Tiga setengah tahun kemudian, Bella lulus dari kuliahnya. Dia lulus lebih cepat dari yang dia kira. Tersenyum bangga pada orangtua-nya yang juga takjub dengan kemampuannya. The power of sadness. Setelah Felix pergi, tidak ada yang bisa menemukan dia. Bahkan sampai sekarang, setelah tiga tahun berlalu, Bella masih belum mendapat kabar dari Tante dan Om nya. Yang menandakan bahwa mereka juga masih belum tahu dimana pria itu berada. Jangan berpikir Bella tidak melakukan apa-apa. Dia bertanya pada kantor tempat dia bekerja, tentang keberadaan Felix. Hasilnya masih nihil, Sophie sebagai supervisornya juga ikut sedih karena Felix tiba-tiba mengundurkan diri dan hilang. Bella yang ditinggal begitu saja, tidak tahu harus bagaimana. Dia sempat terlalu sedih, ngambek dan pulang ke Indonesia, mungkin hampir sebulan. Tapi dengan bujukan keluarganya, dia kembali lagi dan bertekad menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Teman-teman yang dicurhatinya hanya bisa menyarankan dia untuk melupakan cowok itu. Mana bisa dia melakukannya, dia kan sudah berjanji untuk tidak. Bella bukan tipe orang yang mudah mengikari janji.
Saat ini Bella dan adiknya, Edward sedang makan es krim di suatu dessert cafe dekat kampus, sedang orangtua mereka sibuk berfoto. Orangtuanya menyayangkan Bella yang tidak boleh membawa pulang jubah kelulusannya selepas upacara, karena memang hanya boleh pinjam. Padahal yang lulus Bella, tapi orang tuanya lebih sering difoto hari ini. Setidaknya dia sudah punya beberapa foto cantik yang bisa diupload di sosial media.
"Aneh deh." komen adiknya tiba-tiba.
Bella mengangkat wajahnya dari hp, melihat adiknya. Dia lalu mengikuti arah pandang adiknya. Tapi tidak mendapati orang aneh sama sekali. Dia tinggal di kota besar seperti London, dimana orang bebas berekspresi. Jadi menurut kacamatanya, tidak ada yang aneh.
"Enggak, tadi ada orang lari-lari gitu sambil bawa bunga. Lucu aja."
"Namanya juga graduation, pasti banyak yang kasih-kasih bunga lah. Aku juga mau di kasih bunga!"
"Halah. Cari pacar sana biar dapet bunga!" jawab Edward ketus.
Bella menatapnya sama ketus. Dia sudah punya pacar tahu! Sayang saja pacarnya tiba-tiba kabur dan hilang. Well, sebetulnya tidak resmi pacar juga. Tapi yah pokoknya rumitlah. Dia juga malas menjelaskan ini-itu ke adiknya.
"Sudah yuk. Kita cari makan. Mama laper!" ajak mamanya selesai foto-foto. "Makan yang enak dimana, Bel?" tanya mamanya lagi.
Bella sudah berdiri, dan menjadi tourguide keluarnya seperti sebelumnya. Tapi kemudian pandangannya tertuju pada sesosok pria di ujung jalan, yang sebagian mukanya memang tertutup topi untuk menghalau terik, tapi dia jelas mengenali seluruh badan itu. Sama dengan yang dilakukan Bella, 'cowok itu' juga berhenti dan menatapnya. Tiba-tiba, jantungnya berdetak lebih cepat dan Bella bisa merasakan air di pelupuk matanya sudah hampir jatuh.
"Bel, Bella!!" panggil adiknya sambil menyenggol tangannya. Astaga, kalo saja ini bukan momen haru, dia pasti sudah menjambak mulut adiknya itu.
Setidaknya dia mendapat kembali kesadarannya. Bellapun berjalan dengan santai mendekati sosok itu. Hingga menyisahkan jarak satu meter. Bella harus mendongak sedikit untuk melihatnya lebih jelas dan bukannya bicara dengan dada yang bidang itu.
"Aku cariin kamu kemana-mana." kata cowok itu.
GILAA YA? teriak Bella dalam hati. Tapi dia masih tidak bisa berkata-kata. Dia lebih takut kalau air matanya tumpah saat dia bicara sesuatu. Tau kan rasanya menahan air mata? Rasanya pandangannya mulai buram dengan tampungan air mata.
"Bel," panggil cowok itu. "Happy graduation." salamnya.
Bella masih belum bergerak, bahkan bunganya pun masih menggantung di udara. Tidak juga merespon, cowok itu memberanikan diri untuk maju satu langkah. Menutup setengah meter jarak mereka.
"Maaf." ucapnya. Lalu berangsur memeluk Bella yang kemudian memecahkan tangisnya. Tangisannya tidak bersuara, hanya ada senggukan kecil beberapa detik sekali.
"Kamu jahat." katanya akhirnya. Iya, sejahat Rangga di AADC.
"Aku gak akan menghindar lagi." ucapnya. Bella mendengar itu, tapi dia tidak yakin bahwa kalimat itu untuknya. Felix seperti berbicara kepada dirinya sendiri.
"Aku ketemu orangtuamu dulu." kata Felix lagi, sambil melepas pelukannya.
Bella melihat kedua orangtua dan adiknya menghampirinya, mungkin kaget anaknya tiba-tiba memeluk seseorang. Tapi dia kesal karena setelah tiga tahun dia masih diperlakukan begitu. Setelah semenit dua menit ngobrol di jalan. Keluarganya akhirnya memutuskan untuk mencari restoran yang enak dulu, sebelum bertanya lebih jauh.
Orangtua dan adiknya berjalan di depan, walaupun tidak yakin dengan jalan yang diambil. Bella tahu keluarganya memberi dia sedikit ruang untuk merilekskan diri. Tapi sepertinya cowok yang satu itu lebih tidak peka. Felix menggandeng tangannya untuk menyebrang jalan. Dan tidak melepasnya lagi.
-END-
-----------------------------------------------------------
Don't forget to vote, share, comment and follow me for more. Thank you 😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Same Roof
ChickLitSo, here we go again I kiss that girl again And suddenly it must come to an end -Ardhito Bella berusaha untuk keluar dari rumah itu agar hidupnya terasa lebih tenang selama tinggal di London. Tapi uang saja tidak punya. Sehingga dia terpaksa tinggal...