ARION mengendarai kendaraan beroda empat miliknya dengan tenang. Akhir tahun seperti ini membuat jalan tak pernah usai kata riuh. Ia berencana kembali ke sekolah tingkat akhirnya untuk menghadiri temu kangen angkatannya dulu. Batinnya diam-diam berkecamuk.
Apa dia datang?
Mobil Rion mulai memasuki parkiran yang ternyata sudah ramai. Setiap langkah kaki miliknya, secara acak kenangan semasa sekolah pun menghantam pikirannya. Rion tersenyum tipis, masa sekolahnya dulu indah sekali. Ada sedikit rasa ingin mengulangi, walau mustahil. Rion menaiki tangga untuk sampai aula, sesuai janji undangan.
“Bapak negaranya A4 udah dateng, nih.”
Begitu teriakan satu temannya yang membuat Rion memutar bola matanya malas, karena saat ini ia sedang menjadi pusat perhatian.
Kama sialan!
“Apa kabar, bapak negara?” tanya Zaeim yang menghampirinya bersama Jenggala disampingnya.
Arion lagi-lagi memutar bola matanya. “Gak usah aneh-aneh. Kita masih sekampus.” hanya Jenggala yang pisah kampus dengan mereka.
“Gak bisa diajak basa-basi ni orang.”
“Basa-basimu gak bermutu,” ledek Rion.
Kama tiba-tiba nyeletuk, “Nanti waktu saya tampil, jangan lupa liat.”
“Bosen denger suaramu terus, lur.”
Jawaban Jengga membuat Kama ingin menendang pantatnya sekarang juga. Tapi banyak orang, ia masih sadar untuk tak memalukan diri sendiri. Sedangkan yang lain tertawa melihat muka kesal Kama.
Rion diam-diam gelisah. Tanya tidak tanya tidak tanya tidak. Bingung.
“Gak dateng doi, Yon.”
Ujaran Kama mendapat perhatian penuh dari Rion. “Gitu ya,” ujar Rion dengan wajah tenang, walau dalam hatinya kecewa tak dapat dielakkan.
Rion memilih berkeliling aula, menyapa seluruh orang yang dikenalnya. Setelah bosan, Rion keluar dari aula. Lama-lama jenuh juga. Ia memilih berjalan-jalan keliling sekolah, mumpung libur jadi tidak ada siswa yang berkeliaran.
“Arion!”
Arion merasa dipanggil ia menoleh. Disana berdiri Gea, gadis yang dulu menjadi teman dekat Nala—gadisnya, dulu.
“Apa kabar?”
Rion tersenyum. “Baik—mungkin.”
Gea mengangguk, menyodorkan sebuah paper bag berisi jaket. “Udah tau kan, dari siapa.”
Gea tersenyum sebelum berbalik pergi, ia sempat berkata, “Kata dia, jangan lupa bahagia.”
Hati Rion merasa sesak, kepalanya terasa dihantam memori lama secara berlebihan. Tangannya mencengkram tali paper bag yang dipegangnya.
Samar-samar lagu ujung pertemuan milik penyanyi the rain di aula terdengar sampai ke telinga Rion, suara Kama sih ini. Lagu itu juga yang membuatnya duduk, mengistirahatkan batinnya.
Mari Arion ajak bernostalgia pada masa smanya yang indah, walau berakhir dengan payah. Tak ada yang mudah, bukan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.