5

198 36 3
                                    

Minggu kemarin, setelah dadah-dadah dengan keluarganya yang kembali ke Ibukota, Joy mulai sedikit merasa hampa. Untung saja Wendy dan Yeri mendatanginya. Mereka akhirnya menghabiskan sisa liburan untuk berkeliling kota dan mendatangi tempat-tempat wisata di kota.

Kota kecil ini dikelilingi oleh lima gunung, tak ayal suasananya selalu cenderung sejuk. Namun, kota ini juga terasa kuno. Jangankan gedung bertingkat gemerlap, mall saja tidak ada. Yang ada hanya plaza-plaza tua. Pertokoannya bergaya tahun 80-90an. Jalan dalam kotanya lebih kecil daripada jalan kompleks perumahan di Ibukota. Rumah-rumah di kota itu juga bergaya 80-90an, dengan banyak tanaman merambat. Tidak ada bus dalam kota, yang ada mobil-mobil tua sebagai angkutan umum dalam kota. Itupun juga jarang.


Senin pun tiba, hari pertama masuk kuliah.

Di Faperta ada adat khusus untuk maba, yaitu wajib menggunakan kemeja kotak-kotak dan bawahan hitam. Perempuan memakai rok hitam panjang, dan laki-laki memakai celana hitam bahan. Untuk rambut maba cowok juga ada aturannya, harus botak 1:2:1:1. Untuk kendaraan juga ada pantangannya. Maba dilarang membawa kendaraan selain sepeda untuk berkuliah. 

Selain itu, maba juga wajib selalu menggunakan nametag yang segede hohah, serta tas ransel hitam yang dipasangi gantungan kunci bergambar ­inari. Inari adalah rubah mascot Faperta. Asal muasal rubah ini berasal dari kepercayaan masyarakat Jepang yang menganggap rubah membawa keberuntungan untuk pertanian. Pokoknya, aturan buat maba segambreng deh, banyak banget!


Adat ini berlaku satu semester penuh. Jika dilanggar, jangan heran jika nametag akan disita komdis, serta maba bersangkutan akan mendapat poin. Para dosen juga tidak membantu. Jika dosen menemukan maba yang melanggar, tak sampai semenit, komdis akan datang menangkap sang maba.

Joy dan Yeri berjalan canggung di pinggir lobby gedung sentral. Ia melihat kesekitar banyak juga maba lain yang berjalan nunduk-nunduk seakan takut diterkam komdis.


"Yer, kelas C ruangannya dimana?"

"A.3.10 Joy, lantai tiga."

Mereka berdua menuju lantai tiga menggunakan tangga karena lifnya penuh. Setibanya di depan pintu kelas, mereka berhenti sesaat.

"Bentar, bentar Yer," kata Joy mengangkat tangannya.

"Kenapa luu?"

"Degeun-degeun nih wkwk."

Yeri menatap Joy kesal, lalu membuka pintu kelas.


Kelasnya lumayan besar, di dalamnya ada sekitar 15 orang maba, mereka membungkuk memberi salam. Yeri dan Joy balas membungkuk dan tersenyum. Singkat saja mereka segera berkenalan. Tak lama kemudian, keduapuluh anggota kelas sudah lengkap.

Mata kuliah pertama bagi maba Agribisnis kelas C adalah Ekologi Pertanian, Dosennya adalah Pak Siwon, seorang professor yang sudah beruban dan kebapakan. Ekologi Pertanian mempelajari aspek dari prodi Agroekoteknologi, yaitu Budidaya Pertanian, Tanah, dan Hama Penyakit Tumbuhan. "Pelajarannya menyenangkan, mirip biologi SMA," kata Joy dalam hati.

Jam pelajaran hampir selesai.


Joy sedang asik membaca ulang catatannya ketika ada seseorang yang mengetuk pintu, dan masuk ke dalam kelas. Sosok itu menghampiri Pak Siwon, dan keduanya berbicara pelan.

Yeri menyenggol siku Joy. Gadis berponi ini menoleh, mulutnya mengucapkan "Ape?" tanpa suara. Yeri menunjuk sosok itu dengan dagunya. Joy menyerngit dan melihat ke meja dosen. Tak sampai sedetik, matanya membulat tak percaya.

eunoia. - 쀼 versionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang