[1] Si Tampan dari Masa Depan

106 14 4
                                    

Malam gelap nan sepi. Tapi bintang-bintang masih setia menemani bulan, menyinari jalan untuk gadis itu. Gadis yang saat ini sedang berjalan sendirian.

Ia sesekali merinding saat mendengar suara langkah kaki mengikutinya. Tapi saat ia menoleh ke belakang, tidak ada orang sama sekali. Ia kembali menatap ke depan, tapi dirinya di hadang oleh dua preman yang tak ia kenali. Salah satu dari preman itu memegang kedua tangannya. Preman yang satunya lagi mulai menggoda gadis itu.

Kalau cowo yang nolongin gue, gue jadiin dia pacar. Kalau cewe, gue ga jadiin apa-apa. Karena gue sekarang lagi jomblo, dan butuh pacar. Gadis itu bermonolog.

Tiba-tiba, cahaya terang muncul di hadapan mereka. Preman itu menoleh ke sumber cahaya. Begitu juga gadis yang dikenal dengan nama Eca. Seorang laki-laki keluar dari cahaya terang tersebut.

Laki-laki itu mendekati mereka. Ia memutar kepala preman itu lalu menendangnya jauh. Bahkan preman itu sudah tidak terlihat sama sekali. Preman yang satunya memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka dengan ketakutan.

Eca mengerjap 'kan matanya berkali-kali. Siapa laki-laki ini. Dia keluar dari cahaya super terang itu? Seolah-olah ini sihir.

"Lo keluar dari cahaya putih itu?" tanya Eca tanpa berkedip.

"K--kok bbi-sa?" tanyanya lagi.

"Udah takdirnya kali Ca," jawab laki-laki itu dengan santai. Sebentar, dia memanggilnya Ca? Mungkin laki-laki itu hanya asal tebak.

Tapi Eca masih bingung. Siapa sebenarnya laki-laki di hadapannya ini? Wajahnya memang tampan. Tapi, sepertinya ia berumur 23 tahun. Serta kelihatan aneh, atau mungkin ini jawaban dari doa nya tadi.

"Gue Elvano," ujar laki-laki itu. Karena ia melihat kebingungan di wajah Eca.

"Gue Ec—" belum sempat Eca melanjutkan kalimatnya, laki-laki itu sudah memotong terlebih dahulu.

"Gue tau, Eca Grasela, 'kan?" jawab laki-laki itu cepat. Eca yang mendengarnya kaget. Dan ternyata yang tadi itu bukan suatu kebetulan? Bahkan nama lengkapnya dia tau? Benar-benar ajaib.

"Kok lo tau?" tanya Eca masih tidak percaya.

"Gue anterin lo ke rumah dulu, baru gue cerita," ajak laki-laki itu kepada Eca. Tapi Eca masih diam mematung, menatap laki-laki tampan di hadapannya sekarang.

"Gausah di pandangin mulu, gue tau kok, kalau gue itu gantengnya maksimal." Elvano menyisir rambutnya ke belakang. Dengan gaya angkuhnya.

"Iya." Eca mengangguk, dan memandangi laki-laki di depannya ini tanpa berkedip.

"Ehh!" laki-laki itu kaget dengan jawaban Eca yang terdengar polos, namun menggemaskan.

"Ngedip kali Ca." Laki-laki itu mengusap wajah Eca lembut.

"Yuk jalan!" perintah Eca akhirnya setelah ia sadar dari lamunannya.

"Kemana?" tanya Elvano dengan tampang bego nya.

"Katanya tadi 'kan mau nganter pulang, terus mau cerita apa yang terjadi." Eca memutar bola matanya malas.

"Pegang tangan gue," celetuk laki-laki itu. Walaupun Eca bingung. Tak urung juga gadis itu tetap memegang tangan Elvano.

Wushhh

Mereka menghilang dengan ditemani cahaya putih yang tadi Eca liat pertama kali.

Tiba-tiba saja mereka sudah sampai di depan rumah Eca. Eca menatap Elvano, meminta penjelasan. Elvano yang mengerti, Mengajak Eca untuk duduk lalu mulai bercerita.

"Gue itu orang dari masa depan lo," jelas laki-laki itu santai. Tapi beda dengan Eca. Ia terbelalak kaget dengan pengakuan Elvano.

"Gausah bercanda deh," sinis Eca pada Elvano.

"Gue seriusan Ca, kita di masa depan nanti nikah." Elvano menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang.

"Gausah ngigo deh," Eca tambah kesal dengan laki-laki aneh ini.

"Gue serius, kita di masa depan punya satu anak, kita nikahnya di Bali ...." ia menggantungkan ucapannya, lalu menatap Eca dengan tatapan teduh. " gue harap, lo jaga hati buat gue doang. Gue yang bakalan jadi masa depan lo, jangan dimasukin oleh orang-orang yang hanya jadi sampah di hidup lo." Elvano mengusap puncak kepala Eca lembut.

Eca menatap mata cowo itu seolah mencari kebohongan. Tapi dia tidak menemukannya. Apa itu benar? Lagipula ia bisa menghilang seperti tadi, dan keluar dari cahaya yang super terang. Mana mungkin ini bohong, 'kan?

"Jadi lu kenapa bisa ada di sini?" tanya Eca bingung.

"Gatau, serasa gue di tarik ke sini. Apa mungkin karena lo dalam bahaya ya Ca?" ujar Elvano balik bertanya.

"Bisa jadi." Eca menyimpan telunjuk di dagunya.

"Yaudah deh gue balik lagi ya, gue kesini cuman mau mastiin lo baik-baik aja." Elvano beranjak dari kursinya.

"Jaga diri kamu baik-baik sayang, ingat! Hati kamu cuman buat aku, yang udah pasti jadi suami kamu." Ia mengecup kening Eca lama, lalu memeluknya dengan sayang.

"Aku pergi ya! Dadah baby!" Elvano memberikan kecupan dari jauh, sebelum cahaya putih itu kembali menelannya.

"Dadah sayang! Jangan lupa balik lagi," gumam Eca. Ia menolak untuk percaya, tapi ini terasa nyata.

Tapi, malam ini ia benar-benar bahagia. Semoga yang dikatakan cowo itu benar. Semoga saja.

---TAMAT---

Karya : Rivana Rahmawati
Akun wp : Rivanapunut
Penanggung jawab : Nurmayanti_


ANTOLOGI CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang