3 cm ㅡ Gue malu!

664 95 33
                                    

"Are we cool, Raf?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Are we cool, Raf?"

Rafa masih saja terus teringat ucapan terakhir Kafka setelah sahabatnya itu mengecup bibirnya tanpa aba-aba. Shit, Rafa malu sekaligus pusing mengingatnya.

Perihal kecupan kemarin, Kafka langsung lari begitu saja setelah mengucapkan kata terakhirnya. Sedangkan Rafa ditinggalkan dengan kebingungan dan kekagetan yang melanda dirinya. Sampai-sampai cowok itu nggak fokus dalam pertemuannya.

"Lo ada sesuatu ya sama Kafka?"

Di pertemuan dua hari lalu, Rania menyodorkan pertanyaan aneh seperti itu.

"Hah?" Tanya Rafa yang kebingungan.

"Tadi gue liat kok."

Rafa yang waktu itu masih kaget dengan kecupan Kafka ditambah pertanyaan dari Rania tambah kaget dong. Duh, bingung. Masalahnya ia juga nggak tau kenapa sahabatnya itu menciumnya, tapi Rania malah menanyakan pertanyaan yang Rafa juga tanya-tanya dalam otaknya.

"Hahlolo salah liat kali. Dia cium pipi doang. Haha dia dari kecil dulu suka gitu ke gue haha." Rafa sengaja berbohong. Ia sudah nggak bisa memikirkan alasan lain.

"Kafka masih gatel gitu ya? Dulu waktu kita pacaran dia juga gitu kan? Nelpon lo bilangnya sakit waktu kita jalan, deket banget"

"Ran, stop. Dia nggak gitu."

Rania dari sejak mereka pacaran selalu berpikiran negatif pada Kafka. Rafa mengerti kalau cewek itu cemburu pada sahabatnya. Tapi menurut Rafa hubungannya dengan Kafka waktu itu masi wajar kok. Menurut Rafa, sih.

Kafka juga aneh waktu Rafa dan Rania pacaran. Cewek itu terus-terusan bilang kalau mereka nggak cocok, Rafa terlalu baik menilai Rania, dan berbagai macamnya. Jadi seolah Kafka dan Rania adalah musuh walaupun keduanya nggak pernah memunculkan kebencian ketika bertemu.

"Nggak gitu gimana? Dia terus-terusan lewatin batas sahabat. She has broke the line between you both. Garis yang seharusnya nggak dilewati, tapi dia malah dengan sengaja melewati itu." Kata Rania waktu itu yang masih bisa Rafa ingat dengan jelas.

Sore itu seharusnya menjadi pertemuan hangat antara ia dan teman-teman lamanya. Namun karena perang mulutnya dengan Rania, sore itu terasa menjadi pertemuan sengit. Untungnya ia dan Rania duduk terpisah dari anak-anak yang lain karena cewek itu meminta ngobrol empat mata.

"Raf, jangan naif. Selama-lamanya lo temenan, lo pasti pernah see her as a woman. Begitu juga dia. Dia bertingkah kaya begitu mungkin karena she has feelings for you?"

Rafa makin bingung dengan ucapan Rania. Kenapa cewek itu jadi memojokan hubungan persahabatannya dengan Kafka? Rafa kesal. Tapi lebih kesal lagi dengan dirinya. Bisa-bisanya sudah kesal tapi masih sayang dengan perempuan di depannya itu? Huh.

25cm [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang