XI : Selangkah lebih dekat
Sasuke duduk menyandarkan tubuhnya sambil melipat tangan di depan dada. Sorot matanya tajam namun lembut kala menatap Sakura yang terbaring di salah satu tempat tidur ruang kesehatan. Sejujurnya sejak pagi dia sangat khawatir melihat kondisi Sakura yang pucat dan tampak sangat tidak fit itu. Ditambah lagi gadis itu mimisan tanpa menyadari tubuhnya sendiri dan ambruk di pelukan Sasuke.Fufu. Di pelukan.
Senyumnya tiba-tiba mengembang dengan lepas. Sasuke tidak bisa melupakan kejadian tadi meskipun itu adalah lima belas menit yang lalu. Bagaimana tidak jika tadi Sakura memeluk lehernya hingga Sasuke merasa jantungnya seakan bisa keluar saat itu juga. Untuk pertama kalinya Sakura yang menyentuhnya lebih dulu, tanpa paksaan. Dia mendengus senang sambil geleng-geleng kepala.
"Dasar gila." cacian itu menyentak Sasuke dari lamunannya. Sakura sudah sadar, atau mungkin sejak tadi sudah sadar, dan kini tengah menatap datar ke arah Sasuke yang tertangkap basah sedang senyum-senyum sendiri. Sasuke membuang wajahnya karena malu.
"Kau sudah bangun." katanya mengalihkan situasi. Alih-alih menjawab, Sakura memegang kepalanya karena masih merasa sedikit pusing. "Perlu kupanggil Shizune-sensei?" tanya Sasuke khawatir. Sakura hanya menggelengkan kepalanya tanpa suara.
"Kau mimisan sebelum pingsan, kalau kau lupa." lanjut Sasuke ketika gadis itu tampak mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya. "Kau kenapa?" kali ini suara Sasuke sedikit melembut. Sakura masih tidak menjawab. Gadis itu memejamkan mata untuk menetralisir sakit di kepalanya. "Kau sudah makan? Akan kubawakan jika belum."
"Diamlah." ucap Sakura lemah, matanya masih tertutup.
Sasuke menghela napas sebal. Bersikap manis dan penuh perhatian ternyata tetap tidak bisa meluluhkan sikap gadis itu. Sasuke bahkan sejak tadi menunggu Sakura mengucapkan terimakasih yang tak kunjung dia dapatkan. Bukannya pamrih, hanya saja Sasuke akan merasa sangat senang jika Sakura mengucapkan itu sebagai bentuk bahwa Sakura menganggap dirinya ada.
"Mau apa kau?" Sasuke menatap heran ke arah Sakura yang mencoba bangun dari tempatnya sambil memegang kepala.
"Kelas." jawabnya acuh.
Sasuke berdiri menghampiri Sakura yang terlihat lemah itu. "Kau istirahat saja. Kurenai-sensei sudah memberi izin untuk tidak masuk kelas."
"Aku harus belajar."
Sasuke terhenyak, benar-benar tidak habis pikir. "Tidak belajar satu hari tidak akan membuatmu bodoh seperti Naruto."
"Akh!"
"Lihat." Sasuke mendudukan Sakura kembali ke tempat tidur saat Sakura hampir oleng dan terjatuh. "Ya Tuhan, keras kepala sekali. Lihat kondisimu sebelum bergerak!" omel Sasuke kesal. Sakura mendecakkan lidah saat Sasuke mendorong tubuhnya dengan paksa untuk berbaring kembali. Ah, benar-benar tubuh sialan, umpatnya dalam hati.
"Apa kau kesekolah hanya untuk belajar? Kau tidak pernah melakukan hal lain disini." Sasuke mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur sambil menutupi tubuh Sakura dengan selimut. Matanya menatap serius Sakura yang terbaring. "Kau belajar setiap pagi sebelum kelas dimulai, waktu istirahat pun lebih sering pergi ke perpustakaan-"
"Penguntit."
"Tidak! . . . Hanya kebetulan saja aku selalu melihatmu." sanggahnya gugup. Sakura merespon dengan tatapan datar. "Maksudku, apa tidak cukup selalu membuat para guru terpukau dengan kepintaranmu?"
"Bukan begitu." Sakura membuang wajahnya kesamping. Sorot matanya langsung berubah. "Kau tidak mengerti." ucapnya pelan. Sasuke tersentak dengan perubahan dadakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Life Of Cherry Blossoms
Teen FictionKehidupan Sakura berubah 180 derajat sejak Haruno Mebuki menikah dengan Hyuuga Hiashi. Bagaimana kehidupan baru Sakura setelah menjadi saudara tiri Hyuuga Hinata dan perasaan Hinata setelah Sakura masuk ke kehidupannya? Lalu, bagaimana dengan Sasuke...