Ide mengalir deras, daripada kelamaan langsung aku up.
Jangan lupa vote & komentar!
***
Insiden di lorong membuat prosesi pernikahan menjadi telat selama 2 jam. Selain telat, insiden itu membuat suasana di kursi tamu sangat riuh karena beredar kabar bahwa calon pengantin tidak bisa menahan hawa nafsu dan melupakan prosesi pernikahan. Seo Yul sangat jelas mendengarnya dari beberapa bisik-bisik tamu di sampingnya. Seo Yul yang sudah siap di posisinya untuk menyambut pengantin hanya bisa menahan rasa malu dan dongkol.
"Super sekali, Jaksa Seo! Tak ku sangka kau 'sangat' jantan!" Sung Ryong yang ikut mendengar bisik-bisik kabar mengacungkan dua jempolnya sambil menatap mesum pusat tubuh Seo Yul. Myung Suk yang duduk di samping Sung Ryong mengikuti arah tatapan mesum Sung Ryong. Begitu pun Ga Eun dan Ha Kyung. Mereka semua sama-sama menatap pusat tubuh Seo Yul.
Muka Seo Yul memerah. Antara malu dan marah. Sebelum mereka semua berpikiran aneh, Seo Yul menutup pusat tubuhnya dengan tangan.
Dasar manusia menyebalkan! Ini semua gara-gara Park Chae Rin! Batin Seo Yul.
Pintu ruang altar terbuka. Park Hyun Seung menggandeng Park Chae Rin memasuki ruangan. Wajah Chae Rin tertunduk, menatap bunga putih di tangannya. Semua mata dibuat takjub oleh kecantikan Chae Rin. Tak terkecuali Seo Yul. Padahal tak lama tadi dia baru saja melihat Chae Rin namun dia kembali terpana.
Chae Rin yang ada di bayangan Seo Yul selama ini adalah sosok glamor yang cenderung urakan. Tak ada hari tanpa membeli barang mahal dan minum alkohol. Namun, hari ini Chae Rin seolah menjadi sosok lain. Chae Rin berubah menjadi sosok dewasa yang sederhana dan elegan.
"Kuserahkan adik bungsuku padamu, Yul. Kuharap kalian bahagia selamanya. Jika kalian berpisah bahkan bercerai, kudepak kau dari YQ Group. " Park Hyun Seung menyerahkan telapak tangan Chae Rin pada Seo Yul. Kepala Chae Rin masih khusyuk tertunduk.
Perasaan Chae Rin campur aduk hingga tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Bahkan dia sendiri tak paham apa saja yang dirasakannya. Satu rasa yang membuatnya tertunduk. Dia merasa malu menjadi pusat perhatian. Rasa percaya dirinya yang sangat dia agungkan, menghilang tanpa jejak.
"Terimakasih, Pak. Aku janji akan menjaga Chae Rin." Tangan Seo Yul yang sudah terulur segera menyambut tangan Chae Rin. Dengan gagah, dia mengaitkan lengannya dengan lengan Chae Rin.
"Tegakkan kepalamu, jangan pandangi bunga putih itu. Lihatlah ke depan, " bisik Seo Yul di sela-sela langkah mereka.
Chae Rin berusaha menegakan kepalanya tetapi tiba-tiba rasa cemas melandanya. "Aku merasa tidak pantas berada disini, Jaksa Seo..."
"Chae Rin yang aku kenal adalah Chae Rin yang penuh percaya diri. Urakan dan fokus akan tujuannya. Aku menikahi Chae Rin yang seperti itu. Maukah kau tetap menjadi dirimu sendiri selama bersamaku?"
Dalam hidup Chae Rin, hanya mendiang ayahnya yang selalu mendukung dia untuk tetap menjadi diri sendiri apa pun yang terjadi. Para kakaknya selalu menekan dan posesif padanya. Hal itu membuatnya tertekan dan melampiaskannya dengan alkohol. Mendengar perkataan Seo Yul tadi, rasa percaya diri Chae Rin kembali lagi.
Pelan namun pasti, Seo Yul dan Park Chae Rin melangkah menuju altar pernikahan. Senyum tulus menghias bibir mereka. Riuhnya para tamu undangan tak mereka hiraukan. Mereka sangat khidmat dan serius saat penghulu menyatukan mereka.
"Mempelai pria, silakan menyematkan cincin ke jari mempelai wanita."
Tanpa ragu, Seo Yul menyematkan cincin ke jari Chae Rin. Seketika, jantung Chae Rin berdebar kuat. Antara antusias dan cemas akan masa depan pernikahannya. Walaupun alasan mereka menikah bisa dikatakan karena win to win, tak bisa dipungkiri dia ingin pernikahan ini adalah akan menjadi pernikahan satu-satunya dalam hidupnya. Itu artinya dia harus berusaha menerima Seo Yul seumur hidupnya. Akankah dunia pernikahannya bisa lancar? Akankah dia bisa bahagia? Dua pertanyaan besar itu berulang kali terngiang di benaknya. Dia tak bisa lagi mundur, dia harus mau menerima semua hal yang terjadi karena pernikahan ini.
