[4] Hisapan Manja Sang Vampir

35 9 0
                                    

Bulan purnama telah menyapa. Angin malam berhembus menerpa wajah seorang gadis yang tengah gelisah. Malam semakin larut. Jarum jam sebentar lagi akan menunjukkan pukul dua belas malam.

"Kalo nggak buru-buru pergi bisa mampus gue," ujar Mila sambil celingukan mencari seseorang.

Ia tidak bisa menunggu terlalu lama di sini. Berjalan menjauh dari keramaian akibat pesta yang diadakan oleh keluarganya. Mila harus segera pergi dari tempat ini, kalau tidak mau semua orang mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya. Mengendap-endap keluar melalui pintu belakang rumah.

Menengok kearah belakang untuk memastikan bahwa dirinya telah aman. Baru beberapa langkah kakinya menjauh dari pintu, tiba-tiba saja badannya kaku. Sebuah tepukan di pundaknya membuat Mila terdiam di tempat. Perlahan ia menolehkan kepalanya ke belakang.

"Kampret lo, ngagetin gue tau nggak!" Omel Mila sambil berkacak pinggang. "Darimana aja sih? Gue tungguin dari tadi juga," sambungnya. Sedangkan sang pelaku bukannya merasa bersalah malah nyengir lebar memamerkan giginya yang putih dan rapi.

"Hehe, sorry Mil, cari cogan dulu tadi," ucap Ririn sambil menyatukan kedua telapak tangannya, tanda ia meminta maaf.

Mila menepis keras tangan Ririn yang ada di hadapan nya. Menarik pergelangan tangan Ririn kemudian berlari menjauh dari rumah mewahnya. Mila tidak punya banyak waktu lagi sekarang. Ia harus segera menjauh dari jangkauan manusia-manusia itu.

*****

Bersembunyi di balik pohon beringin. Menunggu mangsa yang akan melewati jalanan ini. Badan Mila sudah lemas karena ia belum mendapatkan asupannya. Riri yang berada di samping Mila hanya diam sambil memakan kelinci segar yang ia ambil dari pekarangan rumah orang yang dilewati menuju ke tempat ia berada sekarang.

Jarum jam tangan yang menempel indah di tangan mulus Mila sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Daun-daun berguguran karena terpaan angin malam yang menyejukkan. Rambut Mila berterbangan tertiup kesana kemari mengikuti arah sang angin.

Mulutnya terasa berkedut. Lidahnya mulai kelu. Ia harus bisa menahannya agar semua ini tidak sia-sia. Suara langkah seseorang mengalihkan perhatian Mila. Semakin lama suara itu terdengar begitu jelas. Ia harus mulai berakting.

Berjalan sempoyongan menuju kearah seorang pria yang berjalan sendirian. Meninggalkan Riri yang masih asik menyantap kelinci mungilnya. Menjatuhkan dirinya di aspal sambil merintih meminta pertolongan.

"Shh.. Akhh.. tolong mas," ucap Mila memasang wajah kesakitan. Tanpa ragu pria itu berjalan mendekat kearah Mila.

"Loh, kenapa mbak? Ada yang bisa saya bantu?" tanya pria itu sambil memeriksa seluruh tubuh Mila.

"Kaki saya sakit mas, boleh minta tolong antar saya pulang? Rumah saya deket dari sini kok," pinta Mila dengan mengeluarkan puppy eyes-nya.

"Boleh banget, maaf saya gendong di belakang nggak papa?" tanya pria itu yang dijawab dengan anggukan kepala Mila.

Pria itu segera menggendong Mila di punggung belakangnya. Mila tersenyum licik. Mulutnya yang berkedut sudah tidak lagi dia tahan. Taring tajam nya sudah muncul. Membuka lebar mulutnya. Sedetik kemudian gigi taring itu sudah menancap sempurna pada tengkuk sang pria.

Memejamkan mata seraya menikmati darah yang mengalir melalui kerongkongannya. Rasa laparnya sudah terobati berkat darah yang dimiliki pria ini.

"Mhh... Nghhh.."

"Sial, kenapa darahmu begitu nikmat," ujar Mila di tengah-tengah hisapannya.

"Hish.. Sapanmuhh.. Sungguh.. Ahh.. Manjahh.." ucap pria itu kemudian melirik wajah cantik Mila.

"Kau mau lebih?" tanya Mila. Pria itu menganggukkan kepalanya.

Mila mengeluarkan kekuatannya. Berlari secepat angin dengan menggandeng pergelangan sang pria. Bersembunyi di balik semak-semak dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Jika kau hisap darahku, apa aku juga bisa menjadi vampir sepertimu?" tanya pria itu dengan pandangan sayu. Mila menganggukan kepalanya.

Pria itu meraih tengkuk Mila. Mendekatkan kepala Mila pada leher jenjangnya. Tangan Mila menyentuh manja dada bidang sang pria. Tak meninggal kesempatan emas, Mila segera menghisap leher sang pria.

Kedua tangan Mila menyisir rambut halus milik sang pria. Salah satu tangan nya turun memainkan telinga sang pria dengan sangat lembut sehingga membuatnya mengerang karena kenikmatan.

Menghisap dengan lembut, sesekali juga meniup bekas gigitannya. Pria itu hanya menikmati perbuatan dari Mila. Matanya hanya merem melek sebagai respon.

Tangan kanan pria itu semakin menekan tengkuk Mila. Tangan kirinya ia gunakan untuk mengelus punggung mungil milik Mila.

Hisapan Mila begitu nikmat. Belum pernah ia mendapatkan rasa senikmat ini, walupun dia juga sering melakukannya dengan wanita di luaran sana.

Pria itu pasrah. Otaknya menyuruh melawan. Namun, hatinya menolak karena hisapan Mila begitu nikmat. Wajahnya mulai memucat. Bibirnya memutih. Matanya sayu. Perlahan kesadarannya menghilang. Tapi ia masih bisa merasakan hisapan lembut pada lehernya.

Mila menyudahi kegiatannya karena sadar jika sang pria sudah pingsan. Ia memapah pria itu untuk berdiri. Membawa terbang menuju markas para vampir supaya pria itu mendapat pelatihan agar dia menjadi vampir sejati seperti dirinya.

---TAMAT---

Karya : Vira
akun wp : ipattoy
Penanggung jawab : Nurmayanti_

ANTOLOGI CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang