PIKIRANNYA perlahan mulai tenang. Pikiran Arion maupun Nala. Wangi yang terasa sejuk memasuki penciuman, suara air sungai yang mengalir tenang juga memasuki pendengaran. Burung-burung berterbangan menambah sejuknya penglihatan. Roda sepeda Rion dipelankan, menikmati suasana ini perlahan. Melepaskan seluruh penatnya sepulang sekolah. Kelas tiga semester dua di tingkat akhir membuat pikirannya kusut bukan kepalang.
“Jadi inget waktu kamu yang nyatain kala itu.”
Ujaran Nala membuat pipi Arion merona malu. Mengingat betapa berisiknya jantungnya kala menyatakan cintanya pada gadis dibelakangnya ini. Apalagi saat menunggu jawabannya. Arion bahkan membutuhkan waktu semalaman untuk berpikir tentang haruskah ia menyatakannya atau tidak.
Jadi ceritanya begini,
Petang itu, sepulang sekolah. Rion dan Nala lagi-lagi pulang bersama, bukannya langsung pulang, Rion mengajak Nala melewati sawah yang membuat perjalanan menuju rumah semakin jauh. Tak apa, mereka berdua sama-sama senang, apalagi bersama sang pujaan.
Dengan jantung yang gemuruh, jemari Rion yang memegang setir juga tak kalah keringat dingin. Batinnya berkecamuk, namun semalam ia telah membulatkan tekat. Menghela napas pelan sebentar. “Nala,” panggil Rion pelan, sangat. Sarat akan keraguan. Suaranya hilang ditelan angin. Nala pun tak mendengar.
“Nala,” panggil Rion lebih keras.
Nala mendekatkan kepala mereka sebagai tanda jawaban.
“Saya rasa hubungan kita berdua tidak bisa dibilang teman,” ujar Rion tenang. Padahal dalam hatinya sebaliknya.
Tak disadari, jantung Nala ikut bergemuruh. Takut, jika ucapan yang akan dilontarkan sang pemuda tak seperti dugaannya. “L-lalu?” dalam hati gadis itu meruntuk, Rion baru bilang begitu saja sudah gugup. Pasti burung-burung disana sedang mengejeknya dengan sebutan 'cupu'.
“Ingin mengubah status kita?”
Nala terdiam sebentar, otaknya memproses.
“H-hah?” kenapa ia menjadi bodoh begini.
“Kalau tidak mau-”
“Bukan-bukan, sebentar.”
Rion yang mengerti ingin tertawa. Sepertinya jawabannya sudah ia dapatkan lewat tindakan sang puan. Tapi, tetap saja jantung Rion tak kunjung normal.
“Aku mau.” Nala menjawab setelah hening begitu lama. Dengan pipinya yang merona malu, juga hati yang membiru.
Hanya begitu.
Tanggal 23 Maret 2016, mereka memutuskan merajut kisah bersama dengan satu keping perasaan yang sama.
BESOK LIBURRRRRRR
say goodbye to tugas hwhw
KAMU SEDANG MEMBACA
iv. antalogi √
Short Storyft. m a r k, espoir series. ❝ yang dulu sepasang saling namun sekarang tak lagi beriring ❞ ©lenterasemu, 2020