(11) . hiraeth

61 16 8
                                    

Sangat disarankan membaca part ini sambil memutar lagu di mulmed.

Song : i miss you, i'm sorry - gracie abrams


/flashback

“Mau pulang.”

Rion merenggangkan pelukan mereka. “Ayo pulang,” dengan senyum kecil penuh akan luka Rion merangkul bahu Nala.

Mereka berjalan dalam diam, memberi jeda akan moment pahit yang baru saja terjadi.

Sampai di dekat motor milik Nala, Rion membuka jaket kesayangan yang sedang ia pakai.

“Hati-hati,” ujar Rion sambil menyampirkan jaketnya di bahu Nala.

“Yon...”

Sambil tersenyum pahit, Nala berkata, “Jangan lupa bahagia, ya...”

Rion hanya menjawab dengan kurvanya yang melukis senyum, tak mengangguk maupun menggeleng. Membiarkan jawaban dari pesan Nala Rion gantungkan kepada bulan juga bintang-bintang yang sejak tadi menjadi saksi bisu akan penggalan terakhir cerita mereka berdua.

“Sana pulang,” ujar Arion dengan sedikit usiran jenaka.

Nala tergelak. “Ngusir?”

Mereka tertawa sejenak, mencoba melupa akan akhir yang telah mereka lewati bersama.

Saat sudah siap mengendarai motornya, Nala menoleh lagi ke arah mantan kekasihnya. “Arion!!” panggilnya lantang.

Sedangkan Arion hanya menaikkan satu alisnya, pertanda akan jawaban.

“Jangan lupa bahagia, ya!!!!” Nala tertawa kecil sambil melambaikan tangannya ke arah Arion. “Aku pulang dulu!”

Rion tertawa kecil. Dadanya terasa sakit sekali.

Sambil mengangguk, Rion juga ikut melambaikan tangannya.

Kata pulang untuk Nala, bukan lagi miliknya.
Kata rumah untuk Nala, bukan lagi dekap hangatnya.

Semuanya adalah usai yang tak akan pernah lagi dimulai.



BOHONG bukan, jika Arion mengaku telah melupakan segala peristiwa yang ia habiskan bersama gadisnya. Berpisah dengan Nala menjadi keinginan terakhir merambat ketidaksemogaan.

BOHONG jika Arion telah menemukan pengganti yang persis seperti Nala. Karena nyatanya di luasnya alam raya, tak ada yang seperti gadisnya. Kebodohan Arion saja yang berpikir bahwa ia akan segera menemukan penggantinya.

BOHONG jika Arion tak merasa sakitnya patah hati, apalagi ini yang pertama. Tak se-menyenangkan saat memulai. Tak ada perpisahan yang memberi kenangan indah untuk semua perasa-nya terbuai, hanya rasa ripuh yang tersemai.

Tak apa.

Dengan selesainya buku ini Rion tulis, maka selesai pula segala patah hatinya yang ia simpan sendiri. Harus selesai.

Ia harus bahagia, seperti yang Nala pesankan.

Walau nyatanya,

tak ada tindakan yang semudah ungkapan.

tak ada cerah yang semudah pasrah.

tak ada tumbuh yang semudah patah.

"Arionnn!! Jangan takut untuk bahagia, ya!"

Pesan akhir kala perpisahan itu, yang selalu Rion ingat. Tersemat dalam otak.

Ini tentangnya, rumah yang Rion rindu
tapi tak bisa Rion ajak bertemu.
karena rumah itu
tak lagi menerima tamu.

Bukan tak lagi, namun belum.

Dan kurasa bukan kamu.

Bisik alam raya.

kkeut

—kkeut—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
iv. antalogi √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang