Taburan Kedelapan

83 12 2
                                    

Jangan lupa kasih kritik dan saran, yaa.

Jangan lupa tinggalkan jejak juga, oke?

Selamat membaca!

Hari ini adalah hari jumat. Dimana pelajaran pertama di kelas XI MIPA 2 itu Sejarah Indonesia, yang artinya adalah waktunya tes lisan.

Bu Iyogeu--guru SI kelas sebelas MIPA-- menerapkan sistem tes lisan materi minggu kemarin sebelum memberi materi baru. Ini sangat berguna sebenarnya, tapi tidak bagi anak-anak yang hobi baca wattpad namun malas baca buku sejarah yang tebalnya tak seberapa namun mampu membuat kepala migran walau baru membacanya tiga lembar saja.

Tapi karena Bu Iyogeu adalah sosok yang tegas, membuat semua murid memahami pelajaran dengan sungguh-sungguh walaupun akhirnya sering ngoceh mengeluarkan sumpah serapah.

Alhasil, saat Ora memasuki kelas, semuanya sudah datang dan sedang membaca buku di tempat masing-masing, padahal ini masih pukul 06.30.

Ora berjalan lalu duduk di tempatnya, samping Tari. Terlihat Tari yang begitu fokus dengan buku LKS Sejarah.

"Belum paham semua, Tar?" tanya Ora.

"Belum, Ra, apalagi yang bagian Maluku melawan Portugis dan VOC. Suka kebalik pemusatan aktivitasnya, yang antara Ternate atau Tidore gitu. Terus yang perjanjian Saragosa, masa nggak ditulis isinya? Pasti Bu Iyo nanya, nih," jelas Tari.

Ora memutar bola mata jelas, dan langsung mencari buku di dalam tasnya.

"Besok-besok, ponsel mewahnya kasih aja ke gue, biar lebih ada gunanya," sindir Ora.

Tari nyengir, ia jelas paham maksud Ora.

"Untuk pemusatan aktivitas, lo ingetin kata Porget dan Spageti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk pemusatan aktivitas, lo ingetin kata Porget dan Spageti. Porget untuk Portugis di Ternate, dan Spageti untuk Spanyol di Tidore, paham?" ucap Ora dengan menunjuk catatan kecil yang ada dalam buku yang tadi ia ambil di dalam tas.

Tari mengangguk, lalu mengernyit. "Kok lo tau, sih, isi Perjanjian Saragosa?"

"Karena modal belajar bukan cuma buku LKS," ucap Ora. "Lo pahami semua yang gue tulis disini, kalau masih ada yang belum paham nanti tanyain." Setelah mengucapkan itu, Ora bangkit dari tempat duduknya dan keluar kelas.

Tari tersenyum senang, lalu mengambil alih buku Ora. Di sana terdapat 15 baris saja untuk materi tadi, padahal di LKS ada selembar penuh. Mungkin kalian heran, tapi Tari tidak, sebab ia sudah tahu alasannya.

"Otak gue nggak sekosong itu buat inget setiap kata yang tertulis, dan sebuah rangkuman adalah jalan keluar yang gue ambil."

Sebenarnya, hal seperti ni yang membuat Tari bertahan berteman dengan Ora. Ora selalu mampu menjadi guru bimbingannya, ya ... walaupun kadang dengan mengeluarkan kalimat yang terdengar menyebalkan di telinganya, tapi ia tak bisa mengelak kalau nilainya membaik semenjak masuk SMA--ah, semenjak berteman dengan Ora.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang