6 cm ㅡ RAN : Pandangan Pertama

567 92 56
                                    

"Yang ini Mark, ini Jaehyun, ini Taeyong, kalo yang ini kesukaan gue Doyoung! Terus iniㅡ"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Yang ini Mark, ini Jaehyun, ini Taeyong, kalo yang ini kesukaan gue Doyoung! Terus iniㅡ"

"Hah? Banyak banget sih, Dis?!" Ujar Talia kebingungan dengan foto cowok-cowok yang ditunjuk oleh Adisa.

"Ih justru disitu enaknya! Karena banyak, lo jadi berasa ganti-ganti pacar setiap hari!" Jelas Adisa yang masih semangat menunjukan foto NCT dari ponselnya.

"Gantengan gue." Ucap Benzino yang tiba-tiba datang entah darimana. Cowok itu menyikut lengan Kafka, "gantengan gue 'kan, Kaf?"

Kafka kaget, "hah?"

"Linglung amat lo kaya lagi darah rendah." Ben duduk di sebelah Kafka, ia menatap cewek itu curiga. "Lagi marahan ya sama pacar lo?"

"Ngaco. Siapa pacar gue?"

"Rafa lah!"

Rafaㅡentah kenapa dari tiga hari yang lalu cowok itu aneh banget. Emosi mulu kalau Kafka membahas tentang charger. Entah itu charger laptop, ponsel, atau bahkan mungkin kamera, Rafa pasti akan tersulut emosi.

Semenjak dari konser Ekuator, Rafa benar-benar sensitif banget soal Kafka dan Ardega. Kalau Kafka sibuk main ponsel saja, cowok itu bisa mencurigai Kafka sedang ngechat Ardega. Padahal boro-boro ngechat, punya kontaknya pun tidak. Memang Rafa saja yang negative thinking dengannya.

Sanking anehnya Rafa, Kafka sempat berpikir kalau jangan-jangan sahabatnya itu cemburu. Tapi engga! Rafa dan perasaan adalah hal yang nggak bisa nyatu. Rafa adalah satu-satunya orang yang kelewat nggak peka bagi Kafka. Jadi untuk menyimpulkan cowok itu cemburu, nggak mungkin banget.

"Nanti gue nggak bisa nganter pulang ya." Kata Rafa tiba-tiba yang sudah duduk di depan Kafka.

Tuh 'kan. Aneh banget. Dari beberapa hari yang lalu Rafa selalu membawa mobilnya dan mengajak Kafka untuk berangkat dan pulang kantor bareng. Padahal biasanya mereka hanya akan memesan driver ojek bareng dan pergi bersamaan.

Tapi melihat sikap Rafa yang begini membuat Kafka semakin menaruh harapan. Apakah cowok itu juga merasakan perasaan yang aneh sama seperti Kafka? Apakah Rafa juga merasa kalau ada yang beda diantara mereka? Apa Rafa juga sadar kalau ada rasa yang mulai tumbuh di hati Kafka?

"Ada apaan, Pak?" Bukan Kafka yang bertanya, melainkan Ben yang penasaran.

"Ada urusan."

Ada urusan. Kafka menerka-nerka apa urusan yang Rafa miliki sampai nggak bisa mengantarnya pulang. Nggak, Kafka nggak sedih Rafa tidak mengantarnya pulang. Ia hanya penasaran saja sahabatnya itu ada urusan apa.

25cm [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang