DETIK berganti menit, menit berganti jam, waktu terus bergulir tiada akhir. Pesta perpisahan angkatan Rion telah terlaksana pekan lalu. Jangan tanya bagaimana cantiknya Nala kala itu, bahkan nona bulan pun tahu disana ada satu kembarannya yang turun ke bumi untuk mengemban segala mimpi. Ah, apakah Rion terlalu hiperbolis?
Rion duduk melamun di balkon kamarnya, membuat melodi acak dari gitarnya. Lagi-lagi perasaannya ribut. Kosong. Takut. Pasrah. Semuanya ribut. Yang Rion bisa lakukan hanya melamun. Tak berguna sekali, benar-benar terlihat sedang patah hati. Patah hati yang dibuat sendiri.
Nala sedang di kota tetangga untuk mengurusi segala kepindahannya, sang puan hanya menyisakan memori menyenangkan. Nala bahkan sudah seminggu dan belum memberi kabar juga. Rion memejamkan mata. Getaran ponsel pintarnya mengalihkan fokusnya sementara.
Nala 🐥 : Jangan lupa makan!
Begitu, pesan yang baru saja masuk.
Rion mencetak senyum kecil dalam muka. Perasaan takut yang semula hinggap meluruh perlahan.
'Kamu juga jangan lupa makan, biar cepat tumbuh!'
Rion membalas demikian dengan kekehan di akhir. Satu jam berlalu namun masih belum ada balasan dari sebrang. Apa Nala se-sibuk itu?
Rasanya Rion semakin jauh dengan pujaan hatinya itu, jarak yang semula kasat menjadi sangat terlihat. Rion memainkan gitar miliknya kembali, mencoba menyalurkan perasaannya dengan bersenandung satu lagu.
I'll be here waiting you to come
And bring me right back home
I'm caught up with these memories
Just by sitting here alone
If only I can see where it all started, we'll be fine
It's clear where this is goin'
I'll keep missing you alone
If u could see me cryin' in my room...
Terhanyut oleh suara gitar dan senandungnya sendiri, sampai Rion tak merasa kalau ponsel pintarnya kembali bergetar menandakan ada satu pesan masuk.
Nala 🐥 : miss u
Galau galau galauuuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
iv. antalogi √
Kurzgeschichtenft. m a r k, espoir series. ❝ yang dulu sepasang saling namun sekarang tak lagi beriring ❞ ©lenterasemu, 2020