Chapter 19

70.4K 3.7K 119
                                    

Zion melihat keadaan kamar Presidential suite yang ditempati sepupunya terlihat sangat kacau. Ia berdecak sebelum berjalan mendekati ranjang dan membangunkan Max.

"Max bangun" ujar Zion menggoyangkan tubuh Max pelan

Ia sangat yakin Max tidak memakai apapun dibalik selimut putih yang membungkus tubuhnya sekarang.

"Woi Max bangun bodoh" yang dibalas dengan gumaman oleh Max

Zion menyeringai licik saat mendapatkan sebuah ide cemerlang dari otak pintarnya.

"Wow Freya kau sangat seksi jika telanjang seperti itu" teriak Zion keras hingga mendengar umpatan dari Max

Max segera berdiri dan menghadang Zion agar tidak bisa melihat tubuh Freya.

"Apa yang kau lakukan disini Zion? Jaga matamu jangan menatap...." Max memandang Zion yang tersenyum geli kearahnya

Secepat kilat Max membalikkan badannya, mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan, mencari-cari seseorang yang telah membuatnya gila, membuatnya menjadi seorang bajingan.

"Shit, dimana dia?" Max menatap sepupunya tajam

"Siapa?" tanya polos Zion

"Apa maksudmu siapa, dimana Freya?" bentak Max

"Dia telah pergi dari tadi, sambil menangis kurasa"

"Ah sialan" Max meremas rambutnya

"Max kau apakan dia? Jangan bilang kau.."

Zion terpaku menatap horor noda merah yang menghiasi seprai putih di atas ranjang. Ia membulatkan matanya sambil mengumpat keras.

"Holy shit! Kau memerawani Freya?"

"Fuck, aku tidak butuh ocehanmu sekarang"

Max bergegas memakai pakaiannya kembali, ia berniat mencari Freya. Ia berjalan tergesa meninggalkan kamar hotel dengan pikiran berkecambuk. Zion yang melihat itu hanya bisa mengekori Max dari belakang tanpa mau berkomentar lebih lanjut.

Tak henti-hentinya ia mengumpat mengucapkan sumpah serapah, ia yakin Freya pasti sangat membencinya. Ia merutuki kebodohannya karena terbawa emosi dan rasa cemburunya melihat gadis itu bersama pria lain di pesta kemarin malam. Kenapa ia bisa cemburu? Tidak mungkin. Ia hanya menganggap gadis itu sebagai adik kecilnya. Ya adik kesayangannya, itulah yang Max yakini. Tapi apa masih pantas ia menjadi seorang kakak mengingat apa yang telah dilakukannya terhadap gadis itu.

Max memukul dinding berkali-kali saat menunggu pintu lift terbuka hingga ia merasakan nyeri pada punggung tangannya yang telah mengeluarkan darah. Namun ia yakin yang Freya rasakan jauh lebih sakit dari pada ini, mengingat bagaimana perkataan dan juga perbuatan Max yang kasar padanya.

"Max sudahlah jangan menyiksa dirimu seperti ini, yang terpenting sekarang kita cari Freya dulu" kata Zion menepuk pundak Max guna menenangkannya

Mereka berdua telah berada di dalam mobil milik Zion, Max tampak gelisah duduk di kursi penumpang. Ia memijit pangkal hidungnya berkali-kali sambil menggela nafas kasar.

"Max, kita coba cari Freya di mansion Jayden saja" cetus Zion yang seketika mendapat pelototan tajam dari Max

"Apa maksudmu? Kenapa Freya harus di mansion Jayden?" rahang Max tiba-tiba mengeras mendengar ucapan sepupunya

"Aku mencarimu pagi ini justru ingin mengatakan hal itu, sepertinya kita salah paham pada Freya"

Max tidak menanggapi ucapan Zion hanya menyatukan kedua alisnya terlihat jelas ia menanti kelanjutan kalimat yang ingin sepupunya itu katakan.

I'm Always Be Yours (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang