III

1.1K 97 0
                                    

      
     
Chapter 3 : Ikatan
        
       
       
Dering dari ponsel jadulnya membangunkan Sakura yang tengah tidur siang di bawah pohon yang berada tepat beberapa meter dari danau buatan di kotanya. Sakura mendecak kesal. Dia terjaga semalaman untuk mengawasi rumah dari rentenir-rentenir berbadan besar yang bisa datang kapan saja. Ia bahkan belum tidur sampai satu jam di sini dan Mebuki mengganggu dengan menelponnya.

"Apa!?" bentak Sakura kesal sedetik setelah mengangkat telepon itu.

"Sakura, cepat pul-!"

BRAKKK

"-tidak ada alasan, Mebuki! Cepat bayar hutang-hutang Kizashi bodohmu itu!" Sakura mengernyitkan dahinya mendengar suara dari sambungan telepon di ujung sana. Ah, sialan, batinnya. Rentenir-rentenir itu datang lagi kerumahnya. Sakura langsung mematikan panggilan telepon itu. Dengan cepat Sakura bangkit dari posisinya dan segera berlari menuju rumah.

Mungkin ini sedikit aneh. Sakura bisa saja meninggalkan Mebuki dengan rentenir-rentenir itu karena dia membenci Mebuki. Tapi tidak sebelum dia mendapatkan uang tabungan Mebuki yang disembunyikan entah dimana. Sakura merutuk dalam hati sambil berlari. Betapa rumit untuk kabur dari kota ini. Dia hanya punya uang pas-pasan dan belum mendapatkan pekerjaan. Dia membenci Ibunya dan tidak bisa jauh-jauh dari Mebuki sebelum dia mendapatkan tabungan yang di rahasiakan itu.

"AAARRGGHH!!!" dalam larinya Sakura menjambak rambut sambil berteriak. Persetan dengan orang-orang yang menatapnya dengan pandangan aneh. Dia benar-benar kesal sekarang. Dia tidak bisa terus bergantung pada uang tabungan Mebuki yang bahkan keberadaannya tidak ia ketahui dan pekerjaan yang belum dia dapatkan. Tapi dia juga tidak bisa nekat. Oh, dia benar-benar tidak punya pilihan yang bagus.

Sakura terus berlari hingga sekarang dia berada tepat di depan pintu rumahnya yang sudah terbuka paksa, bisa dilihat hanya satu engsel pintu yang masih terkait sedangkan yang lainnya sudah patah. Sakura sedikit membungkuk karena terengah-engah hampir kehabisan napas.

Dengan tergesa Sakura memasuki ruang tengah dimana ada Mebuki dan dua orang pria botak yang tinggi dan berotot didepannya. Salah satu pria itu mencengkram kerah baju Mebuki sedangkan Mebuki berusaha melepaskan cengkraman dari lengan kekar pria tersebut. Tanpa berpikir apa yang akan terjadi padanya, Sakura menghampiri pria itu dan dengan sangat berani menarik kerah belakang pria yang mencengkram Mebuki tadi hingga reflek pria itu jatuh terjungkang ke belakang.

BRUKKK!

Semua yang ada disana membulatkan mata melihat apa yang baru saja dilakukan oleh Sakura.

"BANGSAT!!!" pria botak yang terjatuh tadi segera bangkit dan mencekik Sakura. Gadis mungil ini benar-benar ingin cari mati nampaknya.

"Akh!" Sakura merasa tenggorokannya tercekat dan dia benar-benar susah untuk bernapas. Kakinya terasa tidak lagi menginjak lantai di ruangan itu. Sial, batinnya.

Mebuki tidak tahu harus melakukan apa saat melihat Sakura yang tadi menolongnya sekarang sudah terangkat dengan sebuah tangan di lehernya. Mebuki seperti tidak punya kuasa untuk melawan orang-orang berbadan besar ini. Namun tangannya tetap terulur untuk menarik cengkraman pria itu pada Sakura.

PLAAAKKK!

Pria yang sedang mencekik Sakura itu menampar Mebuki dengan satu tangannya yang bebas hingga Ibu satu anak itu jatuh tersungkur. "Ibu dan anak sama-sama menyusahkan! CUIH!!!" pria botak itu meludahi Mebuki, merendahkan dua perempuan di depannya ini.

Sakura menggeram tertahan. Dengan cepat Sakura mencengkram pergelangan tangan pria yang sedang mencekiknya dan dengan sekali hentakan, Sakura menendang selangkangan pria berotot itu hingga menimbulkan rasa nyeri dan ngilu yang tak tertahankan.

The Life Of Cherry BlossomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang