10 cm ㅡ Ruang kedua

520 89 23
                                    

"Duh, huh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Duh, huh..huh...KOK LO BISA-BISANYA TELAT SIH?!?"

Kafka masih ingat bagaimana manisnya perhatian Rafa padanya dulu. Waktu ia ketahuan telat dan rambutnya lupa disemir kembali warna hitam, lalu berujung dihukum sendirian di tengah lapangan, Rafa lari mendatanginya ditengah-tengah pelajaran ㅡdengan dalih ingin ke toilet pada guru.

"Raf, ini 'kan jam kimia? Ngapain nyamperin gue?"

Kafka menatap heran pada Rafa waktu itu. Gila saja sahabatnya berani izin keluar saat jam pelajaran kimia yang gurunya terkenal super-duper kejam.

"Gue tau lo kepanasan." Kata Rafa waktu itu sembari menepelkan botol air mineral dinginㅡyang sudah pasti baru ia beli di kantinㅡpada pipi kanan Kafka.

Rafa masih berdiri terengah-engah di depannya sambil menyeka keringat di dahi cowok itu. Hari itu sedang panas terik, namun Rafa dengan gilanya berlari ke kantin membeli sebotol air mineral untuk Kafka yang kepanasan di lapangan.

"Thanks. Panas banget, gila. Gue mau mati aja rasanya!" Ujar Kafka sebelum ia meneguk air mineralnya.

Kafka menatap heran Rafa yang masih berdiri di depannya. Sahabatnya itu sudah berdiri sekitar 15 menit dan tidak kunjung kembali ke kelas. Sinting.

"Balik, tolol. Lo mau dapet C di rapor?"

"Males balik." Jawab Rafa santai sebelum teriakan dari ujung lapangan mengalihkan perhatian mereka berdua.

"KARAFAAAAAAA! BALIK KE KELAS ATAU KAMU SAYA KELUARKAN DARI TIM FUTSAL!"

Teriakan Pak Dista sukses membuat Rafa merinding seketika dan langsung menegakkan badannya. Gila saja dirinya diancam dikeluarkan dari tim futsal kesayangan? Hell, no!

"Pak, saya cuma mau nemenin Kafka." Ujar Rafa ketika Pak Dista sudah berdiri di sampingnya.

"Dih? Kamu bukan pacarnya, cuma temen aja kok kelakuannya melebihi pacar!" Sindir Pak Dista sambil menatap sinis Rafa.

Perlu diketahui, Pak Dista mulai bersikap dingin dan kejam pada Rafa semenjak ia ketahuan mendukung Arsenal saat bertanding dengan Liverpool di Premier League tahun 2010.

"Justru karena temen, Pak!" Bela Rafa dengan semangat. Lalu ia melanjutkan, "Saya udah dukung Liverpool kok, Pak, sekarang."

"Cih, saya tau kamu gambar logo Arsenal di kertas ulangan kemarin."

Skak mat. Hari itu Rafa berakhir ditarik kembali ke kelas dan diadukan kepada guru kimianya. Kafka hanya tertawa geli melihat sahabatnya menderita.

Nggak hanya itu, perhatian kecil Rafa yang sukses membuat Kafka senyum saat mengingatnya adalah saat dimana ia putus dengan pacarnyaㅡsi Kakak kelas kapten basket SMA-nya.

25cm [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang