9 cm ㅡ Rafa dan kotak pandora

547 92 39
                                    

Apa ketakutan terbesar lo?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apa ketakutan terbesar lo?

Mungkin sebagian orang akan menjawab mereka takut pada satu hewan, takut pada atasan, takut mati, takut ketinggian, atau bisa juga takut ruang kosong. Tapi bagi Rafa, ia takut kehilangan.

Bayang-bayang akan kehilangan seseorang benar-benar menghantuinya setelah Ayah dan Ibunya berpisah. Raga mereka memang masih ada, tapi bagi Rafa, mereka berdua sudah melepaskan sematan kata 'orangtua' untuknya.

"Bokap nggak pulang."

Rafa masih ingat bagaimana terpuruknya ia di depan Kafka saat sadar Ayahnya sudah tidak pulang ke rumah mereka hampir lima hari. Alasannya karena lembur. Tapi Rafa tau bukan itu alasan yang sebenarnya. Ia tau Ayahnya benar-benar jenuh dengan rumah.

Rafa sedih, kesal, emosi, dan ingin marah. Tapi ia nggak bisa meluapkannya. Rafa terbiasa meredam emosinya begitu saja. Memendamnya jauh di kotak pandora dalam dirinya. Menumpuk satu persatu emosi dan rasa yang nggak bisa ia luapkan ke dalam sana.

"Kalo mau marah, marah aja. Kalo sedih, nangis. Kalo seneng, senyum. Lo harus belajar ngerti perasaan lo, Rafa."

Dan Rafa masih ingat bagaimana Kafka selalu menasihatinya untuk mengeskpresikan perasannya. Kafka bilang ia harus bisa marah, sedih, dan senang di waktu yang tepat. Katanya jangan dipendam. Tapi Rafa nggak bisa. Ia nggak bisa melakukan itu.

Alasan ketidakbisaan itu adalah karena takut kehilangan. Masih ingat bagaimana terakhir kali ia marah saat melihat Kafka bersama Ardega di konser Ekuator? Masih ingat bagaimana dirinya marah saat melihat note konyol dari Ardega untuk sahabatnya? Kemarahan itu menuntunnya untuk tau satu fakta bahwa ia telah melewati batasnya sebagai sahabat dan Kafka nggak suka itu.

"Bersikap selayaknya teman, jangan berlebihan."

Entah Kafka sadar atau tidak, kata-kata yang cewek itu ucapkan sukses menghantui Rafa setiap saat. Pertanyaan-pertanyaan akan dirinya yang kelewatan dari batas teman selalu hadir di kepalanya dan menuntunnya pada satu keputusan yang jumat malam kemarin ia katakan.

"Maaf, ya? I promise I'll stay behind our line."

Garis batas mereka akan mulai terlihat lagi. Rafa mungkin akan mundur beberapa centi, lalu kata 'sekedar sahabat' akan muncul kembali. Untuk rasa yang mulai hadir lagi, maaf, Rafa harus kubur kembali di dasar hati.

"Hey? Kok ngelamun aja sih? Barasuara lagi manggung, tuh!" Suara dan tepukan Rania di bahu membuat Rafa sadar dari lamunannya.

Bahkan keramaian dan kebisingan konser meredup di telinganya hanya karena seorang Kafka. Sudah gila, ada apa sih dengan ia dan logikanya? Apa perasaan sudah mengambil alih fungsi tubuhnya? Gawat. Kalau begini, bisa-bisa rusak kotak pandoranya.

25cm [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang