VII

1K 99 16
                                    



Chapter 7 : Sebuah Keluarga



Mebuki mengetuk pintu ruang kerja Hiashi pelan sambil membawa secangkir kopi. Sudah hampir dua minggu sejak dia tinggal dan bekerja di kediaman Hyuuga. Ini merupakan suatu pencapaian tersendiri bagi Mebuki karena mendapat pekerjaan tetap yang lebih baik sejak terakhir kali dia menjadi 'pelayan'.

"Masuk." sahut Hiashi dari dalam. Mebuki membuka pintu perlahan dan memasuki ruang kerja itu.

"Kopi anda, Hiashi-sama." katanya sambil meletakkan secangkir kopi di meja Hiashi.

"Mebuki-san, berapa kali harus kubilang padamu untuk tidak memanggilku seperti itu?" tanya Hiashi datar. Mebuki menatap Hiashi bingung.

"Anda majikan saya, apa yang salah dengan itu?"

"Kau penyelamatku, jangan terlalu hormat pada orang yang berhutang budi padamu."

"Saya menyelamatkan hidup anda, anda membantu hidup kami. Itu sudah impas, Hiashi-sama." Mebuki menatap Hiashi lekat-lekat. "Jika anda bersikap seperti ini hanya karena Hinata-san, saya mohon hentikan saja dan perlakukan saya seperti pekerja yang lain." setelah mengucapkan itu Mebuki pamit dari sana meninggalkan Hiashi yang duduk tertegun.

Mebuki menutup pintu ruang kerja itu pelan sambil menghela napas. Pria itu tidak tulus, Mebuki tahu itu. Memperlakukan dirinya seperti penyelamat hanya karena Hinata sangat menyukai Mebuki itu tidak perlu, dia tidak butuh.

"Mebuki-san!" Mebuki mendongak menatap Hinata di ujung tangga yang baru saja memanggilnya. "Maukah kau mengepang rambutku?" tanyanya penuh harap. Mebuki memaksakan senyumnya.

"Baiklah."

"Kau tahu? Aku tadi membeli pita yang sangat lucu!" ucapnya ceria.

"Benarkah?" Mebuki tak sepenuhnya merespon. Bukannya dia tidak suka, namun dia sedikit tidak nyaman karena Hinata terus memonopoli dirinya. Bahkan Mebuki belum pernah menghampiri Sakura di perpustakaan Hyuuga setiap gadis itu belajar disana. Dia ingin membayar kesalahan yang pernah dia buat dengan menjadi Ibu yang baik dan selalu mendampingi Sakura, bukan?


oOo


Sakura menyukai guru seperti Yakushi Kabuto. Dia cerdas dan tidak berbelit-belit. Tidak terpengaruh dengan sikap dingin Sakura dan terus memberikan yang terbaik agar Sakura dapat mengejar pelajaran.

"Kau pasti akan lulus ujian dengan mudah." puji Kabuto. Dia baru selesai memeriksa jawaban yang Sakura kerjakan dan tidak ada jawaban yang salah. "Kau yakin pernah berhenti sekolah?" candanya.

"Sekolahku berhenti, tapi otakku tidak." jawabnya datar. Kabuto hanya tersenyum kecut, dia sudah beradaptasi dengan ucapan-ucapan tajam Sakura.

"Belum genap dua minggu dan kau hampir menguasai target materi kita. Kau benar-benar . . ." Kabuto berdecak kagum sambil menggelengkan kepalanya.

"Berhenti memujiku dan lanjutkan pelajarannya. Waktu kita tidak banyak." Sakura menarik bukunya dari tangan Kabuto.

"Kau selalu tergesa-gesa, Sakura. Waktu kita bahkan lebih dari cukup karenamu."

"Bukan itu." suara Sakura mengecil. Tangannya mengerat pada buku yang ia genggam. "Masih banyak yang harus kupelajari sebelum pergi dari sini."

Kabuto terdiam sejenak. "Kalau begitu kau bisa melanjutkannya nanti di apartemen." katanya lagi dengan santai. Sakura langsung mendelik membuat Kabuto terdiam. Apa dia salah bicara?

"Lakukan saja tugasmu, sensei." dan Kabuto terpaksa menelan ludah dengan susah payah. Sungguh, dia tidak mengerti dengan salah satu muridnya itu.


oOo


Mebuki memasuki ruang kerja Hiashi setelah mendapat sahutan dari dalam sana. Hal pertama yang dia lihat adalah berantakan, buku-buku tertumpuk di segala tempat. Hiashi tengah berberes ruang kerja rupanya meski ini sudah malam.

The Life Of Cherry BlossomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang