Chapter 1 : Pertemuan
Sakura menatap batu nisan yang berada tepat di depan kakinya. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia terdiam sebentar sebelum menengadahkan kepala menatap langit. Awan hitam itu mulai bergemuruh menandakan sebentar lagi hujan akan turun. Pandangan Sakura lalu teralihkan pada wanita yang berdiri di sebelahnya.Haruno Mebuki, wanita yang berdiri di sebelah Sakura itu menatap batu nisan yang ada di depan mereka tanpa suara. Sakura menatap Mebuki tanpa arti sebelum membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah. Kontras dengan Mebuki yang mengenakan baju formal serba hitam, Sakura hanya mengenakan celana jeans dan hoodie berwarna dongker serta sepatu converse hitam putih yang sudah lusuh.
"Kau tatap batu nisan itu seharian pun tak akan membangkitkan mayatnya." kata Sakura datar sebelum berjalan menjauhi Mebuki. "Aku duluan." lanjut Sakura lagi sebelum benar-benar menghilang dari pemakaman. Haruno Mebuki yang masih menatap batu nisan di depannya itu menghela napas sejenak.
"Bahkan setelah mati pun kau tetap membuatku kesusahan." ucap Mebuki pelan. Matanya masih betah menatap batu nisan tersebut. "Apa yang akan kulakukan pada rentenir-rentenir sialan itu hah?" lanjut Mebuki masih dengan suara pelan namun sarat akan emosi.
Tik.
"Pada akhirnya, satu-satunya hal baik yang ku terima hanyalah cinta yang bahkan sama sekali tak lebih besar dari kesengsaraan yang kau berikan."
Tik.
Tik.
Tik.
Setitik demi setitik air dari langit pun mulai berjatuhan. Semakin lama semakin deras. Mebuki masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri, membiarkan tubuhnya kehujanan. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya sekarang. Tapi yang pasti, air mata itu mengalir menjadi satu dengan air hujan yang semakin deras.
"Kenapa tak kau bawa saja aku bersamamu?" suara Mebuki hampir tak terdengar akibat hujan deras yang membasahinya. Bahunya terlihat naik turun tak beraturan.
Dia terisak.
"Hiks . . Sialan kau, Kizashi."
oOo
Sakura menatap hujan di balik jendela kaca minimarket yang sedang dia singgahi. Tangan kanannya menggenggam sebuah minuman hangat berwarna coklat gelap. Dia menghela napas sejenak sebelum mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang tepat berada di depan jendela kaca minimarket tersebut.
Tidak banyak orang didalam sana. Hanya ada petugas di balik kasir dan beberapa orang yang keluar masuk minimarket untuk membeli keperluan mereka.Sakura menatap minumannya yang masih mengeluarkan uap. Raut wajahnya tak terbaca, begitupun pikirannya yang tak beraturan. 'Sekarang, apa yang akan kau lakukan Sakura?' batinnya pada diri sendiri. Pikirannya benar-benar buntu sekarang.
Lelaki itu sudah mati. Haruno Kizashi sudah mati. Seharusnya dia lega karena satu beban dihidupnya sudah mati. Tapi penjudi sialan itu masih meninggalkan masalah bahkan setelah dia mati. Dia yang telah mati tetap saja menyusahkan.
Sakura mengambil dompet hitam yang sudah lusuh di saku celananya. Jari-jarinya yang panjang dan lentik mulai menghitung satu persatu lembar uang yang dia punya. Saat jarinya sampai di lembar uang yang terakhir, dia mengumpat dalam hati. 'Sialan.' melihat uangnya yang belum cukup untuk kabur dari kota ini membuatnya sedikit meringis.
Mebuki adalah pelacur ulung. Bayarannya lumayan tinggi. Tetapi uang hasil menjual diri itu bahkan tidak cukup untuk menutupi semua hutang Kizashi. Kizashi benar-benar menyusahkan. Dia berhutang kemana-mana hanya untuk berjudi yang bahkan dia selalu kalah didalamnya.
Sakura mendengus kesal. Uang yang selalu disisihkan Mebuki untuk dirinya dan uang hasil dia bekerja paruh waktu diberbagai tempat bahkan hanya cukup untuk membayar transportasi dan makan untuk 4 hari. Akan tinggal dimana dia jika sudah kabur dari kota ini? Uangnya bahkan tidak mencukupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Life Of Cherry Blossoms
Teen FictionKehidupan Sakura berubah 180 derajat sejak Haruno Mebuki menikah dengan Hyuuga Hiashi. Bagaimana kehidupan baru Sakura setelah menjadi saudara tiri Hyuuga Hinata dan perasaan Hinata setelah Sakura masuk ke kehidupannya? Lalu, bagaimana dengan Sasuke...