Bella tidak dapat mempercayai matanya. Walaupun sebagian dari dirinya berharap tinggi. Sekali lagi dia mengucek matanya, sambil tersenyum sumeringah. Huaaa. Rasanya ingin berteriak. Dia menyambar laptopnya dan berlari sambil melompat-lompat ke ruang tamu. Mamanya sedang duduk di sofa sambil nonton tv.
"Yeyeyey!! Mamaaa!!!" teriaknya dengan suara yang tinggi dan parau.
Mamanya hanya menoleh dengan pandangan bingung, seolah bertanya "Apa? Kenapa?"
Tanpa bertanyapun, Bella sudah sigap menjelaskan. Dia duduk di sebelah mamanya, dan menaruh laptop di meja. Dia menujuk-nujuk laptopnya dengan semangat. Di dalamnya terdapat e-mail dari King's College London, yang menyatakan dirinya diterima kuliah pada jurusan Bussiness Management. Bella masih mengangguk-anggukkan kepala dengan semangat, saat mamanya membaca surel tersebut.
Akhirnya setelah berjuang di kelas foundation selama satu tahun, sebelum mengikuti tes penerimaan mahasiswa berjalan mulus. Walaupun awalnya dia sempat khawatir karna nilainya kebanyakan hanya mendapat C. Sementara teman-temannya sudah ongkah-ongkoh di universitas lokal, Bella masih harus panas-dingin menunggu hasil ujiannya.
Mama bella juga tersenyum senang melihat anaknya berhasil masuk di salah satu universitas di London itu. Yah memang bukan Oxford atau Cambrige, but hey ini London gitu. Yang penting kan pendidikannya dapet, jalan-jalannya puas. Gak penting masuk universitas mana. Kalaupun dia masuk ke universitas terjelek pun, paling tidak di London, man! Tapi di lihat dari sisi manapun kampusnya nanti jelas bukan universitas terjelek di London, atau bahkan dimanapun.
Masih berlompat-lompat ria, Bella-pun berlalu ke kamar. Hingga membuat adiknya yang baru pulang keheranan. Hal itu karena dia harus mempersiapkan diri. Yah, bukannya dia belum mempersiapkan diri dari bahkan tahun lalu. Tahun ajaran akan dimulai sekitar empat bulan lagi, menurut email. Dan Bella masih harus mendaftar ini-itu untuk benar-benar dicap sebagai mahasiswa London. Untungnya dia sudah mempersiapkan dimana akan tinggal, bagaimana hidupnya nanti, bahkan dia sudah membuat list kemana saja dia akan pergi selama di London. Ah berpikir tentang London saja sudah membuatnya bahagia.
Saat makan malam, mama bella mengkonfirmasikan keterimaannya di universitas London, yang disambut dengan anggukan senang dari Bella, ketidakpercayaan adiknya dan senyum bangga papanya. Tapi masih banyak yang harus diurusnya sebelum benar-benar menginjakan kaki di London, salah satunya visa dan mengunjungi tante. Tante Rita, kenapa hal itu sama pentingnya dengan mengurus visa? Karena selama di London, dia akan tinggal di rumah Tante Rita.
-M-
Empat bulan kemudian, Changi Airport.
Bella menunggu tantenya sebelum masuk ke check in selanjutnya. Untuk pertama kalinya, ada penumpang yang ingin penerbangannya ditunda. Dia sudah menggulung rambut ikalnya, karna sebal. Dia berusaha terlihat santai, tapi tetap saja hatinya tidak tenang.
Delay berapa jam gitu kek, sampai tante datang. Pikir Bella. Si tante sudah berjanji akan menghampirinya di bandara untuk memberikan kunci rumah. Tapi keberangkatannya dimulai kurang dari 15 menit, dan dia belum juga check in. OMOO OMOO!!
Baru saja mulai menggerutu, Tante Rita datang dengan tergopoh-gopoh. Bella segera melambai-lambai dan ikut menghampiri tantenya.
"Ya ampun. Kamu sudah besar ya!" ujar tante masih sempat basa-basi.
"Kunci, tante! Kunci, aku sudah mau telat nih!!" hajar Bella tak sabaran.
"Iya," tante mengambil kunci dari tasnya dan memberikan pada Bella. "Tante telat gara-gara Nino sih, dia rewel. Ini aja langsung tantebtinggal waktu nangis-nangisnya, tapi ada nanny nya kok, gapapa." Tante Rita mulai bercerita.
Bella menerima kunci, saat panggilan terakhir dikumandangkan. "Makasih ya tante!" ujarnya tulus. Lalu mulai berjalan mundur.
"Eh, tante belum bilang,.."
"NANTI AJA DI WA YA TEE. MAKASIHHHH!!!" Bella mengakhiri ucapannya dan segera berlari ke terminal keberangkatannya. Mana tasnya berat sangat.
Setelah melewati security check terakhir, dia akhirnya masuk di pesawat. Dan debaran jantungnya, karna takut ketinggalan pesawat mulai reda. Kunci, check. Visa, check. Bella mulai mengecek kembali barang-barangnya sambil berjalan ke kursinya. Seat A40, yes dekat jendela. Setidaknya dia tidak harus melihat kabin terus selama 13 jam. TIGA BELAS JAM. Bella menghembuskan napas tegar. Kalau tidak ada orang disampingnya, mungkin dia sudah akan menepuk-nepuk bokongnya untuk memberi semangat.
London, I'm coming!!
-----------------------------------------------------------
Add this story to your library, vote and follow me. 😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Same Roof
ChickLitSo, here we go again I kiss that girl again And suddenly it must come to an end -Ardhito Bella berusaha untuk keluar dari rumah itu agar hidupnya terasa lebih tenang selama tinggal di London. Tapi uang saja tidak punya. Sehingga dia terpaksa tinggal...