Bahagia hanyalah omong kosong sebelum aku mengenalmu.
Devano Alsyam
Happy reading!
****
Tok tok tok...
Tepat di depan rumah Misel, George Axel sedang menunggu sahabat kecilnya. Sudah lama sekali ia tidak berkunjung ke rumah Misel, terakhir kali Axel bertemu dengan Misel saat sedang di Las Vegas di kota asalnya. Bukan rindu yang membuat Axel ingin bertemu dengan Misel, tetapi hanya untuk memastikan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Sel..." panggil Axel di depan pintu.
Sekali lagi Axel mengetuk pintu rumah Misel. Selang beberapa menit pemilik rumah membukakan pintu, Misel terkejut melihat Axel sudah berdiri dengan sebuah buket bunga yang digunakan untuk menutupi wajahnya.
"Heloo nona," sapa Axel dengan lembut.
"Apaan sih Al!" ketus Misel.
Sungguh saat ini Misel ingin istirahat, ia sangat lelah setelah pulang sekolah dirinya harus langsung bekerja. Tapi, kehadiran Axel ke rumahnya membuat sang empu tidak jadi istirahat.
"Nggak nyuruh tamu masuk nih?" ucap Axel dengan kekehan.
"Yaudah masuk..." Misel menggeser badannya.
"Udah lama gak ketemu ya, gimana nih kabarnya?" tanya Axel membuka obrolan.
"Baik, tumben ke sini," balas Misel dengan wajah lesu.
"Lagi pengen aja he he, emang gak boleh ya..." Axel diam sejenak. "Lo gapapa Sel, kayaknya lo sakit deh."
"Gapapa, gue cuma butuh istirahat aja, oke sekarang lo mau apa. Gue gak punya banyak waktu, gue pengen istirahat Al," ucap Misel datar.
"Kayaknya gue salah hari nemuin lo, sorry Sel."
"Hmm..." Misel hanya diam.
"Yaudah gue cuma mau ngasih bunga buat lo, sekalian titip salam buat nyokap lo ya. Gue balik dulu, ntar gue datang lagi ke sini," ucap Axel lalu memberikan bunganya.
"Thanks Al, udah ngertiin," balas Misel dengan senyum samar.
"Kalo ada apa-apa, lo tinggal telpon gue aja," Axel langsung pamit pulang. "Gue balik dulu."
Misel menatap bunga tersebut, tidak biasanya Axel memberi bunga seperti ini. Bahkan sejak dulu ia tidak pernah mendapatkan bunga dari Axel. Sudah dua puluh menit ternyata, Misel memutuskan untuk istirahat sebentar.
****
Kesedihan itu datang lagi, kenangan itu tiba-tiba seperti menghujam pikirannya. Devan mengambil handphone miliknya. Tangannya memencet speed dial. Tapi lagi-lagi, hanya suara perempuan yang terdengar.
"Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi."
Devan memukul setir di hadapannya. Wajahnya semakin murung. Perlahan, ia menggas mobil dengan tujuan kembali ke rumahnya. Saat mobil baru berjalan beberapa meter, mendadak pandangan Devan terganggu oleh sesosok pria yang sedang berbicara entah dengan siapa. Mata Devan menatap lekat-lekat keluar jendela mobil, mencoba memastikan apa yang ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Devan
Ficțiune adolescențiRank : #2 most wanted boy [TAHAP REVISI] Aku adalah senjamu, bait larik yang kusimpuhkan. Berharap sang fajar datang. "Saya belikan jika kamu mau," ucap Devan simpul. "Eh gak usah, aku cuman mau liat doang," jawab wanita tersebut. "Tidak usah mal...