Satu

9.9K 663 13
                                    

Shareen. Seorang yatim piatu yang hidup sebatang kara setelah kepergian sang nenek untuk selamanya dari dunia ini.

Shareen seorang gadis tegar, harus menunda keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena faktor ekonomi.

Hari-hari setelah lulus SMA, ia gunakan bekerja membantu anak dari keluarga Wijaya yang akrab ia sapa, Bunda Hana, sebagai pengasuh anak-anaknya. Malam harinya ia gunakan untuk bekerja di sebuah cafe, yang juga masih milik keluarga Wijaya. Almira Cafe.

Shareen yang tidak pernah mengeluh, selalu bertanggung jawab dengan pekerjaannya, apalagi dalam menjaga anak-anak Keenan dan Hana. Melihat kegigihan Shareen yang bekerja keras untuk pendidikannya, Keenan dan Hana berinisiatif untuk membantu Shareen melanjutkan kuliahnya.

Sungguh rejeki yang tak bisa ditolak. Shareen luar biasa senang. Walaupun awalnya ia menolak karena merasa merepotkan keluarga kaya yang selalu baik padanya.

Tapi Bunda Hana yang seorang baik hati, terus memaksa, karena selama 2 tahun Shareen membantunya menjaga Asya dan kedua adiknya, sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

Beruntung Shareen masih bisa masuk di PTN, walaupun mengikuti program non-reguler. Pagi sampai siang bekerja, dan sore hingga malamnya, kuliah. Semua itu ia jalani dengan kesungguhan. Hingga ia bisa lulus dengan predikat cumlaude.

Setelah lulus kuliah, Shareen tidak lagi menjadi pengasuh, ia diajak bergabung dalam tim sekretariat di perusahaan Yaser Corp.

Hari ini Shareen disibukkan dengan menemani anak dari atasannya, Randy Aufa Yaser, untuk mengunjungi lokasi proyek pembangunan. Hal itu sudah biasa Shareen lakukan. Pak Keenan yang mengutus Shareen untuk mendampingi Randy, karena anaknya itu sedang dipersiapkan untuk menjadi penerusnya.

Shareen selalu sabar menghadapi perilaku Randy yang cuek. Semenjak kejadian beberapa tahun lalu, anak bosnya yang tadinya ia kenal ramah, sekarang berubah menjadi lelaki yang dingin dan terkesan tak perduli dengan orang-orang disekitarnya. Apalagi jika ada wanita-wanita yang mencoba mencuri-curi perhatiannya. Ia hanya akan berlalu tanpa memperdulikan kehadiran mereka.

Wajar saja, Randy dewasa memiliki wajah yang tampan, dengan brewok yang mengelilingi rahangnya. Tubuhnya tinggi, tegap. Semua wanita yang melihatnya pasti akan terpesona. Sayangnya, Randy pernah mengalami hal yang menyakitkan dengan seorang wanita. Makanya ia tidak terlalu perduli dengan kehadiran makhluk Tuhan yang satu itu, kecuali keluarganya, dan juga Shareen.

Shareen duduk dengan gelisah di balik meja kerjanya. Dari tadi perutnya terus berbunyi. Menandakan bahwa ia harus mengisinya. Bukannya Shareen sengaja melewatkan makan siangnya, namun ia terpaksa meninggalkan sepiring steak lada hitam, karena mood anak bosnya yang tiba-tiba hancur disebabkan oleh seorang pramusaji yang tidak sengaja menumpahkan minuman dan mengenai pakaian Randy. Hal itu sontak saja membuat Randy kesal dan hampir naik pitam. Tanpa basa-basi ia meninggalkan meja makannya. Otomatis Shareen mengikuti langkah Randy. Padahal ia sudah siap memotong daging yang terhidang di depan matanya. Terpaksa ia pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan pada steak tersebut.

"Sabar ya, lambungku..." Shareen mengelus-elus perutnya.

"Kenapa kamu, Shareen?" Tanya Bu Maya memperhatikan gelagat Shareen.

"He...he... he.. nggak apa-apa, Bu. Cuma perut Saya dari tadi dangdutan terus..." Cengirnya.

Ucapan Shareen mengundang tawa orang-orang di ruangan tersebut.

SHAREEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang