Part 11

811 74 22
                                    


Saya tidak tahu apakah masih ada yang menunggu cerita ini. Kalau ada yang masih ngikutin, selamat menikmati kelanjutannya. Maaf ya, lama banget menghilang. 1.5 tahun. Saya masih ingat sama janji saya kok, tidak akan meninggalkan cerita ini sampai selesai. Thank you for sticking with me.

Baby

Part 11

--

Hari yang panjang dan begitu melelahkan. Minho menghembuskan nafasnya lega setelah pertemuan yang panjang dan cukup menyita tenaga dengan koleganya itu selesai. Ia segera membawa tas kerjanya dan masuk ke dalam mobil hitam metaliknya bergegas pulang. Setelah menerima laporan dari Jung, bahwa Taemin telah menghabiskan makanan yang ia kirim tadi siang, dia merasa tenang.

Waktu menunjukan pukul 06.00 sore, jalanan di Seoul padat oleh kendaraan pribadi yang berlalu lalang. Ia menghela nafasnya, berdoa agar tidak ada macet yang begitu parah kedepan. Saat mobilnya berhenti di lampu merah, ponsel Minho yang disimpan disaku celananya bergetar menandakan sebuah panggilan. Minho dengan cepat mengambil ponselnya dan berharap itu adalah Taemin, laki-laki yang dari tadi selalu memenuhi pikirannya. Namun, saat Minho melihat layar ponselnya itu adalah panggilan dari ayahnya. Alis Minho terangkat sebelum memastikan untuk mengangkat teleponnya.

"Minho."

"Ne, appa."

"Datang ke hotel sekarang. Ada yang harus kusampaikan padamu."

"Sekarang? Apakah tidak bisa apa sampaikan melalui telepon? Aku baru saja—"

"Tidak bisa. Seseorang menunggumu disini. Kutunggu."

Belum sempat Minho membalas ayahnya, telepon itu sudah dimatikan. Minho mendecis, tidak ada pilihan apabila ayahnya sudah memberi keputusan seperti ini. Ia lalu mendial up nomor Taemin namun mengalihkannya ke voice mail. Dengan cepat Minho memberi voice mail kepadanya.

"Taemin, sayang, aku akan pulang telat malam ini. Jung akan kembali mengirim makan malam untukmu. Maafkan aku. Hubungi aku kembali."

Setelah melakukan itu, Minho menghubungi Jung untuk menyiapkan makan malam untuk Taemin.

"—pastikan dia juga meminum vitaminnya."

"Baik, tuan,"

"Terima kasih, Jung."

--

Setelah sampai di hotel keluarganya, Minho segera bergegas menuju ruang dimana ayahnya menunggu disana. Ia melirik jam diponselnya dan menghela nafas dalam ketika waktu menunjukan pukul 07.30 malam. Selama perjalanan menuju hotel, Minho menduga-duga siapa seseorang yang dimaksud oleh ayahnya dan kepentingan apa yang ingin disampaikan.

Noona, ayah, dan mantan kekasihnya, Gabriella, terlihat sedang berbincang santai dengan botol wine merah ditengah meja bundar dimana mereka duduk. Mereka terlihat akrab di mata Minho. Kedua alisnya bertaut dan ia berdehem seakan mengirim sinyal tentang keadaannya. Dan Gaby, sebagaimana Gabriella dipanggil, adalah orang pertama yang menyadarinya. Ia langsung berdiri dan memeluk Minho dengan semangat.

"Minho, akhirnya kau datang!" ucap Gaby penuh antusias. Noona dan ayah Minho hanya tersenyum renyah melihatnya.

"Ehmm Gaby, apa yang sedang kau lakukan disini?" tanyanya dengan perlahan melepas pelukan wanita itu.

"Duduklah. Ada yang perlu kau tahu." Itu adalah ayah Minho, dengan senyumnya, meskipun keadaannya sedang tidak sehat beberapa waktu lalu. Tapi sekarang Tuan Choi terlihat fit dan penuh dengan senyuman dan tawa. Minho bisa merasakan kebahagian yang terpancar dari kedua matanya.

Baby?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang