V

957 96 5
                                    

          
               
Chapter 5 : Satu Keinginan Tercapai
      
       
          
Anak tunggal Hyuuga ini pasti tidak hanya sekedar mampir ke rumah Mebuki mengingat Tokyo dan Hikone tidaklah dekat. Hampir berjarak 500 km dan melebihi 6 jam di perjalanan jika menggunakan mobil. Mebuki tidak perlu berpikir keras apa alasan gadis muda itu kemari. Singkatnya ingin menyampaikan 'ucapan terimakasih' meskipun gadis itu sudah mengucapkannya ratusan kali minggu lalu.

Hinata duduk manis di ruang tengah saat Mebuki kembali dengan dua cangkir ocha sebelum mereka berbincang ringan sambil sesekali menyesap minuman. Hingga mengetahui tentang latar belakang masing-masing kecuali detail dari pekerjaan Mebuki dan Kizashi. Siapa orang waras yang akan berbangga hati menceritakan tentang pekerjaan buruk mereka? Mebuki bukan salah satunya.

Meski tidak di ceritakan oleh Mebuki apa pekerjaan dirinya dan mendiang suami, tapi dari obrolan itu Hinata tahu bahwa Mebuki memiliki seorang putri yang seumuran dengannya. Seorang putri yang tidak beruntung, tidak lagi bersekolah, tidak memiliki ayah dan harus bekerja untuk hidupnya. Pun dari obrolan itu Mebuki jadi tahu bahwa Hinata sejak kecil adalah seorang piatu yang kaya raya dengan kasih sayang berlimpah.

"Bagaimana keadaan Hyuuga-san?" Mebuki membuka topik baru. Hinata menyesap ochanya sebelum membuka suara.

"Beliau sudah dibolehkan pulang kemarin dengan syarat perawatan intensif di rumah." ujar Hinata tersenyum. "Berkat anda, Mebuki-san." lanjutnya.

"Yokatta." balas Mebuki ikut tersenyum. "Semoga lekas membaik." ucap Mebuki tulus. Senyum Hinata mengembang. Dia terangguk kecil.

Sejak awal Hinata sangat bersyukur karena Mebuki adalah penolong ayahnya. Bagi Hinata, wanita itu tidak hanya cantik, tapi dia juga baik hati. Hinata bahkan bersumpah tidak akan melupakan apa yang telah Mebuki lakukan saat itu. Dia ingin membalas kebaikan Mebuki dengan sangat. Bahkan ketika Hinata tidak sempat meminta alamat ataupun nomor ponsel Mebuki karena wanita itu terburu-buru minggu lalu, Hinata segera pergi ke bagian administrasi di rumah sakit untuk mendapatkan data diri Mebuki.

Seakan ingat apa tujuannya jauh-jauh datang ke sini, Hinata membenarkan posisi duduknya dan menatap Mebuki mantap membuat Mebuki mengangkat kedua alisnya bingung. Namun belum sempat berbicara, kedatangan Sakura yang tiba-tiba membuyarkan mereka berdua.

Sakura mengerutkan dahi ketika melihat seorang gadis asing berada di ruang tengah rumahnya. "Siapa?" tanyanya datar. Hinata berjengit, sontak berdiri dan berojigi sopan pada Sakura.

"M-maaf mengganggu. Sa-saya Hyuuga Hinata." cicitnya. Tatapan Sakura itu membuat Hinata gugup seketika.

"Dia putri dari seseorang yang kutolong waktu itu." Mebuki menengahi, sedikit kasihan pada Hinata. Dia menghela napas karena Sakura tidak pernah terlihat sopan pada siapapun. "Hinata-san, ini Sakura, putriku." Hinata kembali membungkuk memberi salam dengan menyedihkannya tidak juga mendapat balasan dari Sakura.

"Hn." gumamnya tidak jelas kemudian berjalan ke dapur untuk meneguk segelas air.

"Tolong maklumi sifatnya, Hinata-san. Dia memang seperti itu." Mebuki merasa tidak enak hati pada Hinata. Meminta Sakura untuk bersikap sopan pada tamu hanya akan memancing perdebatan. Lebih baik meminta tamu untuk memaklumi Sakura.

"Souka." sejujurnya Hinata tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Bagaimanapun Sakura adalah putri Mebuki, wanita yang telah menyelamatkan ayahnya. Dan wanita yang sekarang dia kagumi. Dia harus selalu menjaga sikap. "Tidak apa-apa, Mebuki-san." Hinata tersenyum canggung.

Hening beberapa saat di antara mereka berdua. Sepeninggal Sakura, Hinata bingung ingin memulai obrolan dari mana. Setelah itu Hinata mencoba menarik napas sebentar sebelum membuka mulut.

The Life Of Cherry BlossomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang