Chapter 21 - Kesempatan Kedua

5 3 0
                                    

Kak Petra membawaku ke taman lalu dia mendudukkanku di kursi yang ada di sana. Dia terlihat marah, baru kali ini aku melihatnya seperti itu. Tapi aku patut berbangga diri bisa melihatnya marah karena aku.

“Tadi itu siapa kamu?”

“Temen, temen sekelas.”

“Mana ada temen sekelas bisa deket gitu?”

Daripada yang beda kelas tapi lengket mulu. Padahal aku dan Alen kan hanya pura-pura untuk membuat Kak Petra cemburu, tapi kenapa dia terlihat marah sekali.

“Kamu kan masih pacar aku, kenapa kamu malah sama cowok lain, Rika?”

Beuh, sadar diri dong! Yang duluan deket sama cewek lain siapa? Kenapa jadi aku yang disalahkan, padahal aku dulu tak menyalahkannya. Bukan tak menyalahkannya tapi tak menegurnya sebagaimana yang dilakukan cewek-cewek kalau lagi cemburu.

“Siapa yang deket sama Alen, aku sama sekali nggak deket sama dia,” elakku terus menerus. Hah, mengelak terus kerjaanku. Tapi ini benar, aku tidak dekat dengannya,

“Kalo gak deket gak mungkin sampai gandengan gitu, apalagi tadi kamu ngelus-ngelus rambutnya.”

“Aku cuma rapiin rambutnya doang kok. Daripada yang cium kening, rangkul-rangkulan, gandengan di depan umum.” Kak Petra langsung terdiam tak membalas ucapan sarkasku.

Nah, kan kalo udah digituin aja diem, heran deh aku. Mana kemarahan yang ditujukannya tadi, cuma disindir gitu aja udah diem.

“Kamu cemburu?” tanya Kak Petra ragu-ragu.

Astaga! Masih nanya? Mana ada sih cewek yang gak cemburu kalo pacarnya gitu. Ah, mungkin memang cuma aku yang diem aja ketika disakitin pacarnya. Bodoh banget sih aku!

“Menurut kakak?” Aku menanyainya balik.

“Iya.”

“Oh, ya udah.” Udah tau kalo aku cemburu tapi tetep aja dia gitu sama Sara. Sehatkah?

“Maafin aku, Rika, aku nggak mau kita putus aku masih sayang sama kamu. Kasih aku satu kesempatan lagi, ya,” ucap Kak Petra menyesal.

Huh, untung aku ini orangnya gak tegaan, coba kalau aku bar-bar udah aku tonjok tuh Kak Petra.

Kata maaf begitu mudah diucapkan, ya? Dia sama sekali tidak merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Dengan mudahnya dia minta maaf dengan wajah menyesal itu. Tapi kenapa aku jadi nggak tega gini sama dia? Padahal aku udah disakitin tapi masih aja aku kasihan sama dia. Ingin memaafkannya dan memberinya kesempatan ke dua.

Aku melihat betapa menyesalnya wajah itu, sepertinya dia memang menyesal karena telah menyakitiku. Haruskah aku memaafkannya dan memberinya kesempatan kedua?
Mungkin ini adalah kesempatan bagiku juga untuk memperbaiki semuanya. Aku akan memperbaiki perilakuku juga, dan lebih memperhatikannya lagi.

“Oke, aku maafin dan kasih kesempatan kedua buat Kakak, asalkan Kakak janji buat jauhi Sara.” Aku mencoba bersikap tegas sekarang, jika aku terus menerus diam itu tak akan bisa mengubah apa pun. Saat diamnya kita malah dijadikan kebebasan bagi mereka, kenapa kita tidak mencoba menjadi tegas? Jika dengan aku diam Kak Petra semakin berulah, maka aku harus mencoba tegas, siapa tau dia bisa berubah.

“Makasih, makasih, ya, Rika, aku janji nggak bakal bikin kecewa kamu lagi. Aku akan jauhin Sara.” Dia tersenyum lega. Aku juga lega kalau dia benar-benar menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi. Aku harap seperti itu.

• • •

“HA?! KESEMPATAN KEDUA?” Teman-temanku berteriak kaget mendengar curhatan dariku.

“Syut ... pelan-pelan aja, nggak usah teriak-teriak gitu!” tegurku.

Sekilas aku melihat Alen yang sedang melirik kesini.  Apa dia juga dengar teriakan teman-temanku tadi? Ah, memang mereka ini tidak bisa pelan kalau bicara.

Alen menatapku tak biasa lagi, bukan seperti tatapan yang  kemarin atau hari ini, tapi tatapannya berbeda lagi seperti tidak percaya bercampur marah. Marah? Kenapa dia marah? Ah, mungkin karena teriakan teman-temanku yang sangat mengganggunya.

“Kamu yakin, Rik, kasih kesempatan kedua buat Kak Petra setelah apa yang dia lakuin ke kamu?”
Kenapa semua seakan tidak percaya padaku? Apakah aku salah mengambil keputusan? Aku masih menyayanginya, dia juga masih menyayangiku dan menyesal telah menyakitiku, lalu apa aku salah jika ingin mencoba memperbaiki hubungan ini?

“Tapi dia menyesal sudah menyakitiku. Aku yakin dia bisa berubah jadi lebih baik, dia akan melepaskan Sara dan hubunganku dengannya akan baik-baik saja seperti semula.” Aku tersenyum senang, itu harapanku dan semoga menjadi kenyataan.

“Bukannya kita nggak seneng sama hubungan kalian ya, tapi sesuatu yang sudah retak belum tentu bisa menjadi seperti semula lagi. Dan retakan itu pasti memiliki celah yang akan membuat retakan itu semakin parah,” ujar Megan.

“Sekalipun Kak Petra menyesali dan minta maaf berkali-kali, apa itu sudah bisa jadi bukti kalau dia tidak akan mengulanginya lagi? Kita cuma nggak mau kamu dibohongin lagi, Rik. Kita nggak mau kamu nangis-nangis lagi.”
Aku tau teman-temanku ingin yang terbaik untukku. Tapi aku juga ingin mempertahankan hubungan ini. Aku tidak rela jika harus mengalah dan memberikan Kak Petra kepada Sara dengan cuma-cuma. Bukannya aku terlihat seperti orang putus asa.

Memang benar apa yang mereka katakan, belum tentu Kak Petra tidak akan mengulanginya lagi. Tapi aku yakin sebelum dia mengulanginya lagi, aku akan selalu di depannya untuk menghalanginya. Jika dia ingin mendekati Sara lagi, aku yang pertama akan mendatangi Sara dan memintanya untuk menjauhi Kak Petra.

“Aku mohon ke kalian, dukung keputusanku kali ini. Aku masih ingin bersama dengan Kak Petra, aku masih menyayanginya. Aku tidak rela jika harus melepasnya sekarang.” Aku memohon kepada mereka agar merestui hubunganku. Tanpa doa mereka mungkin keputusanku ini tidak akan berjalan lancar.

Mereka semua menghela napas. “Ya, ya, ya. Apa pun untuk tuan putri kita. Kita bakal dukung keputusanmu dan akan selalu menjadi orang pertama yang akan menguatkanmu.”
Aku terharu mendengar mereka berbicara seperti itu. Aku memeluk mereka semua. Memang sahabat adalah orang yang selalu mendukungmu dan menguatkanmu ketika kamu jatuh.

Aku bersyukur mendapat sahabat sebaik mereka, mungkin tanpa mereka sekarang aku sudah menyerah. Mereka orang-orang yang aku sayangi, semoga tidak cepat meninggalkanku pergi.

•••

To be continue

Jangan lupa tekan tombol bintang yang ada di bawah! Komen apa pun juga boleh kok!

Thanks

- RemahanRengginang

Hopeless [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang