Tercelanya Dengki

9 0 0
                                    

PEMBICARAAN: tentang tercelanya dengki, tentang hakikat dengki, se­bab-sebab dengki, pengobatannya dan tujuan kewajiban pada menghilangkannya.
 
Ketahuilah, bahwa dengki juga termasuk sebahagian dari natijah (hasil) den­dam. Dan dendam itu termasuk sebahagian dari natijah marah. Jadi, dengki itu cucunya marah (anak dari anaknya j.Dan marah itu neneknya dengki (asal dari asalnva). Kemudian, dengki itu mempunyai cabang-cabang yang tercela, yang hampir tidak dapat dihinggakan.
 
Telah datang banyak hadits tentang tercelanya dengki khususnya. Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:-
الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
(Al-hasadu ya'kulul-hasanaati kamaa ta'kulun-naaru'l-hathb )).
Artinya: "Dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu kering".(l).
 
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda tentang larangan dengki, sebab-sebab dengki dan buahnya:-      
لا تحاسدوا ولا تقاطعوا ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا
(Laa tahaasaduu, wa laa taqaa-tha'uu, wa laa tabaa-ghadluu, wa laa ta- daabaruu, wa kuunuu ibaadal-laahi ikh-waanaa).Artinya: "Janganlah kamu dengki-mendengki, janganlah kamu putus-me- mutuskan silaturrahim, janganlah kamu marah-memarahi, janganlah kamu belakang-membelakangi! Hendaklah ada kamu itu hamba-hamba Allah yang bersaudara !".(2).
 
Anas berkata: "Pada suatu hari kami duduk disisi Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Lalu be­liau bersabda:
يطلع عليكم الآن من هذا الفج رجل من أهل الجنة
(Yath-lu'u 'alaikumul-aana-min haadzal-fajji, rajuhm min ahlil-jannah). Artinya: "Akan muncul kepada kamu sekarang dari jalan celah bukit ini, seorang laki-laki dari ahli sorga (penduduk sorga)".
Anas meneruskan riwayatnya: "Lalu muncullah seorang laki-laki dari go­longan anshar, janggutnya menetes dari wudlu'nya (bekas air sembahyangnya). Ia memegang dua sandal pada tangan kirinya. Lalu ia memberi salam. Tatkala keesokan harinya, Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda seperti itu lagi. Lalu laki-laki itu muncul pula. Dan pada hari ketiga, Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda seperti itu juga.
 
(1)   Dirawikan Abu Daud dari Abi Hurairah. Dan Ibnu Majah dari Anas.
(2)   Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim.
207.
Lalu laki-laki tersebut muncul lagi.
Maka tatkala Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bangun berdiri, lalu beliau diikuti oleh Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash. Lalu Abdullah berkata kepada laki-laki itu: "Sesung­guhnya aku bertengkar dengan ayahku. Lalu aku bersumpah, bahwa aku tidak akan masuk ke tempat ayahku tiga malam. Jikalau engkau mau membawa aku ke rumahmu, sehingga berlalu tiga malam itu, maka laksa- nakanlah".
Laki-laki itu menjawab: "Ya, boleh!".
 
Lalu Abdullah bin 'Amr' bin Al-'Ash bermalam pada laki-laki tersebut, ti­ga malam. Maka ia tidak melihat laki-laki itu bangun malam (mengerjakan shalat) sedikitpun, selain apabila ia berbalik-balik di atas tempat tidurnya, lalu berdzikir kepada Allah Ta'ala. Dan ia tidak bangun, sebelum ia bangun untuk shalat fajar (shalat subuh)".
 
Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash meneruskan riwayatnya: "Selain aku tidak mendengar ia mengatakan, melainkan yang kebajikan. Dan tatkala telah berlalu tiga hari dan nampirlah aku menghinakan amalannya, lalu aku berkata kepadanya: "Hai hamba Allah! Sesungguhnya tiadalah diantara aku dan ayahku itu marah dan tidak bercakap-cakap. Akan tetapi, aku te­lah mendengar Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda .demikian-demikian. Lalu aku bermaksud untuk mengetahui amalan engkau. Maka aku tidak melihat engkau berbuat amalan yang banyak. Maka apakah kiranya yang menyampaikan engkau kepada yang demikian?".
 
Lalu laki-laki itu menjawab: "Tidak adalah yang lain, selain apa yang eng­kau lihat".
Maka tatkala aku berpaling membelakang, laki-laki itu memanggil aku, seraya berkata: "Tidak ada yang lain selain apa yang engkau lihat. Hanya aku tidak mendapati pada diriku, tipuan dan dengkian, terhadap seseorang kaum muslimin,di atas kebajikan yang diberikan oleh Allah kepada­nya".
Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash berkata: "Lalu aku katakan kepadanya: "Itulah yang telah menyampaikan engkau dan itulah yang kami tidak
ثلاث لا ينجو منهن أحد الظن والطيرة والحسد وسأحدثكم بالمخرج من ذلك إذا ظننت فلا تحقق وإذا تطيرت فامض وإذا حسدت فلا تبغ
(Tsalaa-tsun laa yan-ju min-hunna ahadun: adh-dhannu, wath-thiyaratu wal-hasadu, wa sa-uhaddi-tsukum bilmakh-raji min dza lika, idzaa dhananta, fa laatuhaqqiq, wa idzaa tathay-yartafam-dli,wa idzaa hasad-ta, falaa tabghi) Artinya: "Tiga perkara, tiada akan terlepas dari padanya seseorang, yaitu: "Jahat sangka, terbang hati (tidak berdekatari jiwa) dan dengki. Dan akan
 
(1) Dirawikan Ahmad dari Anas, dengan isnad shahih
208.
aku terangkan kepadamu jalan keluar daripada yang demikian. Apabila engkau menyangka sesuatu, maka janganlah engkau selidiki! Apabila hati engkau terbang dari sesuatu, maka teruskan (maksudmu)! Dan apabila engkau dengki, maka jangan engkau melewati batas!".(1).
 
Dan pada suatu riwayat:
ثلاثة لا ينجو منهن أحد وقل من ينجو منهن
(Tsalaa-tsatun laa yan-ju min hunna ahadun wa qalla man yan-ju min- hunna).
Artinya: "Tiga perkara, tiada akan lepas seseorang dari padanya dan sedi- kitlah orang yang terlepas dari padanya". Maka pada riwayat ini, disebutkan akan kemungkinan terlepas dari tiga perkara tersebut. Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda: "Telah merangkak kepadamu penyakit umat-Umat yang sebelum kamu, yaitu: dengki dan suka marah. Suka marah itu adalah gunting. Aku tidak mengatakan: gunting rambut, akan tetapi gunting agama. Demi Allah, yang jiwa Muhammad di tanganNYA! Kamu tiada akan masuk sorga, sehingga kamu beriman. Dan kamu tidak beriman, se­hingga kamu kasih-mengasihi. Apakah tidak aku beritakan kepada kamu, apa yang menetapkan demikian bagimu? Tebarkan salam di antara kamu!".(2).
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:-
كاد الفقر أن يكون كفرا وكاد الحسد أن يغلب القدر
(Kaadal-faqru an yakuuna kufran wa kaadal-hasadu an yagh-libal-qadara). Artinya: "Hampirlah kemiskinan itu menjadi kufur dan hampirlah ke- derigkian itu mengalahkan taqdir".(3).
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda: "Sesungguhnya akan menimpa umatku, penyakit umat-umat yang lain". Lalu para shahabat bertanya: "Apakah penyakit umat-umat yang lain itu?".
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. menjawab: "Lupa nikmat, zalim ketika memperoleh nikmat, berbanyak-banyakan harta, berlomba-lomba tentang ke dunia-an, jauh- menjauhkan dan dengki-mendengki, sehingga terjadilah melampaui batas. Kemudian terjadilah pembunuhan".(4).
 
 (1).        Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dari Abi Hurairah.
(2). Dirawikan At-Tirmidzi dari Az-Zubair.
(3). Yang dimaksud dengan: mengalahkan taqdir, ialah: dengki dalam hati orang yang dengki itu, mengalahkan pengetahuahnya tentang taqdir, seakan-akan ia lupa, bahwa nikmat yang diperoleh yang didengki itu, datang dengan taqdir dan kehendak Allah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Ha­dits ini dirawikan A-Baihaqi dari Anas.
(4). Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dan At-Thabrani dari Abi Hurairah.
209.
 
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:-
لا تظهر الشماتة لأخيك فيعافيه الله ويبتليك
(Laa tudh-hirisy-syamaatata li-akhiika, fa-yu 'aafiyahul-laahu wa yab-talii- ka).
Artinya: "Jangan engkau lahirkan kegembiraan dengan bencana yang menimpa saudara engkau. Allah akan menganugerahkan sehat-afiat kepadanya. Dan akan menurunkan bencana kepada engkau".(1). Diriwayatkan, bahwa nabi Musa a:s. tatkala bergegas-gegas kepada Tu- hannya Yang Mahatinggi, maka ia meiihat pada naungan 'Arasy seorang laki-laki. Lalu ia ingin di tempat tersebut, seraya ia berkata: "Bahwa orang ini sungguh mulia pada Tuhannya". Lalu Musa a.s. bertanya kepa­da Tuhannya Yang Mahatinggi, kiranya Tuhan menerangkan nama orang tersebut. Tetapi Tuhan tidak menerangkannya. Dan Tuhan berfirman: "AKU terangkan kepadamu amalannya tiga perkara: dia tidak dengki ke­pada manusia, terhadap yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka da­ri kurniaNYA, dia tidak durhaka kepada ibu-bapanya dan dia tidak menja- lankan upat fitnah".
 
Nabi Zakaria a.s. berkata: "Allah. Ta 'ala berfirman: "Orang yang dengki itu musuh nikmatKU, marah kepada qadla'KU (hukum taqdirKU), tidak rela dengan pembagianKU, yang AKU bagikan di antara hamba- hambaKU".
 
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:
أخوف ما أخاف على أمتي أن يكثر فيهم المال فيتحاسدون ويقتتلون
(Akh-wafu maa akhafu 'alaa ummatiian yak-tsura fiihimulrmaalu, fayata- haasaduuna wa yaqtatiluun).
Artinya: "Yang paling aku takuti dari apa yang aku takuti pada umatku, ialah, bahwa banyak harta pada mereka, lalu mereka berdengki-dengkian dan berbunuh-bunuhan".(2). .
 
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:-
استعينوا على قضاء الحوائج بالكتمان فإن كل ذي نعمة محسود
(Ista 'iinu 'alaa qadlaa-il-hawaaiji bil-kitmaani. Fa inna kulla dzii ni 'matin mahsuud).
Artinya: "Minta tolonglah untuk tercapainya hayat-keinginanmu dengan menyembunyikannya. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memperoleh nik- mat itu didengki orang".(3).
 
(1)     Diriwayatkan At-Tirmidzi dari Watsilah bin AJ-Asqa', haditshasan gharib.
(2)    Diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya dari Abi 'Amir Al-Asy'ari.
(3)    Diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya dan Ath-Thabrarii dari Mu'az, sanad dla'if.
210.
 
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda: "Sesungguhnya nikmat Allah itu mempunyai mu- suh". Lalu ditanyakan: "Siapakah mereka itu?". Maka Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. menja­wab: "Mereka yang dengki kepada manusia, terhadap apa yang dianuge­rahkan oleh Allah kepada mereka dari kurniaNYA".(l). Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda: "Enam golongan akan masuk neraka sebelum perhitungan (hisap) dengan setahun". Lalu ditanyakan: "Wahai Rasulu'llah! Siapakah mereka?".
 
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. menjawab: "Umara' (penguasa-penguasa) dengan kezaliman, orang Arab dengan 'ashabiyah (fanatik kepada bangs any a), kepala-kepala desa dengan kesombongan, kaum saudagar dengan pengkhianatan, orang- orang hitam dengan kebodohan tentang agama dan alim-ulama dengan kedengkian".(2).
 
Al-atsar, diantara lain, kata sebahagian ulama terdahulu: "Awal kesalahan (kesalahan pertama), ialah: "dengki. Iblis dengki kepada Nabi Adam a.s. atas kedudukannya. Lalu Iblis enggan (menolak) untuk bersujud kepada Adam a.s. Lalu Iblis itu dibawa oleh kedengkian kepada perbuatan mak- siat".
Diceritakan, bahwa 'Aun bin Abdullah masuk ke tempat Al-Fadlal bin Al-muhallab. Dan berkata: "Sesungguhnya aku bermaksud menasehati engkau sesuatu".
 
Maka AI-Fadlal bertanya: "Apakah sesuatu itu?". 'Aun bin Abdullah, menjawab: "Jagalah dirimu dari tekebur. Sesungguh­nya tekebur (sombong) itu, dosa pertama yang mendurhakai Allah". Ke­mudian, ia membaca ayat:-
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
(Wa idz-qulnaa lil-malaa-ikatis-juduu li-Aadama fasajaduu illaa ibliisa, abaa was-takbara wa kaana mi-nal-kaafiriin).Artinya: "Dan ketika KAMI mengatakan kepada malaikat: "Tunduklah kamu kepada Adam. Lalu mereka tunduk, selain dari Iblis, dia enggan dan menyombongkan dirinya dan dia termasuk orang-orang yang tidak beriman", S. Al-Baqarah, ayat 34.
 
"Jagalah dirimu dari sifat rakus! Sesungguhnya rakus itu mengeluarkan Nabi Adam a.s. dari sorga, dimana ia telah ditetapkan oleh Allah Subha- nahu Wa Ta 'ala, dari sorga, yang lebarnya langit dan bumi, dimana ia makan dari sorga itu, kecuali pohon kayu yang satu, yang di larang oleh Allah. Maka ia makan dari kayu tersebut. Lalu ia di keluarkan oleh Allah Ta 'ala dari sorga". Kemudian 'Aun membaca ayat:-
 
(1). Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas. .
(2). Diriwayatkan Abu Mansur Ad-Dailami dari Ibnu Umar dan Anas, sanad dla'if.
 
اهْبِطُواْ مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
(Ih-bithuu minhaa jamii-an, fa immaa ya*tiannakum minnii hudan, fa man tabi a hudaa-ya, fa laa khaufun alaihim wa la hum yahza-nuun). Artinya: "Pergilah kamu semuanya dari sini, tetapi jika datang kepadamu pimpinan daripadaKu, maka siapa yang menurut pimpinanKU, maka me­reka tiada merasa ketakutan dan tiada menaruh duka cita". S.Al-Baqarah, ayat 38.
 
Jagalah dirimu dari dengki! Sesungguhnya seorang putera Adam membunuh saudaranya laki-laki, ketika ia dengki kepadanya". Kemudian, 'Aun membaca ayat:-
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
(Watlu alaihim naba-ab-nai Aadama bil-haqqi, idz qarrabaa qurbaanan, fa tuqubbila min ahadi-himaa wa lam yutaqabbal minal-aakhari, qaala la-aq- tulan-naka, qaala. innamaa yataqabbalul-laahu minal-muttaqiin). Artinya: "Dan ceriterakanlah kepada mereka riwayat dua orang anakAdam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya melakukan kurban penyembeIihan. Diterima kurban seorang dan tidak diterima kurban yang seorang lagi. Dia mengatakan: Tentu aku akan membunuh engkau. Kata yang lain: Tuhan hanyalah menerima (kurban) dari orang-orang yang memelihara diriya (dari kejahatan)". S.Al-Maidah, ayat 27.
 
"Apabila disebutkan nama shahabat-shahabat Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.,maka ta- hanlah lidahmu (tidak engkau menyebutkan mereka dengan jahat)! Apa­bila disebutkan taqdir, maka diamlah! Dan apabila disebutkan binatang-bi- natang, maka diamlah!".
 
Bakar bin Abdullah berkata: "Ada seorang laki-laki masuk ke tempat se- bahagian raja-raja. Lalu ia berdiri menghadap raja tersebut, seraya berka­ta: "Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik, disebabkan perbuatan baiknya! Maka orang yang berbuat jahat, akan mencukupi baginya oleh perbuatan jahatnya".
 
Lalu orang tersebut didengki oleh laki-laki lain atas tempat dan perkataan itu. Maka laki-laki lain tadi terus memfitnah kepada raja, seraya berkata: "Bahwa orang itu yang berdiri menghadap engkau dan mengatakan apa yang dikatakannya, mendakwakan, bahwa raja busuk bau mulutnya". Raja lalu menjawab: "Bagaimana benar yang demikian padaku?". Orang itu menjawab: "Engkau panggil dia kepada engkau. Maka apabila ia mendekati engkau, ia meletakan tangannya pada hidungnya. Supaya ia tidak mencium bau busuk mulut".
 
Maka raja berkata kepada orang tersebut: "Pergilah, sehingga aku meiihat kebenaran yang demikian!".
 
212.
 
Orang itu lalu keluar dari hadapan raja, pergi mengajak orang tersebut ke rumahnya. Lalu diberinya makan, yang ada padanya bawang putih. Kemudian, orang itu keluar dari rumah orang tadi. Dan tegak berdiri di hadapan raja menurut kebiasaannya, seraya ia berkata: "Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik, disebabkan perbuatanbaiknya! Maka orang yang berbuat jahat, akan mencukupi baginya oleh perbuatan jahat- nya".
 
Lalu raja berkata kepada orang itu: "Dekatilah kepadaku!". Orang itupun lalu mendekati raja,seraya meletakkan tangannya pada mulutnya, karena takut tercium oleh raja bau bawang putih. Laluraja berkata pada dirinya: "Aku tidak melihat si Anu itu, melainkan benar apa yang dikatakannya".
Bakar bin Abdullah meneruskan ceritanya: "Raja itu tidak menulis sesuatu dengan tulisannya sendiri, kecuali disebabkan ada sesuatu anugerah atau pemberian. Lalu raja itu menulis sepucuk surat untuk orang tadi, dengan tu­lisannya sendiri, untuk dibawanya kepada salah seorang pegawai raja itu. Diantara isinya, ialah: "Apabila sampai kepadamu yang membawa suratku ini, maka sembelihkanlah dia dan kupaskan kulitnya! Isikan kulitnya dengan jerami dan kirimkan kulitnya itu kepadaku!".
 
Orang itu lalu mengambil surat dan keluar. Maka ia dijumpai oleh laki-la­ki yang membuat fitnah itu, seraya bertanya: "Apakah surat ini?". Orang itu menjawab: "Tulisan raja untukku dengan suatu pemberian". Tukang fitnah tadi lalu menjawab: "Berilah surat ini kepadaku!" Lalu orang itu berkata: "Jadi, surat ini untukmu". Tukang fitnah itu pun, lalu mengambil surat tersebut dan dibawanya kepada pegawai raja. Lalu pega­wai itu berkata: "Dalam suratmu ini, supaya aku menyembelih kamu dan mengupas kulitmu".
 
Tukang fitnah itu menjawab: "Bahwa surat ini bukan untukku. Allah, Al­lah, tentang urusanku ini! Kiranya engkau meminta pada raja supaya di- tinjau kembali".
 
Pegawai itu menjawab: "Tidak ada peninjauan bagi surat raja". Lalu pagawai itu menyembelih tukang fitnah tersebut, mengupas kulitnya dan mengisikan kulit itu dengan jerami.Dan dikirimkannya kepada raja. Kemudian, orang yang menerima surat raja itu, datang kembali kepada raja, seperti kebiasaannya.Dan mengatakan seperti perkataannya yang sudah-sudah. Maka raja itu sangat heran, seraya berkata: "Apakah yang terjadi dengan surat itu?".
Orang itu menjawab: "Bertemu dengan aku si Anu, lalu dimintanya dari­padaku surat itu, maka aku. berikan kepadanya".
Raja lalu menjawab: "Si Anu itu menerangkan kepadaku, bahwa engkau mendakwakan, bahwa aku, busuk bau mulutku". Orang tadi menjawab: "Tidak pernah aku berkata demikian". Raja lalu menyambung: "Kalau tidak benar, maka mengapa engkau mele­takkan tangan engkau pada mulut engkau?".
 
213.
 
Orang tadi menjawab:" "Karena si Anu itu memberikan aku makan, yang padanya ada bawang putih. Lalu aku tidak suka engkau menciumnya". Raja menjawab: "Benar engkau. Pulanglah ke tempat engkau! Maka mencukupilah bagi orang yang berbuat jahat, oleh perbuatan jahatnya". Ibnu Sirin r.a. berkata: "Tidak pernah aku dengki kepada seseorang, ter­hadap sesuatu dari urusan duniawi. Karena jikalau ia ahli sorga, maka ba- gaimana aku dengki kepadaya terhadap dunia. Dan dunia itu amat hina pada sorga? Dan jikalau ia ahli neraka, maka bagaimana aku dengki ke­padanya atas urusan duniawi, pada hal ia akan jadi ke neraka?". Seorang laki-laki bertanya kepada Al-Hasan Al-Bashari: "Adakah orang mu'min pendengki?".
 
Al-Hasan Al-Bashari menjawab: "Apakah yang melupakan engkau tentang putera-putera Nabi Ya'qub? Benar, akan tetapi kesusahan dengki itu dalam dada engkau. Karena dengki tidak mendatangkan melarat kepa­da engkau, selama tidak melampaui kepada tangan dan lidah". Abud-Darda' berkata: "Alangkah banyaknya hamba Allah yang ingat kepada mati, lalu kuranglah gembiranya dan sedikitlah dengkinya". Mu'awiyah berkata: "Semua manusia sanggup atas kerelaannya, selain orang yang dengki kepada nikmat. Maka tiada yang menyenangkannya, selain hilangnya nikmat itu". Karena itulah, orang bermadah:-
Semua permusuhan,
dapat diharapkan kematiannya.
Selain permusuhan,
orang yang memusuhi engkau dari dengkinya.
Sebahagian ahli • hikmat (filosuf) berkata: "Dengki itu luka yang tidak akan sembuh. Dan pendengki itu dengki, akan apa yang akan ditemui- nya".
A*rabi berkata: "Tiada aku melihat orang zalim yang lebih menyerupai dengan orang yang dizalimi, selain pendengki. Ia melihat nikmat pada engkau, sebagai bencana pada dirinya".
Al-Hasan Al-Bashari r.a. berkata: "Hai anak Adam! Mengapa engkau dengki kepada saudara engkau? Jikalau ada yang diberikan kepadanya, karena kemuliaannya atas pemberian itu, maka'mengapa engkau dengki ke­pada orang yang dimuliakan oleh Allah? Dan jikalau tidak yang demikian, maka mengapakah engkau dengki kepada orang-orang yang kembalinya ke neraka?".
Sebahagian mereka berkata: "Pendengki itu tidak memperoleh dari majlis pertemuan, selain celaan mereka dan kehinaan. Ia tidak memperoleh dari malaikat, selain kutukan dan kemarahan. Ia tidak memperoleh dari mak- luk (orang. banyak), selain kesedihan dan kegundahan. Ia tidak memper-
214.
oleh ketika hampir mati (nyawanya akan keluar), selain kesukaran dan huru-hara. Dan ia tidak memperoleh ketika berhenti di padang mahsyar (al-mauqif), selain terbuka kejahatan (fadlihah) dan hukuman".

Ihya Ulumuddin 3-4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang