To be honest, aku jadi maba tahun ini yang belum pernah masuk kuliah sama sekali soalnya masuknya bulan Juli nanti wkwk.
Jadi, aku nggak paham banyak hal tentang perkuliahan dan semua yang aku tulis disini, hasil dari riset nyari di google sama tanya ke kakak aku yang udah lulus kuliah. Mungkin, bisa jadi ada kesalahan yang aku enggak tahu dalam nulis bab ini.
Jadi mohon maaf banget, semisal ada yang salah-salah. Nanti kalau udah mulai masuk kuliah dan mengerti banyak hal tentang organisasi dll, akan aku revisi lagi bab ini biar lebih bener hehe. Terimakasih atas pengertiannya yaa... 😊😊
Ayo ramein!! Vote vote vote!!
°°°
4. Nomor Tak Dikenal
Hari ini ada rapat HIMA yang harus Aluna datangi meskipun gadis itu sangat malas untuk berangkat karena harus bangun pagi. Walaupun Aluna sudah menolak mentah untuk tidak mengikuti organisasi apapun atau semisalpun terpaksa masuk organisasi, ia hanya mau masuk sebagai anggotanya saja. Namun, karena paksaan yang hebat dari Kalina yang menjabat sebagai wakil ketua HIMA itu akhirnya Aluna dimasukkan ke dalam organisasi itu dan diangkat sebagai bendahara di dalam organisasi tersebut.
Pagi-pagi begini, ia sudah rapi dengan oufitnya berupa kaos pendek putih yang dirangkap oleh denim shirt dan bawahan berupa rok plisket bewarna coklat muda. Dengan menjinjing tasnya, ia berjalan ke sebuah selasar kampus yang dijadikan tempat untuk rapat dadakan oleh Dimas, si ketua HIMA.
Ada rencana yang akan mereka lakukan di minggu depan yaitu mengadakan sebuah perkemahan mahasiswa di puncak yang akan diikuti oleh beberapa HIMA dari setiap jurusan. Salah satunya adalah jurusan pendidikan dokter, jurusan yang diambil oleh Aluna di kampusnya.
"Selamat datang Lunaku sayang ke kehidupan kami yang sangat berantahkan ini," sapa Kalina yang paling antusias sendiri disaat melihat kedatangan Aluna.
"Akhirnya sudi juga ya si Aluna mau nimbrung sama anak ekstrovert disini," canda Citra membuat yang lain tertawa akan hal itu.
Aluna menghela napas pelan, memilih diam karena malas menanggapi. Lalu mengambil salah satu kursi untuk dia dudukki dan mengambil buku keuangan untuk menginformasikan biaya yang akan mereka pakai untuk kemah nanti.
"Ini catatan keuangan yang udah gue catat kemarin. Disana udah gue tulis detail banget dari total uang galdan, uang iuran kita tiap minggu, sama uang donasi dari beberapa mahasiswa juga ..." jelas Aluna. "Sementara gue catat di buku dulu. Semisal udah fiks mengenai pembiayaan, gue pindah ke excel nanti."
"Aluna tuh tipe orang yang nggak suka basa-basi ya. Sekali ikut rapat langsung bahas keuangan," kekeh Rachel sambil bertepuk tangan, kagum.
"Beda banget ya sama kita ..."
"Kita mah kalau sekali datang langsung rusuh sendiri sambil bilang 'Eh, lo tahu nggak sih si A ada masalah ini sama si B?'" Sambung Citra menambahi.
"Kalina banget nggak sih kalau itu?" Canda Rachel yang mendapat cubitan kecil dari Kalina.
Andin terkekeh sejenak sebelum berbicara. "Udah udah ... ini uang galdannya cuma satu juta aja, Lun?" Tanya Andin, sekretaris HIMA yang ikutan melihat cacatan manual itu. Aluna mengangguk sambil mengambil beberapa nota kecil yang ia simpan.
"Iyaa, untungnya empat ratus lebih. Sisanya dari modal kita." Andin hanya membulatkan mulutnya tampa suara lalu mengambil nota-nota itu untuk melihatnya sekilas.
"Widih hampir lima puluh persen sendiri untungnya. Gokil gokil ..." ucap Keenan bertepuk tangan.
"Uang galdan satu juta, uang iuran kita dua juta seratus tiga puluh ribu, uang donasinya satu juta empat ratus ribu ... total semuanya berarti empat juta lima ratus tiga puluh ribu," hitung Dimas menggunakan kalkulator di ponselnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friends | Haechan NCT
Teen Fiction"Saking nggak sadarnya lo sama kehadiran gue disini, semakin bingung gue mau modusin lo pakai gaya apa lagi ..." "Kayang sambil bilang ailofyu kayaknya cakep deh, Can. Coba gih!" "Ini gue masih serius buset!!" "Oh serius toh, gue kira mau ngelawa...