(05) . kelakar pikiran

70 24 10
                                    

      SETELAH sekian hari disibukkan oleh tugas-tugas akhir, Arion dan Nala berencana keluar di akhir pekan ini. Sekedar bertukar cerita diatas barisan rumput, berdua, didengar oleh rembulan, ribuan gemintang, juga rumput yang bergoyang. Lalu-lalang manusia di depan mata mereka tak dihiraukan, mereka telah sibuk akan dunia menyenangkan yang mereka ciptakan.

      “Nala,” panggil Rion.

      Nala menoleh tanpa mengeluarkan suara.

      “Gak nyangka, ya, sudah mau lulus aja.”

      Nala terkekeh kecil, mengangguk serta mengalihkan pandangan kearah dirgantara yang malam ini terlihat begitu cantik, entah karena momen mereka yang tepat, atau sebuah kebetulan singkat.

      “Rasanya baru kemarin berangkat sekolah dasar masih diantar Ibu,” sambung Nala.

      Arion terkekeh kecil. Mengalihkan fokus kearah gadisnya, mengelus surai kelamnya perlahan. “Nala sudah dewasa, hm?”

      Tak dapat dipungkiri, pipi Nala memerah bak tomat. Bahkan, setelahnya ia menutupi mukanya dengan kedua tangan. Malu.

      “Mau lanjut kemana?”

      Setelah Rion bertanya demikian, entah kenapa suasananya menjadi menurun. Tak berbinar seperti tadi, kilau bintang yang ada di manik gadisnya pun meredup.

Apa ia salah bicara?

      “Yon,” panggil Nala lirih.

      “Ya?”

      Nala terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi susah untuk mengatakannya.

      “Tak apa. Ucapkan jika ingin, biarkan jika berat. Saya tidak memaksa,” tuntun Rion dengan lembut. Tak lupa surai gadisnya ia elus.

      Manik Arion membelalak kaget saat kedua aksa kesukaannya mengeluarkan air mata. “Loh?! Kenapa menangis, hm?”

      Tangisan Nala malah semakin mengeras Rion tanya begitu. Rion menggenggam tangan Nala erat, ingin memberi tahu bahwa ia disini dan takkan kemana.

      “Mau pulang?” tawar Rion. Dan mendapat anggukan dari sang gadis. “Hapus dulu air matanya baru pulang.”

      “Y-yon,” panggil Nala saat mereka akan beranjak berdiri.

      “Kenapa, hm?”

      “B-bagaimana jika setelah lulus ... kita diharuskan untuk ... b-berpisah?” tanya Nala dengan nada tersendat.

       “Maka saya ingin berakhir dengan baik. Kita mengawali dengan baik, maka kita juga harus mengakhirinya dengan apik.

      Rion memang menjawabnya dengan kurva yang melukis senyum menenangkan. Mencoba menguatkan, apapun yang penting gadisnya tak bersedih. Tak peduli akan hati yang juga ikut nyeri, mengerti akan kode bahwa ini semua akan bertemu akhir.

Akhiri ini dengan cerita baik, ya, alam raya?

Yuk kita masuk waktu indonesia bagian pilu yuk:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk kita masuk waktu indonesia
bagian pilu yuk:)

iv. antalogi √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang