Akan ada hal baik dari setiap takdir kita, walau perlu air mata untuk menerimanya
Misel Aurora
Vote vote vote! Let's Go! biar aku semangat halunya:) Eh
****
Leon dan Dimas tampak sedang berdiri di depan ruang ICU. Tak lama terdengar suara handphone Dimas berdering.
Pian Calling...
Terlihat dari jauh oleh Leon, sebuah gambar foto gadis dari layar handphone Devan. Namun ia menghiraukannya untuk saat ini.
"Mana anak saya?" terdengar suara isakan yang mengahmpiri ruang ICU.
"Devan di dalem, Tan," balas Leon lesu.
Arsy segera masuk ke dalam. "Hikss...hikss...hikss..."
Tangisan pun pecah, Dimas begitu pun Leon terdiam, melihat kedua orang tua Devan yang menangis melihat keadaan Devan yang terkulai lemah di atas ranjang rumah sakit.
"Sebenernya apa yang terjadi?" tanya Christian pada kedua teman Devan.
Dimas panik, khawatir, dan juga kebingungan. Apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya ataukah tidak, kepalanya sedang di penuhi pertanyaan yang membuatnya gelisah. Di sisi lain, Leon yang menyadari bahwa Dimas kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari Christian, ia berinisiatif untuk mencari jawaban lain.
"Gini om, sebenernya si Devan jatuh dari motor. Dan gak sengaja nabrak tukang sayur di jalan," jawab Leon dengan santai.
"Saya serius Leon! Apa yang terjadi?!" seru Christian.
"Devan gapapa, Pah," balas Devan yang sudah sadar.
Dengan sigap Arsy langsung membantu Devan untuk duduk, tangisannya terhenti karena sosok anak yang paling ia sayang telah sadar.
"Kamu beneran gapapa, No?" tanya Arsy memastikannya lagi.
"Devan gapapa kok, Ma," balas Devan.
"Mama khawatir sama kamu, Mama gak mau kamu kenapa-napa. Kalo ada apa-apa, tolong kasih tau Mama atau Papa kamu," pinta Arsy pada Devan dengan sedikit isakan.
"Mama gak usah khawatir, sekarang aku udah sadar, Ma."
Keadaan di ruang ICU sedikit canggung, karena Devan tidak banyak bicara. Begitu pun dengan kedua temannya, mereka hanya terdiam dalam pikirannya masing-masing.
"Papa harap kamu tidak menyembunyikan apa pun, dari Papa atau Mama kamu," ucap Christian membuka obrolan.
Devan menatap ayahnya, terdiam sejenak. "Iya."
"Ada yang bisa jelaskan kepada saya, kenapa Devan masuk ICU?" tanya Christian.
"Sebenernya Devan kelelahan, Om," balas Leon dengan bercanda.
"Saya sedang serius Leon, jangan bercanda!" seru Christian membuat Leon terdiam.
"Dimas..." Christian menggantung ucapannya. "Saya yakin kamu tau apa yang terjadi."
"Maaf Om, Dimas gak tau apa yang terjadi," ucap Dimas sedikit gugup.
"Kamu yakin gak tau Dim?" tanya Arsy pada Dimas.
"Iya Tan, Dimas kurang tau. Dimas cuma liat Devan kayak lelah gitu, yaudah aku bawa ke rumah sakit," balas Dimas.
Hufhh...
Tarikan napas yang berat membuat Dimas sedikit gelisah, karena telah berbohong. Namun ia telah berjanji pada Devan agar tidak memberitahu orang tuanya. Sebelum dirinya yang memberitahu secara langsung. Devan sendiri merasa bersalah karena membuat orang tua angkatnya khawatir, seharusnya ia bisa menahan sesaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Devan
Teen FictionRank : #2 most wanted boy [TAHAP REVISI] Aku adalah senjamu, bait larik yang kusimpuhkan. Berharap sang fajar datang. "Saya belikan jika kamu mau," ucap Devan simpul. "Eh gak usah, aku cuman mau liat doang," jawab wanita tersebut. "Tidak usah mal...