CHAPTER 6: THAT'S SMILE

209 30 0
                                    

"Nah kita sudah sampai"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nah kita sudah sampai"

Na kyung menghentikan langkahnya di depan rumah itu. Rumah yang tidak terlalu besar tetapi bisa melihat jika rumah itu sangat bisa dikatan bagus.

"Hyung siapa dia?"

Na kyung melirik saat tiba tiba mendegar suara seorang lelaki.

"Temanku dia akan menginap"

Na kyung membungkukan badanya sebentar.

"Na Kyung imnida"

"Heum, tidak asing"

Jungkook memperhatikan Na kyung dengan teliti, mencoba mengingat ingat siapa gerangan wanita ini.

"Ah, bukankanah Na Kyung Gongju. Tapi tidak mungkin"

"Sudahlah minggir biarkan dia masuk, Marilah"

Taehyung dan Na kyung masuk. Sedangkan jungkook masih mencoba mengingat wajah gadis itu. Setahunya wajah Putri Na kyung seperti itu. Ia tidak yakin juga karena hanya sekedar melihat dari lukisan para seniman belum pernah bertatap wajah. Tapi yang menjadikan ia tidak yakin gadis itu benar sang putri adalah kakaknya yang membawa gadis itu. Kakaknya yang antisosial mana mungkin bisa berekenalan dengan Putri kerajaan.

⃝༘⃕   ⃝༘⃕   ⃝༘⃕   ⃝༘⃕

Taehyung, Jungkook dan Na kyung tengah makan malam. Na kyung dengan lahap memakan makanannya dan sesekali berebut ayam dengan jungkook, walaupun makanan ini tidak ada apa apa nya dengan hidangan mewah di istana. Mereka baru saja kenal tetapi sudah seakrab itu. Taehyung hanya menggeleng melihat kelakuan mereka yang mirip bocah.

"Haiss, ini untuku kelici besar kae sudah makan banyak"

Na kyung terlihat berusaha mengambil ayam di piring Jungkook sedangkan Jungkook dengah kukuh menyingirkan tangan Na kyung.

"Noona seharusnya kau mengalah, ini ayamku"

"Yaaa. Kau sudah makan tiga, ini untuku"

"Tidak, ini jatahku"

"Yak apa itu!"

Jungkook mengikuti arah jari Na kyung. Ia mengernyit karena tidak ada apa apa disana. Dan dalam sekejab Ayamnya sudah berada di gigitan Na Kyung, begitu pula dengan cengiran gadis itu.

"Kau sangat berselera makan dengan tubuh kecilmu itu Noona?"

"Aku tidak kecil, tubuhku bagus tau"

Memang benar yang dikatakan Na kyung. Ia bukan tipe pemakan banyak tetapi tetap kurus. Di istana ia tidak pernah nafsu untuk makan seberapa enak makananya hanya makan sedikit dan beruntungya badanya tidak tingal kulit dan tulang. Tetapi kali ini berbeda, setiap makan di luar istana ia pasti bisa menghabiskan 2 sampai 3 porsi entah itu di kedai tengah pasar atau tempst lainya hanya saja diluar istana.

"Gongju-Mama"

Na Kyung menghentikan makanya dan melirik orang yang memanggilnya.

"Tabib Jeon"

"Mengapa anda bisa disini?"

Na kyung melirik Taehyung.

"Dia akan menginap kek"

Na kyung cukup mengenal tabib Jeon karena pria paruh baya itu memang dari dulu sudah berada diistana. Tidak cukup dekat tapi Na kyung tahu jika tabib Jeon juga termasuk dalam deretan orang orang yang sangat membenci Raja.

"Gongju-mama, Jungjeon-Mama akan mencari anda"

"Tidak, Eomma-mama tidak akan pernah peduli denganku bukan"

Gadis itu tersenyum seakan hubungan nya dengan sang ibu yang tidak baik bukanlah masah besar. Na Kyung membenci ibunya karena turut berambisi untuk membunuh orang orang yang tidak berpihak padanya. Ia rasa pada tahun kepemimpinan ayahnya adalah kekaisaran terburuk. Membuatnya sangat muak dan bahkan tidak sudi untuk tinggal di istana.

Raja Yeonsan tidak memiliki anak lelaki baik dari Ratu dan para selirnya membuat terjadinya perpecahan. Banyak Putri yang dilahirkan sedangkan kerajaan membutuhkan seorang Putra sebagai penerus. Tapi, bukankah itu merupakan balasan atas kekejaman Raja yang sangat berambisi itu?

⃝༘⃕   ⃝༘⃕   ⃝༘⃕   ⃝༘⃕

"Hansung-ah"

Taehyung memgalihkan pandanganya dari gayageum dan melihat kakeknya berdiri di depan pintu kamarnya. Melepaskan tanganya dari senar gayageum lalu beranjak.

"Ada apa kek?"

Kakek Jeon menyerahkan sebuah gelang kepada Taehyung. Gelang tembaga yang memiliki ukiran naga, ukiran rumit yang mungkin jika di zamanya sudah dijadikan barang yang sangat mahal karena antik.

"Apa ini kek?"

"Gelang,"

"Tentu saja aku tahu"

"Lalu mengapa bertanya?"

"Aiss kakek"

Kakek jeon terlihat tertawa, melihat wajah kesal Taehyung.

"Hansung-ah ini adalah yang kau pakai saat kakek menemukanmu dulu, ini adalah gelang yang dipakai seorang Putra mahkota Joseon"

Taehyung mengambil gelang itu dari tangan kakeknya. Lalu mengamatinya dengan saksama. Jadi itu adalah salah satu simbol Putra Mahkota.

"Tapi kek-"

Taehyung menghentikan ucapanya.

"Ada apa"

Jika ia berhasil membunuh Raja saat ini, dan masuk istana. Itu artinya ia harus memimpin istana. Sedangkan ia masih sangat ingin kembali ke zaman modern bagaimanapun caranya. Dan tentu saja ia sangat haus akan pengetahuan. Jangan menjadi Raja tahu urusan pemerintahan saja tidak sama sekali. Ia benar benar merasa sangat bodoh dan tidak pantas jika harua menjadi Raja.

"Bagaiamana jika aku tidak mau jadi Raja?"

"Kenapa tidak mau? Itu adalah tujuanmu Hansung-ah. Untuk membangkitkan kembali tanah Joseon"

Ya itu keinginan Hansung bukan dirinya. Dia adalah Taehyung bukan Hansung.

"Tapi aku tidak siap, aku tidak tahu apa apa kek"

"Bukankah selama ini kau selalu mengurung dirimu di kamar untuk belajar banyak hal tentang istana"

Lagi lagi itu hansung bukan dirinya.

"Nasib Joseon ada di tanganmu Hansung-ah, tidak ada siapapun lagi selain kau yang bisa menyingkirkan Yang mulia"

Taehyung mengangguk. Apakah ia harus mengorbankan dirinya untuk rakyat Joseon? Mengorbankan keinginanya untuk kembali ke masa depan dan selamanya terasingkan disini? Mengorbankan mimpinya yang setinggi langit? Membiarkan karirnya jatuh begitu saja dan jutaan orang mencarinya. Itu tidak benar tetapi membiarkan rakyat Joseon menderita lebih tidak benar.

DAECHAWITA: The Song Of Death[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang