. Menghindari tatapan Bintang.

"A-anu...kaki gue sakit." Ucap Bulan pelan. Sial kenapa harus gugup.

"Yaudah ayo ikut gue." Balasan kelewat santai dari Bintang mampu membuat amarah Bulan naik kembali. Dengan sekali hentakan gadis itu melepaskan tautan tangan mereka.

"Lo ngerti gak sih?! Kaki gue sakit! Kalo Lo cuman mau balas dendam soal kejadian kemarin, mending jangan sekarang!! Gue mau pulang!" Bulan membalikkan badannya dan berjalan terpincang- pincang.

Baru genap dua langkah ia berjalan, suara dingin itu kembali menginterupsi."Lo mau pulang pakai apa?"

Bulan kembali merutuki dirinya saat ingat jika Rey sudah pulang karena Bintang memintanya untuk meninggalkan mereka berdua. Dan Dewi Fortuna sepertinya memang tidak berpihak kepadanya saat menyadari jika sekarang ia tidak membawa uang sepeser pun. Salahkan Langit, yang telah mengacaukan paginya tadi.

Sebuah seringai kecil terbit di bibir laki-laki itu saat menyadari Bulan yang terdiam.

"Ayo." Bintang kembali menarik tangan Bulan, kali ini sedikit lebih lembut.

BILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang